SUKABUMIUPDATE.com - Kondisi memilukan dialami siswi kelas 6 salah satu SD di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Siswi ini pingsan saat mengikuti upacara di sekolahnya pada Senin 3 Oktober 2022.
Keadaan itu terjadi akibat siswi itu datang ke sekolah dalam keadaan perut kosong karena tidak sarapan. Siswi tersebut hidup dalam himpitan ekonomi.
Ayah siswi tersebut, Soni Yhumanuel merupakan sales pakaian yang menawarkan pakaian ke toko-toko di pasar diantaranya Pasar Cicurug dan Palabuhanratu. Pemasukan dari usaha yang dilakoni Soni menurun drastis semenjak pandemi melanda. Adapun ibunya, Yeni Susanti merupakan Ibu Rumah Tangga.
Soni dan Yeni memiliki 4 orang anak yaitu anak pertama duduk di kelas 2 SMA, anak kedua kelas 2 SMP, anak ketiga kelas 6 SD dan anak keempat kelas 2 SD.
Baca Juga :
Soni menyatakan, pada hari itu, dia hanya pegang uang Rp 10 ribu untuk beli beras. Sehingga dia meminta anaknya untuk tidak sekolah dulu karena tak ada uang untuk bekal. Kendati demikian, anak yang kelas 6 SD tetap ingin sekolah karena tidak ingin ketinggalan pelajaran. Uang yang awalnya untuk beli beras akhirnya diberikan ke Siswi itu Rp 3.000.
Hari itu pun sebenarnya ada sedikit sisa nasi semalam yang dibuat nasi goreng seadanya untuk sarapan. Tapi siswi itu tak sarapan.
Akibat perut kosong itu, siswi itu pingsan ketika ikut upacara. Para guru kemudian membawa siswi ini ke ruangan dan setelah sadar, siswi tersebut diantar pulang oleh pihak sekolah. Cerita soal kondisi siswi SD itu kemudian viral di media sosial.
"Waktu pingsan saya tidak tahu karena sedang di pasar, pas sore saya pulang dapat kabar dari tetangga bahwa anak saya pingsan di sekolah saat upacara," ujar Soni.
Saat mengetahui kabar tersebut, Roni langsung menanyakan kepada anaknya. "Dia bilang sebelum pingsan itu pusing banget, setelah sadar tiba-tiba sudah di ruang guru dan sedang diberi minyak kayu putih oleh gurunya di bagian hidung," imbuhnya.
Soni mengatakan beberapa tahun yang lalu keadaan ekonominya baik-baik saja. Namun akibat dilanda pandemi Covid-19, keadaan berubah.
Menurut dia, pemasukan dari usaha sales baju yang dilakoninya tak bisa menopang kebutuhan. "Dari sepotong baju paling dapat untung Rp 1.000 atau Rp 2.000 saja. [pemasukan] sehari dari pagi sampai sore kalau sekarang rata-rata dapat Rp 20 ribuan," ujarnya.
Pemasukan dari usaha yang dilakoni Soni menurun drastis semenjak pandemi melanda. Pemasukan yang pas-pasan itu harus dibagi untuk berbagai kebutuhan sehari-hari, bekal sekolah serta jajan anak.
Selain itu, pemasukan juga harus dibagi untuk membayar kontrakan yang dihuni keluarga tersebut di Kampung Sukajadi RT 05/10, Kelurahan Cibadak.
Tak jarang, Soni sering telat membayar sewa kontrakan Rp 500 per bulan. "Alhamdulillah, pemilik kontrakan mengerti dengan keadaan ekonomi kami, jadi kadang saya minta perpanjangan waktu untuk membayarnya," ujarnya.
Soni mengaku saat ini menerima banyak bantuan dari sejumlah pihak yang langsung mendatangi kontrakannya. "Keluarga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan yang telah berdatangan dari beberapa pihak yang sudah menyempatkan datang mengunjungi kami," ujarnya.
Selain itu Soni mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan media, karena berkat media keluarga tersebut terbantu.
REPORTER: CRP/GIANNI FATHIN RABBANI