SUKABUMIUPDATE.com - Tragis, di usianya yang baru menginjak remaja, Dona Renata (14), harus ikhlas merasakan nyeri akibat tumor ganas yang bersarang di perut mungilnya. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Palabuhanratu yang baru ia duduki selama dua tahun pun harus rela ia tinggalkan, karena harus berjibaku melawan penyakit dan rasa sakit yang diderita.
Sekitar April 2016 lalu, anak kedua dari lima bersaudara itu, kerap merasakan sakit luar biasa di perutnya, sampai orangtuanya memberi obat sakit lambung, karena tidak tahu apa sakit yang di derita anaknya itu.
Namun, bukannya sembuh, lama kelamaan di perut Dona malah muncul benjolan yang mengakibatkan rasa sakit teramat sangat. "Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum perut ini," Dona meringis.
Bulan terus berganti, remaja warga kampung Cipatuguran RT 01/21, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu itu, akhirnya harus rela melepas status pelajarnya, karena pada Desember 2016, perutnya semakin membesar melebihi ukuran bola voli.
Orang tua Dona pun mencoba membawanya berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu, namun tidak bisa ditangani lantaran keterbatasan peralatan.
Setelah itu, ia di bawa ke RSUD R. Syamsudin, SH., namun tak juga kunjung sembuh. Tak berhenti di sana. Dona juga pernah berobat ke RS Hasan Sadikin, dan RS Cibinong, sebelum akhirnya di RS Fatmawati, Jakarta.
Di RS Fatmawati, Dona mendapat penanganan medis selama satu bulan lamanya. "Saya sudah dioperasi, dan diambil tumor sedikit katanya untuk sampel, namun sampai sekarang belum ada kabar lagi," keluhnya.
BACA JUGA:
Idap Tumor Ganas, Guru Ngaji di Bantarmuncang Cibadak Butuh Bantuan
12 Tahun Tumor Ganas Erami Perut Wanita Miskin Cikiwul Kabupaten Sukabumi
Kejam... Leasing Turunkan Pasien Tumor di Tengah Jalan
Kini, Dona pun harus rela menanggung derita sakit di rumahnya. Hingga kedua orangtuanya, Ade Wandi (44) yang bekerja sebagai nelayan dan dan Ai Eros (40), benar-benar merasa tertekan. Pasalnya, setiap hari perut Dona semakin membesar dan perlu penanganan segera.
"Sekarang dimasukan lagi ke RSUD Palabuhanratu, padahal anak saya perlu secepatnya dioperasi, karena sebulan lebih yang lalu di Fatmawati, hanya operasi pengambilan sampel jenis tumor saja," beber Ade.
Namun apa daya, Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang menjadi sumber pembayaran penanganan penyakit Dona, justru menjadi salah satu penghalangnya untuk secepatnya ditangani tim medis. "Saya merasa disisihkan, anak saya sudah harus secepatnya ditangani, tapi masih saja seperti ini, menunggu kabar dari Fatmawati pun sampai sekarang tidak ada," keluh Ade.
Dirinya berharap, anaknya bisa langsung dibawa ke RS Fatmawati untuk segera dilakukan penanganan. Namun, kalau masih menggunakan KIS, mau tidak mau ia harus menempuh cara seperti prosedur awal. Masuk RSUD setempat dulu, lanjut ke ke RS lainnya, seperti awal mula melakukan pengobatan anaknya itu.
"Entah mau apalagi, saya sekarang terus berusaha supaya anak saya sembuh seperti sedia kala, namun saya berharap ada yang membantu dalam pengobatan anak saya supaya cepat ditangani tanpa harus memulai dari awal menempuh prosedur KIS karena anak saya harus secepatnya ditangani," harapnya.
Sementara itu, Camat Palabuhanatu Dodi Rukama saat ditemui di ruang kerjanya menegaskan, pihaknya dan Puskesmas Palabuhanratu telah membawa Dona ke RSUD Palabuhanratu pada Senin (20/2) malam.
Saat ini, dirinya menunggu hasil koordinasi dengan pihak Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi untuk penanganan lebih lanjut terhadap Dona. "Memang Dona memakai KIS, namun kita siap membawanya ke RS Fatmawati. Saat ini pun saya masih menunggu keputusan dari dinas sosial," janjinya.
Namun, sebelum itu, dirinya berharap pihak keluarga bisa mengambil administrasi menyangkut riwayat penyakit Dona di RS Fatmawati. "Sudah sebulan lalu kan RS Fatmawati mengambil sampel serta masih ada berkas lainnya, saya harap pihak keluarga atau siapa saja bisa mengambil itu dulu ke Fatmawati, sebelum nanti kita membawanya kembali ke sana," pungkasnya.