SUKABUMIUPDATE.com - Tahun 1980-an, Delman menjadi salah satu transportasi andalan, khususnya di wilayah Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Kini, dari angka 70, keberadaan delman di wilayah itu hanya tersisa empat.
Tergerusnya delman sebagai salah satu moda transportasi, karena kalah bersaing dengan moda transportrasi modern dewasa ini seperti sepeda motor dan angkutan umum. Selain itu, akibat himpitan ekonomi, pemilik lebih memilih menjual kuda.
BACA JUGA:Â Namanya Brievenbus, Peninggalan Belanda yang Tersisa Enam Unit di Kota Sukabumi
Engkos (63) warga Kampung Bangkongreang RT 02/04 Desa Benda, Kecamatan Cicurug, salah seorang kusir delman yang masih setia menunggu penumpang di persimpangan Cimalati, menerangkan, delman tidak lagi menjadi sarana transportasi utama masyarakat. Penumpang, kata dia, lebih memilih naik ojeg atau angkutan umum.
“Kebanyakan penumpang yang memilih delman, penumpang keluarga yang bawa anak-anak menuju kawasan wisata Taman Rekreasi Cimalati,†terang Engkos yang sudah 25 tahun menggeluti profesi delman.
BACA JUGA:Â Perajin Bata Merah Keluarga di Desa Bantarsari Kabupaten Sukabumi Tergerus Zaman
Untuk tarif, kata dia, untuk jarak tempuh Simpang Cimalati menuju Taman Rekreasi Cimalati, Rp Rp30 ribu hingga Rp40 ribu. Ia mengaku, walau tidak memiliki pendapatan pasti, ia terpaksa menggeluti usaha ini, tidak memiliki pekerjaan lain. “Saya masih bertahan untuk menghidupi keluarga,†tegasnya.
BACA JUGA:Â Mengintip Nasib Saksi Sejarah Kota Sukabumi yang Kian Tersisih
Terpuruknya usaha trasportasi delman, kata dia, semenjak di negara ini memberikan kemudahaan fasilitas kredit terhadap kendaraan bermotor. “Pemilik sepeda motor sekarang memilih jadi ojeg. Kalau dulu kan sepeda motor itu hanya untuk kepentingan tertentu,†katanya.
Engkos menambahkan, punahnya delman ini, juga dipengaruhi ketidakmauan generasi melanjutkan usaha yang dirintis oleh orang tuanya. “Anak sekarang pada gengsi jadi kusir delman. Anak sekarang lebih memilih jadi tukang ojeg atau kerja di pabrik,†pungkasnya.