Sukabumiupdate.com - Jika hakikat dan tujuan beribadah Puasa adalah mengajarkan umat Muslim untuk merasakan bagaimana hidup dalam segala keterbatasan dan memahami lapar yang dirasa warga kurang beruntung, maka bagi mak Rohayati (62), keterbatasan itu, adalah dirinya sendiri.
Rohayati hidup sebatangkara, ia hidup menjanda setelah ditinggal mati sang suami 18 tahun silam. Kini ia berjuang sendiri memenuhi dan bertahan hidup dengan menjadi buruh serabutan.
Eroh berusaha mandiri, dan tidak mau merepotkan tiga anaknya yang saat ini sudah memiliki keluarga dan tinggal sendiri-sendiri. Saat ini, ia diberi tumpangan gubuk 2,5x5 meter persegi dari saudaranya, untuk ia tinggali.
BACA JUGA:Â Miris, Ini Cara Rohayati Asal Cikangkung Kabupaten Sukabumi Tetap Sehat
Memasuki hari ke-5 Bulan Suci Ramadhan, bagi warga Kampung Nangkawangi RT 04/06, Dusun Cibuluh, Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi itu, keterbatasan hidup sukses ia lampaui. Sehingga ia bisa menikmati dan menjalani ibadah Puasa, dengan penuh syukur dan semangat menjalani hidup.
Saat ditemui sukabumiupdate.com, Rabu (31/5) dini hari, sekira pukul 01.00 WIB, ia tengah mempersiapkan santap sahur untuk dirinya sendiri. Wanita tua yang karib disapa wak Eroh itu, memulai persiapan memasak di dapurnya yang masih berlantai tanah.
BACA JUGA:Â Karena Nenek Hidup Bertumpuk dengan Lima Cucu di Kota Sukabumi Ini, adalah Pengecualian
Ia nampak mulai mempersiapkan nyala api dengan kayu bakar pada hawu, dilanjut kemudian membersihkan tiga cangkir kecil beras. "Uwak mah rutin wayah kieu mulai masak. Jam sabaraha ayeuna?" Rohayati balik bertanya karena memang jam dinding pun tak ia miliki.
Diakuinya, ia hanya memasak nasi saja. Tidak ada ikan, tiada pula sayur mayur. "Sangu akeul haneut-haneut, make uyah we, seger. Nu penting doa jeung niat puasa," ia tersenyum, tidak nampak mimik memelas belas kasihan dari wajahnya.
BACA JUGA:Â Demi Seliter Beras, Janda Tua Ciracap Kabupaten Sukabumi Jadi Kuli Setiap Hari
Diakuinya, saat hari pertama Puasa, ada yang memberinya satu ekor ikan mas. Setelah itu, mulai hari kedua Puasa, ia kembali ke menu langganan, nasi panas ditaburi garam. Jika mau sedikit mewah, ia akan membuat sambal dengan lalapan kulub gedang atau pepaya rebus.
Lebih lanjut ia mengatakan, usai shalat subuh mau membantu tetangga membuat opak. "Lumayan jang bekel dahar sapoe-poe. Uwak mah nu penting sehat saja," pungkasnya tetap dengan mimik sumeringah.