SUKABUMIUPDATE.com - Kondisi memprihatinkan dialami mak Edeh (78), Warga Pasirpogor RT 03/08, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.
Ia bukan tokoh pergerakan, bukan aktivis, bukan tokoh masyarakat, terlebih politik. Tak hanya mulut dan telinga, bahkan otak pun, bersih dari hingar bingar politik pemilihan kepala daerah, baik wali kota, terlebih pemilihan gubernur.
BACA JUGA:Â Setiap Hari Berdoa, 17 Tahun Enam Jiwa Warnajati Kabupaten Sukabumi Huni Rumah Lapuk
Edeh hanya wanita renta yang hidup dalam kerak kemiskinan. Tubuhnya tak lagi molek, bahkan keluh kesahnya nyaris tak ada yang menarik untuk didiskusikan. Edeh hanya perlu dibantu, itu saja.
Bagaimana tidak, janda yang sudah 20 tahun ditinggal mati suami itu, tinggal di rumah yang semua bagiannya nampak lapuk. Dari mulai kayu penahan atap yang sudah tak lagi lurus, hingga perabotan rumah tangga serba lapuk, lawas, jauh dari kata layak dinikmati wanita tua yang seharusnya menghabiskan sisa umur dengan nyaman.
Hanya ada satu kamar dengan hanya satu kasur, untuk ia tidur bersama lima cucunya. Sesak, pengap, dan begitu memprihatinkan. Berbeda dengan warga Kota Sukabumi lainnya, wanita tua ini adalah pengecualian. Karena untuk membicaraan hingar bingar Hari Raya Idul Fitri saja, ia selalu menghindar.
BACA JUGA:Â Di Balik Rindang Pepohonan Ini, Ada Cerita Pilu Wanita Cimuncang Kabupaten Sukabumi
Ditemui di rumahnya, Selasa (30/5) sore, wanita tua tersebut, mengaku sudah 20 tahun menjanda dan memiliki dua anak. Anak pertama, Misbah (60), mempunyai empat orang anak dan tinggal di kelurahan yang sama. Sementara anak kedua, Dedah Jubaedah (50), juga memiliki empat anak, dan tinggal berdekatan dengan Edeh.
“Emak mah sadidinten mah pamasihan we, kadang ti pun anak, kadang ti tatanggi. Da ari budak emak mah aya kanggo kaluarga na sorangan ge atos uyuhan. Anu penting mah heunteu menta-menta,†ujar Edeh kepada sukabumiupdate.com.
Diakuinya, untuk kehidupan sehari-harinya, dia hanya mengandalkan pemberian dari anak kedua, yang bekerja sebagai buruh cuci baju, karena anak pertamanya sudah pensiun sebagai guru SD.
BACA JUGA:Â Janda Empat Anak Kuli Cuci Huni Rumah Bilik di Gunungpuyuh Kota Sukabumi
Kondisi rumah yang kecil, sekitar 5x5 meter, dan satu kamar yang sekaligus berfungsi sebagai tempat menyimpan barang-barang, membuat Edeh terpaksa harus tidur di ruang tamu.
“Lamun bobo emak di dieu, sakasur opatan sareng incu ema, da diimah Dedah mah ngan saukur jang bobo duanen jeng salakina, mantakna anakna jeng emak,†kata Edeh dengan intonasi suara bergetar pelan.
Beranjak ke dapur, kondisinya pun sama memprihatinkan. Tempat memasak nyaris menyatu dengan kamar mandi, tanpa pembatas apa pun.
BACA JUGA:Â Demi Seliter Beras, Janda Tua Ciracap Kabupaten Sukabumi Jadi Kuli Setiap Hari
“Emak mah hoyong pisan kamar mandina dibangun,
ameh gaduh kamar mandi kawas batur. Ari ayena mah, mun aya nu ibak teh, ulah aya nu ka dapur, da ngahiji tea,†keluh Edeh penuh harap.
Keinginannya ada yang mau membantu merapikan kamar mandi, tentu tidak berlebihan. Sebagai wanita normal, meski tubuhnya kini sudah keriput, namun baginya, aurat tetaplah harus disembunyikan dari siapa pun yang diharamkan melihatnya.
BACA JUGA:Â Sebatangkara Huni Rutilahu di Warungkiara Kabupaten Sukabumi: Hayang Dipikanyaah Pamarentah
“Imah emak wungkul nu butut, upami nu sabelah mah sarae, bari jeung garaduh mobil. Emak mah teu kudu alus, ngan hoyong gaduh bumi teh merenah, jeung hente bocor, sareng gaduh kamar, ameh mun bobo te patumpuk-tumpuk,†ungkapnya, seraya mencuri pandang rumah tetangga seakan meminta reporter sukabumiupdate.com mengikuti pandangan matanya.
Bertahun, Edeh selalu berharap datangnya bantuan, entah dari siapa pun. Walaupun dari luar rumahnya terlihat kuat dari tembok, namun di dalamnya ada segudang keluh dan seabrek pilu.
“Sanes emak anu nyarios, batur oge sok nyarita, imah mak Edeh nu kudu dibantuan mah,†pungkas Edeh.Â