SUKABUMIUPDATE.com - Wakil Bupati Sukabumi Adjo Sardjono tegur Dzulfikar Ali Hakim yang merupakan Kepala Desa Cicantayan, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi lantaran status Facebook-nya.
Orang nomor dua di Kabupaten Sukabumi itu meminta kepada aparatur desa agar tidak mengumbar kekecewaan di media sosial, tetapi langsung menyampaikan keluhan atas pelayanan instansi pemerintah daerah ke nomor pribadinya. “Sebaiknya kalau ada keluhan, langsung sampaikan ke nomor pribadi saya,†saran Adjo pada kolom komentar status Facebook Dzulfikar.
Teguran ini bermula ketika Kepala Desa Cicantayan yang terlihat masih muda tersebut, menulis statusnya dengan menunjukan kekesalannya kepada Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi. Ia menilai Dinas Sosial tidak respon kepada masyarakat ketika dirinya hendak meminjam mobil untuk kepentingan warganya yang mendesak.
"P2TP2A Kab. Sukabumi, Dinsos Kab. Sukabumi sareng Dinas P3A rupina kirang ngaleueut aqua. aya warga Sukabumi nu terlantar di Jakarta, bade dijemput ku tim ti Desa Cicantayan mung peryogi nambut mobil dinas kangge ngajemputna meni sesah komo deui mun sareng ongkos sagala rupinana? pami di desa aya mobil mah moal kedah nambut ka dinas, ka warga na nu meryogikrun wae sesah, kumaha kabatur? colek pak bupati Marwan Hamami, pak wabup Adjo Sardjono," demikian status Facebook Dzulfikar, Kamis (16/3) petang, sekitar pukul 19.32 WIB.
Setelah beberapa orang memuji dan ikut menunjukan kekesalannya kepada Dinas Sosial. Wakil Bupati Sukabumi Adjo Sardjono, mengomentari status kepala desa tersebut dengan nada teguran. "Pak Kades, lain kieu carana. Ini komunikasi yang kurang tepat, hanya akan menimbulkan disharmonisasi. Kalau tidak bisa langsung, minta bantuan Camat atau langsung ke Dinas, minta bantuan tertulis atau lisan. Ti Cicantayan mah deukeut ka Dinas,†tulis Adjo.
BACA JUGA:
Minta Pulsa, Akun Facebook Mantan Wali Kota Sukabumi Dibajak
Media Sosial Picu Pertumbuhan UKM di Kabupaten Sukabumi
Orang nomor dua di Kabupaten Sukabumi ini menyarankan, agar kepala desa memberikan tembusan apabila ragu. “Kalau ragu, beri tembusan saya lewat pesan singkat atau whatsapp , supaya saya bisa negaskeun. Jadi Kades tong cengeng kitu, siga teu boga anggaran," kesal Adjo.
Setelah itu sang Kepala Desa membalas komentar kembali dengan kata-kata melemah. "Punten pak wabup, tadi siang atos koordinasi ka dinas sosial, ka dinas P3A tapi teras dioper-oper. murangkalih atos tilu dinten terlantar, tapi teu aya perhatosan ti dinas. kaleresan memang desa teu acan gaduh anggaran malihan  siltap oge tos sabaraha sasih teu lungsur," keluh Dzulfikar.
Namun terakhir Ajo menyarankan kepada kepala desa agar dirinya menyampaikan keluhan terkait warganya langsung ke nomor telpon pribadinya jangan di media sosial. "Sampaikan keluhan melalui sms / WA ke saya, supaya bisa diteruskan kepada Dinas ybs dan saya bisa kontrol," tegas Adjo.
Meskipun di tegur di media sosial, Dzulfikar tidak merasa bersalah, menurutnya itu adalah risiko dalam perjuangan membela masyarakat nya. "Pak wabup sebenarnya selalu membuka pintu komunikasi mun aya hambatan koordinasi, ngan kamari mah bating ku keuheul da puguh ge aya warga nu hirup keneh kudu ditulungan," tandasnya.
Seringkali cuitan di media sosial yang berujung persoalan, nasihat bijak disampaikan salah seorang yang mengomentari status Dzulfikar. "Karena fb hanya merupakan tulisan. Tidak bisa menggambarkan emosi. Jadi hati-hati menafsirkan emosi dalam tulisan. komen pak wabub wajar," tulis Budina Eka Prasetia.