SUKABUMIUPDATE.com - Oot Rohmat (58) warga Kampung Cibungur RT 01/04, Desa Talagamurni, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, memilih berdagang telur asin dari pada menjadi tenaga kerja sukarela (TKS) di sebuah sekolah dasar negeri (SDN).
Langkah itu ia ambil demi membiayai hidup sang ibu yang sudah berusia 80 tahun. "Saya sadar diri. Upah honorer tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dan tak mungkin pula saya diangkat jadi pegawai negeri sipil. Saya memilih berdagang telur asin saja. Alhamdulillah, dari usaha ini, saya bisa membiayai kebutuhan ibu saya," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Rabu (21/6/2017).
BACA JUGA: Suami Tukang Ojek, Guru Honor SD di Kota Sukabumi Lima Tahun Derita Tumor Mamae
Ia mengatakan, semasa dirinya menjadi TKS, upah yang ia peroleh hanya Rp150 ribu per bulan.
"Saya jadi honorer di SDN 3 Gunungbatu Talagamurni, mulai 2008, dan berhenti tahun 2016. Terus terang saya berhenti karena faktor ekonomi," kata duda tanpa anak ini.
BACA JUGA: Selama 12 Tahun Jalan Kaki 14 Km per Hari, Guru SDN Cirengrang Kabupaten Sukabumi
Oot menyebutkan, telur asin yang ia jual itu, bukan milik dia sendiri. Tetapi milik orang lain dari daerah Desa Citanglar. Ia hanya menjualkan saja. Harga dari pemilik sebesar Rp3 ribu per butir. Dan saya jual Rp10 ribu per tiga butir.
"Saya kebagian untung seribu Rupiah setiap tiga butir telur. Alhamdulillah setiap hari kebagian upah 45 ribu Rupiah," katanya.
BACA JUGA: Pedagang Bedug Bojongkokosan Kabupaten Sukabumi Berharap Berkah Ramadhan
Dalam sehari, Oot mengaku mampu menjual 150 hingga 200 butir. Namun untuk menghabiskan 150 hingga 200 butir telur asin itu, ia harus melintasi tiga kecamatan, yakni Kecamatan Jampang Kulon, Surade, dan Cibitung.
" Saya sekarang membawa 150 butir. Kalau habis, 45 ribu Rupiah buat saya. Kalau bulan puasa begini pendapatan sebesar itu bersih. Tapi kalau bulan biasa mungkin kotor, karena beli air atau makanan di jalan, ini semua demi ibu," ucapnya.