SUKABUMIUPDATE.com - Lagi, seorang anak penderita penyakit serius di wilayah Palabuhanratu, dan tidak mampu berobat karena alasan ekonomi. Dinda (15), warga Kampung Sirnasari RT 03/34, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, menderita leukimia sejak masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD).
Kini, akibat leukimia yang dideritanya, anak dari pasangan Iwan (40) dan Lentik (38) ini, terpaksa harus meninggalkan bangku sekolahnya. "Orang tua Dinda sudah bercerai sejak Dinda masih kecil. Sejak itu ia tinggal dengan saya," jelas Mak Oo (60), nenek Dinda, kepada sukabumiupdate.com, Selasa (9/5).
Awal Dinda terdeteksi mengidap leukimia berawal saat ia selalu mengeluh suhu tubuhnya yang panas, kepala pusing, dan penglihatan buram. Bahkan, tambah Mak Oo, setiap malam cucunya tersebut harus mandi untuk meredakan rasa panas di badan.
"Sempat dibawa ke berobat. Kata dokter, Dinda harus berobat lanjutan, sebab kalau dibiarkan penyakitnya bisa tambah parah," beber Mak Oo.
Mak Oo pun akhirnya meminta bantuan biaya pengobatan kepada Iwan, hingga kemudian Dinda dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu. Hasil diagnosa tim medis menyimpulkan jika Dinda terdeteksi menderita leukimia.
"Setelah itu Dinda dirujuk ke RS Hasan Sadikin, Kota Bandung, untuk mendapat tindakan lebih serius, karena peralatan medis di RSUD Palabuhanratu terbatas," aku Mak Oo.
BACA JUGA:
Asa Robia, Bocah Miskin Warungkiara Kabupaten Sukabumi yang Terancam Buta
Mengkhawatirkan, Nasib Bocah Busung Lapar Warga Warungkiara Kabupaten Sukabumi
Empat Tuntutan Somasi Soal Anak Busung Lapar di Kabupaten Sukabumi
Karena tidak memiliki biaya untuk berobat, saat ini Dinda dibiarkan dalam kondisi sakit. Penderitaan mereka kian lengkap, karena Mak Oo dan suaminya, Ubed (65), tidak memiliki penghasilan tetap. Terlebih, keduanya, setiap malam harus melihat cucunya meringis menahan sakit. Sementara, kedua orang tua Dinda sama-sama tidak mampu secara ekonomi, dan tidak diketahui keberadaannya.
"Jangankan untuk berobat, untuk makan sehari-hari saja sudah susah. Tapi kalau dibiarkan begitu saja, kasihan perutnya semakin buncit," lirihnya.
Kondisi tersebut diamini tetangga Mak Oo, Sumarni (28). Menurutnya, setelah mendapat perawatan di RSUD Palabuhanratu dan menghabiskan 12 kantong darah, Dinda tidak pernah menjalani pengobatan lagi.
"Mereka tidak memiliki BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial-red), hanya memiliki Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat-red) saja, dan sampai sekarang belum ada yang membantu pengobatannya," terang Sumarni.