Sukabumiupdate.com - Kasus pelemparan bayi yang berusia belum genap dua bulan bernama Yeni Susilawati oleh ayah kandungnya, Taruna (23), di Kampung Singkup RT 10/02, Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, mengusik kegelisahan Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga Dewan Pimpinan Daerah Partai Keadilan Sejahtera (DPD PKS), Leni Liawati.
Menurut Leni, perbuatan Taruna sangat tidak manusiawi dan jauh dari naluri seorang ayah. Maka dari itu, tambah Leni, pentingnya pasangan suami istri memahami konsep dalam berkeluarga.
“Penyebabnya sepele, tapi efeknya sangat besar. Memang orang yang lapar biasanya nafsu lebih dominan dari pada akal sehat. Ditambah usia yang masih muda, emosinya masih fluktuatif. Di sini kita melihat pentingnya paham tugas, hak, dan kewajiban masing-masing, sebelum memutuskan untuk menikah muda,“ kata Leni sukabumiupdate.com, Rabu (25/4), melalui pesan WhatsApp.
BACA JUGA:
Tak Henti Menangis, Ibu Bayi Warga Nyalindung Kabupaten Sukabumi Dilempar Ayah Kandung ke Tungku Api
Ini Sikap FPKS Terkait Bentrok Dua Ormas di Cibadak Kabupaten Sukabumi
Soal Pajak Hiburan, FPKS: Harus Dibedakan Pagelaran Seni dengan Kesenian Tradisional
Leni juga mengingatkan pentingnya pembekalan pra nikah, agar pasangan yang akan menikah memahami konsep berkeluarga, serta pemahaman agama harus ditingkatkan, agar masyarakat memiliki arah dalam menjalani kehidupannya.
“Kami mendorong Pemda (pemerintah daerah-red) serius membuat regulasi berkaitan dengan Kabupaten Layak Anak dan berharap Pemda bekerjasama dengan stakeholders terkait sosialisasi pembekalan pra nikah dan mengenalkan Perda yang berkaitan dengan perlindungan anak kepada masyarakat, kekerasan dalam rumah tangga, serta memberi gambaran konsekuensi bagi pelanggarnya,†tegas wanita yang juga anggota Fraksi PKS itu.
Lebih jauh ia menjelaskan selain faktor ekonomi, perbuatan yang di lakukan Taruna juga sebab faktor usia yang belum matang. Maka dari itu, Leni berharap kepada generasi muda yang berniat untuk menikah muda, agar mempersiapkan bekal ruhiyah (keimanan), fikriyah (pemahaman), jasadiyah (fisik).
“Karena menikah adalah proses sangat suci membangun sebuah keluarga dan peradaban. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang diharapkan akan melahirkan generasi yang bermanfaat dalam pembentukan umat, bangsa, dan negara, maka janganlah menjadi beban bagi bumi tapi jadilah penanggung beban yang siap memberi kontribusi positif untuk agama, bangsa, dan negara,†pungkas Leni.