SUKABUMIUPDATE.com - Rabu (15/12) petang, di Jalan Kenari 20, Kota Sukabumi melintas seorang pengamen berambut panjang, menggunakan setelan jeans ketat dan atasan baju berlengan panjang dengan belahan di bagian pundak yang biasa digunakan wanita, agar terlihat lebih seksi.
Pengamen yang mengaku bernama Olla (32) itu, menghampiri halaman depan Kantor Redaksi sukabumiupdate.com dengan maksud untuk menghibur. Ketika dipersilakan untuk masuk, “gadis ini†memilih curhat. Namun, sebelum curhat, Ola meminta sukabumiupdate.com untuk merahasiakan nama aslinya.
Walaupun raut wajahnya terlihat sangat laki-laki, namun ia nampak berusaha tampil seanggun mungkin. Polesan bedak yang tipis menutupi wajah kerasnya, dengan tambahan bulu mata lentik, bibir dipoles lipstick warna merah, dan rambut panjang, serta busana perempuan yang ia kenakan.
“Saya laki-laki tulen, dan masih laki-laki sampai sekarang,†terang Olla dengan suara baritonnya.
Olla tidak malu-malu mengungkap alasan mengapa dirinya berpenampilan seperti perempuan, ia menuturkan sejak perceraian dengan istrinya karena alasan ekonomi, segalanya harus ia mulai kembali dari awal, termasuk mengumpulkan uang untuk biaya hidup, membayar sewa kos, bahkan untuk melengkapi gaya hidupnya, “Saya ingin beli hape android,†imbuh Olla.
Untuk mengamen, Olla hanya bermodalkan kaleng bekas tutup botol minuman yang disusun sedemikian rupa agar mempunyai bunyi mirip suara kecrek ketika dimainkan.
“Sebetulnya saya bisa memainkan gitar, tapi dalam dunia bencong, enggak pernah ada cerita bencong yang ngamen dengan iringan gitar,†terang Olla.
BACA JUGA:
Ini Penghasilan dan Nama Asli Lulu Susilawati, Pengamen Waria di Pasar Cibadak Kabupaten Sukabumi?
Ngaku Umur 17, Warga Cibadak Kabupaten Sukabumi Pasti Kenal Waria Satu Ini
Dengarkan, Jerit Hati Waria Jembatan Leuwigoong Cibadak Kabupaten Sukabumi
Menurutnya, kecrek sudah merupakan ciri khas para pengamen waria, selain bass betot atau tape player yang dibuat khusus agar bisa ditenteng saat beraksi untuk berkaraoke ria.
Olla mengaku dengan profesinya sekarang, ia bisa meraup ratusan ribu rupiah dalam sehari. Jika lagi sepi, Rp50 ribu masih bisa ia dapat. Namun begitu, Olla yang tinggal di daerah Cijangkar, Kota Sukabumi itu mengaku, merasa jenuh dengan pekerjaannya, karena tak sedikit orang-orang yang menggoda, mem-bullying, menertwakan, bahkan sampai melakukan tindakan kekerasan secara fisik.
“Tapi mau gimana lagi, terpaksa, karena ini pilihan paling mudah,†ujarnya seraya merapikan rambut palsunya yang terurai menutupi matanya.
Sekali waktu, Olla mengatakan dirinya dipanggil oleh segerombolan anak-anak muda yang tengah nongkrong-nongkrong menghabiskan malam di jalanan, kebetulan dirinya lewat di hadapan mereka. “Saya kira mau dibayar, eh malah dipukuli sambil berkata enggeus siah jung indit kaditu!â€Â Kenang Olla sedikit muram. “Saya tidak membalasnya, padahal saya juga ikut perguruan silat dan tergabung di IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia-red) Sukabumi,†imbuh Olla.
Meski kerap kali berpenampilan seperti perempuan, Olla mengaku, orientasi seksualnya tidak berubah, ia masih memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. “Sekali lagi, saya masih laki-laki,†tegas Olla.
Fenomena pengamen seperti Olla, kini banyak dijumpai di Kota/Kabupaten Sukabumi, pada umumnya terpaksa menjalani profesi jadi pengamen a la perempuan akibat himpitan ekonomi. “Kenapa sekarang jadi banyak yang begini? Ini karena kegagalan negara!†ungkap Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sukabumi, Dewek Sapta Anugerah menganalisa.