SUKABUMIUPDATE.com - Petani di sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi mengeluh turunnya harga jual gabah kering panen. Saat ini harga jual gabah diterima tengkulak Rp480 ribu per 100 kilogram dari sebelumnya Rp500 ribu.
"Sekarang mah harganya turun. Mungkin gabah sekarang tidak terlalu bagus karena masih hujan," terang Mimit (45), petani di Kampung Babakan Bandung RT 01/06 Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung, kepada sukabumiupdate.com, Jumat (17/2).
Dari 1 are (100 meter persegi) lahan sawah, kata Mimit, menghasilkan sekitar 60 kilogram gabah kering panen. Mimit memiliki sekitar 50 are lahan sawah. "Kalau dijumlahkan bisa mendapat 3 ton. Tapi saat musim hujan gini mah ada saja gabah yang kurang bagus karena kurang sinar matahari. Makanya sekarang harga jual gabah juga turun dari Rp480 ribu per 100 kilogram dari sebelumnya Rp500 ribu per kilogram," tambah Mimit.
Meskipun harganya turun, tapi Mimit mengaku tidak terlalu merugi. Masih ada penghasilan yang bisa diperolehnya dengan menjual harga sebesar itu. "Kalau disebut rugi sih tidak. Masih ada kelebihan dari ongkos produksi," terangnya.
Saat ini di wilayah itu sedang memasuki masa tebar benih padi. Dengan curah hujan relatif tinggi saat ini, proses pemupukan cukup terkendala. "Kalau misalnya kita kasih pupuk saat musim hujan akibatnya jadi menggumpal. Pupuknya tidak mereka tersebar. Tapi kalau benihnya sih tidak terpengaruh," jelasnya.
BACA JUGA:
Petani Pajampangan Kabupaten Sukabumi Terpaksa Jual Gabah Basah
Rasanya Seperti Apa? Ini yang Terjadi dengan Gabah Petani Cidolog
Bulog Siap Kirim Beras untuk Korban Banjir Jika Diminta Pemkab Sukabumi
Di sisi lain, masih tingginya curah hujan nantinya akan cukup membantu pada saat memasuki musim tanam padi. Biasanya setelah masa tebar benih hanya memerlukan waktu sekitar satu minggu sebelum masuk masa tanam. "Kalau masa tebar benih selesai nanti langsung masa tandur (tanam mundur)," ungkapnya.
Memasuki masa tanam padi nanti dipastikan akan memerlukan banyak pupuk. Saat ini ketersediaan pupuk di wilayah itu mencukupi. "Kalau pupuk ada. Satu karung isi 50 kilogram itu harganya Rp265 ribu. Tapi itu pupuk campuran antara NPK dan urea," sebutnya.
Rata-rata di wilayah itu produktivitas padi per 1 are mencapai 60 kilogram. Padahal wilayah tersebut berada dekat dengan irigasi. "Kalau di sini kan dulunya bekas tanah keras. Jadi dengan produksi mencapai 60 kilogram juga sudah bagus. Ada juga yang mencapai 70 kilogram per 1 are. Tapi memang dari dulu itu lahan basah (sawah)," terangnya.
Aas (51), petani lainnya, mengaku tingginya curah hujan banyak membantu dalam pasokan air. Tapi kendalanya proses pengeringan gabah kering panen tidak maksimal. "Makanya sekarang harga gabah juga agak turun. Beda ketika musim kemarau, gabah sangat bagus karena banyak terkena sinar matahari. Kalau sekarang mah dijemurnya sebentar karena sering hujan," pungkasnya.