SUKABUMIUPDATE.com - Dadang Sudrajat namanya. Sudah sejak 2005 ia mengabdikan diri sebagai satu-satunya guru honorer atau tenaga kerja sukarela (TKS) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cirengrang, di Kampung Cirengrang, Kedusunan Cimanggu, Desa Rambay, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.
Banyak suka dan duka ia lalui. Sukanya, diakui pria berusia 38 tahun tersebut, ia bisa bertemu dengan anak-anak didiknya yang berjumlah sembilan orang. Diakuinya kesembilan muridnya itu memiliki semangat belajar yang tinggi. Jika dirinya terlambat datang ke sekolah, murid-muridnya itu memilih belajar sendiri.
Bahkan, kata dia, jika dua sungai besar yang setiap hari ia seberangi meluap setelah diguyur hujan, sehingga ia harus absen mengajar, murid-muridnya yang sudah duduk di kelas lebih tinggi, akan menggantikan dirinya mengajari siswa-siswi kelas I.
"Kalau dukanya, sudah tidak terhitung lagi. Mulai dari perjalanan dari rumah ke sekolah yang membutuhkan dua jam perjalanan kaki," jelas Dadang kepada sukabumiupdate.com, Rabu (12/4). "Belum lagi jika turun hujan, mungkin bisa lebih dari dua jam perjalanan," imbuhnya dengan mimik wajah datar, entah mengeluh, ataukah bangga.
Dijelaskannya, jika hujan turun deras, ia membutuhkan waktu lebih lama, atau bahkan absen mengajar. "Dari Cikawung (tempat tinggalnya-red) sampai ke Cirengrang itu harus melewati dua sungai sangat besar. Jadi kalau air meluap atau banjir, saya tidak bisa pergi ke sekolah," tambahnya.
Lebih jauh, ia mengharapkan kepada pemerintah, agar memerhatikan kondisi Kampung Cirengrang yang dinilainya terisolir, khususnya di bidang pendidikan. Paling tidak, menurutnya, ia mengharapkan perbaikan bangunan sekolah yang permanen dan representatif.
BACA JUGA:
Satu Guru TKS, Sembilan Pelajar, Tidak Tahu BOS, SDN Cirengrang Kabupaten Sukabumi Butuh Perhatian
Ini Sejarah Berdirinya SDN Cirengrang Kabupaten Sukabumi
23 Tahun Tanpa Pembangunan, Derita Warga Cirengrang Kabupaten Sukabumi
"Alhamdulilah beberapa waktu lalu, ada dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi melihat keadaan SDN Cirengrang. Responnya baik, dan katanya akan dibangun ruang kelas baru sebanyak dua lokal, dan mungkin lokasinya akan digeser ke bawah. Tanah sudah ada, tinggal menunggu anggarannya ada," kata Dadang.
Selain itu, ia mengharapkan agar dirinya yang sudah lama mengabdikan diri untuk mendidik anak-anak bangsa itu, bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Dadang merasa permintaannya tersebut tidak berlebihan, mengingat ia sudah 12 tahun menempuh perjalanan kaki sejauh tujuh kilometer, atau 14 kilometer setiap hari.
Jika waktu tempuh satu kali perjalanan ia tempuh dengan dua jam berjalan kaki, artinya, selama empat jam sehari telah ia habiskan untuk berjalan kaki saja, menuju lokasi tempat ia mengajar.
"Saya berharap ada perhatian, terutama menyangkut kesejahteraan. Dan yang kedua, ada program pengangkatan katagori dua (K2-red). Kendala saya memang masalah ekonomi. Kalau kesejahteraan meningkat, saya bisa lebih fokus mendidik anak-anak," akunya.
Ditanya mengenai honornya saat ini, ia mengaku memperoleh Rp300 ribu per bulan. Menurutnya, jika ia sudah berstatus PNS, maka ia bisa konsentrasi mendidik anak didiknya. Sedangkan kondisi saat ini, diakuinya, telah memaksa dirinya membagi waktu untuk mengajar kesembilan pelajar SDN Cirengrang dan untuk keluarganya.
"Saya berharap sekali mudah-mudahan SDN Cirengrang ada perubahan. Mulai dari bapak-bapak melangkakan kaki ke kampung ini, semoga merupakan awal perbaikan bagi SDN Cirengrang ini khususnya, dan umumnya bagi warga bagi warga," pungkasnya.