SUKABUMIUPDATE.com - Merasa dipermainkan oleh pihak Rumah Sakit, Lia Friska (28), seorang janda dengan dua anak, warga Kampung Peuntas RT 02/03, Desa Cimanggu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, memilih diam di rumah, pasrah dengan penyakit yang dideritanya.
"Saya sudah akrab dengan penyakit ini, jadi tidak usah mengajarkan saya kesabaran," lirihnya, usai ditemui sukabumiupdate.com, Selasa (21/3).
Penyakit sejenis kangker yang diderita Lia berawal dari sakit kepala yang berkelanjutan di tahun 2014 sampai akhirnya timbul benjolan-benjolan kecil di sekitar leher. Sampai akhirnya, Lia dan kedua orang tuanya memeriksakan penyakitnya tersebut ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu.
"Katanya ini sejenis penyakit kelenjar getah bening dan pernah dioperasi pada April 2016 lalu di RSUD Sekarwangi," ujar Lia.
Anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Adin Harga Hidayat (52) dan Tati Kasmidah (48) tersebut, akhirnya pulih. Namun, sekitar bulan Agustus 2016, benjolan di lehernya malah semakin besar dan banyak, saat ini tidak kurang 10 benjolan ada di sekitar leher Lia.
Benjolan terbesar sampai mencapai ukuran jeruk Bali. "Ini tidak sakit, setiap hari dibersihkan atau disentuh juga. Paling setiap ada suara bising saya merasa pusing," keluhnya.
BACA JUGA:
Ratusan Warga Pajampangan Kabupaten Sukabumi Terima KIS
Hampir Setengah Warga Kabupaten Sukabumi adalah Penerima Bantuan Iuran BPJS
Fantastis, Ini Jumlah Uang yang Disetor BPJS Sukabumi ke Rumah Sakit Setiap Bulan
Akhirnya, orang tua Lia pun membawa Lia ke RS Hasan Sadikin Bandung, sampai empat kali. Namun, setiap kali memeriksakan dan berniat untuk operasi atau kemoterafi, Lia dan orang tuanya merasa dipermainkan. Menurut Lia, semua dokter yang memeriksanya, menyatakan hal berbeda, mulai dari pemeriksaan jantung, darah, dan lainnya.
"Ada dokter yang bilang harus dioperasi atau Kemo, suruh periksa itu dulu lah, ini lah. Namun, ada juga dokter yang bilang tidak usah dikemo, cukup periksa biasa saja, saya kan jadi bingung," kesal Lia.
Padahal, semakin hari, benjolan yang ada di leher semakin membesar. Selain itu, empat kali bolak balik ke RS Hasan Sadikin tidak ada pemeriksaan sama sekali, malah dipingpong tidak jelas. "Kita bolak balik memakai ongkos, untuk tinggal di sana tentunya harus ngontrak. Dari mana uangnya, jadi capek di jalan," jelasnya.
Dirinya berharap, meskipun berobat dan keinginannya dioperasi dengan menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS), pihak RS tidak membeda-bedakan pelayanan apalagi sampai mempingpong. "Dulu juga di RSUD Sekarwangi kan pakai KIS, tidak ada masalah, kok ini saya merasa dipermainkan padahal saya ingin cepat sembuh," pungkasnya.Â