SUKABUMIUPDATE.com - Kondisi memprihatinkan dialami Sukaesih (52) warga Kampung Pasirpogor RT 01/09, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Janda ditinggal mati suami tersebut, harus tinggal bersama empat orang anaknya di rumah yang kondisinya sudah lapuk, berdindingkan bilik dan atap yang bolong-bolong.
Ditemui di rumahnya, Kamis (11/5), wanita paruh baya yang disapa Ukah tersebut, mengaku sudah 15 tahun menjanda dan mencari nafkah sendiri dengan menjadi pembantu rumah tangga untuk membiayai kehidupan sehari-hari serta biaya sekolah anak bungsunya. Erwan (35), Ervan Saepul Azis (25), Robi Hapratullah (22), dan Dias (16).
“Anak pertama saya Erwan (35) sudah menikah, tapi tidak kerja. Bagi saya tidak apa-apa kalau tidak bisa bantu, yang penting cukup untuk keluarganya saja sudah alhamdulillah,†ujar Ukah kepada sukabumiupdate.com.
Sedangkan anak kedua Ervan Saepul Azis (25) sudah kerja di sebuah restoran di Kalimantan, tapi jarang sekali mengirimkan uang. Begitu juga anak yang nomor tiga kelahiran 1995, Robi Hapratullah (22), hingga saat ini belum dapat kerjaan. “Tinggal yang bungsu Dias (16), masih harus dibiayai karena sekolah di SMA sudah Kelas X,†tutur Ukah.
BACA JUGA:
Diperbaiki, Rumah Jompo Imam Tarawih Perempuan Asal Ciracap Kabupaten Sukabumi
Ini Penampakan Rumah Baru Janda Tiga Anak Huni Gubuk Bambu di Cibadak Kabupaten Sukabumi
Akhirnya Gubuk Bambu Dihuni Janda Tiga Anak di Cibadak Kabupaten Sukabumi Direnovasi
Menurutnya, penghasilan sebagai seorang pembantu rumah tangga tidak mencukupi dengan pengeluaran setiap hari. Apalagi digunakan untuk memperbaiki rumah yang ditempatinya, usia yang tak muda lagi membuat dirinya sering merasakan sakit badan selepas pulang bekerja. Namun semua itu harus dilewatinya untuk mencari biaya hidup.
“Kalau pulang kerja semua badan terasa sakit dan pegel, apalagi tangan bekas operasi suka kerasa kalau sudah capek. Tapi saya harus semangat demi makan dan biaya sekolah, ingin sekali perbaiki rumah tapi buat makan juga sudah alhamdulilah,†keluh Ukah.
Setiap kali Ukah melihat rumah orang lain yang bagus, sering merasa sedih jika dibandingkan dengan rumahnya yang sudah tidak layak huni. “Tidak perlu megah asal jangan bocor pas hujan saja juga udah cukup. Soalnya kalau hujan suka bocor bahkan sampai banjir, apalagi satu dari tiga kamar yang ada tidak bisa di pakai karena mau runtuh“ pungkasnya.
Ukah sangat berharap, ada bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki rumah yang di tempatinya. Karena banyak bagian bangunannya sudah rapuh dan bocor di bagian atapnya, begitu juga dengan bagian dinding yang terbuat dari bilik bambu.
“Sampai sekarang belum pernah dapat bantuan, saya berharap rumah ada yang perbaiki biar tidak banjir dan capek ngangkutin baskom kalau hujan. Sudah saya kerjanya ngurus anak yang masih harus digendong, pulangnya kalau hujan saya harus ngangkutin air dari rumah karena banjir,“ ungkapnya.