SUKABUMIUPDATE.com - Diduga gizi buruk, seorang bayi di bawah tiga tahun (batita) bernama Najira (2), warga Kampung Cimenteng, Desa/Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R. Syamsudin, SH. atau RS Bunut, Kota Sukabumi, Jumat (26/5).
Kepala Desa Gunungguruh Tati Kusniawati mengatakan, informasi bocah gizi buruk tersebut didapatkan dari Kader Puskesmas. "Laporan itu saya dapat dari tim gizi Puskesmas dua minggu lalu," ucapnya kepada sukabumiupdate.com.
BACA JUGA:Â Bocah Busung Lapar dari Warungkiara Kabupaten Sukabumi: Ingin Sekolah Lagi
Dari laporan tersebut lanjut Tati, pihaknya langsung mendatangi rumah warga tersebut, dan mengajaknya berobat ke rumah sakit, namun pihak keluarga sempat menolak. "Saat kami bujuk. keluarga menolak dengan alasan pernah di rawat waktu berusia 1,2 tahun, di Bunut, tidak ada biaya dan keluarga yang nungguin," katanya.
Tati mengaku, kader tidak mengetahui ada warga yang alami gizi buruk, pasalnya bocah tersebut tidak pernah dibawa ke Posyandu. "Keluarga bocah tersebut awalnya warga Kota Sukabumi, tapi pas ibu bocah tersebut meninggal baru dia pindah ke sini," jelasnya.
BACA JUGA:Â Mengkhawatirkan, Nasib Bocah Busung Lapar Warga Warungkiara Kabupaten Sukabumi
Setelah keluarga Najira dibujuk, akhirnya mereka mau dengan dibantu pihak desa dan Puskesmas, dengan menggunakan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). "Selain dari Jamkesda, biaya untuk berobat kami bantu dari desa dan kecamatan," ungkapnya.
Sementara Dokter Umum yang berjaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD R Syamsudin, Ulfani Aprilia mengatakan, saat dibawa ke rumah sakit, bocah tersebut sudah dua minggu mencret.
BACA JUGA:Â Bapak Jarang Pulang, Batita Warga Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi Derita Gizi Buruk
"Kalau dilihat gejala fisik memang ada tanda gizi buruk, seharusnya usia 2 tahun atau seusianya memiliki berat 12 kilogram. Sedangkan anak ini hanya lima kilogram, selain kekurangan HB kondisi kulitnya juga kekurangan nutrisi. Gejala dehidrasinya berat akibat kekurangan cairan, mata cekung, kalau nangis tidak ada air matanya," jelas Ulfani.
Sedangkan orang tua Najira, Ade (40) yang sehari-harinya berprofesi sebagai buruh tani belum bisa di wawancarai dan anaknya masih dalam penanganan dokter. Ade bahkan melarang reporter sukabumiupdate.com untuk mengambil foto anaknya yang tengah dirawat.