SUKABUMIUPDATE.com - Setiap menjelang kenaikan kelas atau kelulusan sekolah, khususnya di Kabupaten Sukabumi, ada sebuah tradisi yang dikenal dengan samen.Â
Tradisi ini, sudah berlangsung berpuluh tahun. Kegiatan samen, memeragakan berbagai budaya lokal dan sarana dakwah. Siswa, orang tua siswa, masyarakat sekitar sekolah, aparat kemanan berbaur dalam kegiatan ini dengan fungsi masing-masing.
Dony Wardhani, (55), warga Kampung Selamanjah RT03/03, Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi bercerita, zaman ia sekolah dulu, samen sebuah kegiatan yang mengedepankan tradisi lokal dengan balutan keagamaan. "Ada ajang dakwahnya. Kemudian ada ajang sosialisasi arti penting pendidikan, khususnya pendidikan agama," ungkap Dony mengingat.Â
Tempatnya pun, kata dia, hanya di lingkungan sekolah, tidak sampai turun ke jalan. "Mungkin zaman memengaruhi kultur budaya warga," tanggap Dony.
BACA JUGA:
Gelar Perpisahan SMK Nusa Putra Surade Kabupaten Sukabumi Undang Band Kota Kembang
Alhamdulillah, Hari Ini MFF Kembali Sekolah di SMPN 1 Ciracap Kabupaten Sukabumi
Anak Gembala Domba Berhenti Sekolah untuk Jadi Gembala, Kisah Warga Gempol Kabupaten Sukabumi
Tahun 1980an, tambah dia, drum band bukan alat penting dalam memeriahkan samen. "Alat musik marawis yang mendominasi pada zaman saya sekolah," paparnya.
Sekarang, kata dia, samen sudah bertransformasi dan lebih menghibur Arak-arakan menggunakan ragam miniatur. Dony menilai, samen yang saat ini turun ke jalan dapat menggangu aktivitas lalu lintas.Â
Ia memandang, perlu pelaksana samen memikirkan solusi dan sarana baru dalam pelaksanaannya. "Saya pikir, samen sebaiknya dibuat menjadi ajang karnaval tahunan, dipusatkan di satu tempat. Kalau jadi karnaval, saya rasa menjadi salah satu pendukung destinasi wisata. Mangga dikemas," sarannya.Â