SUKABUMIUPDATE.com - Langkah Pertamina menurunkan harga BBM non subsidi Pertamax per 1 Oktober 2022 diapresiasi Hiswana Migas Sukabumi. Diketahui, harga Pertamax turun menjadi Rp 13.900 per liter untuk wilayah Jakarta dari harga Rp 14.500 per liter.
Kepala Bidang SPBU Hiswana Migas Sukabumi, Rusman, menyebut penurunan harga BBM bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Keputusan ini juga, kata dia, bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk memahami mekanisme pasar dan tidak kaget saat ada kenaikan.
"Penurunan harga BBM, biak subsidi maupun non subsidi, merupakan penyesuaian harga dengan harga minyak dunia," kata Rusman lewat keterangan tertulis kepada sukabumiupdate.com, Minggu (3/10/2022).
Rusman mengatakan masyarakat harus memahami ketika ada kenaikan harga BBM, artinya ada penyesuaian dengan harga minyak dunia yang juga naik. Rusman pun meminta pemerintah memastikan ketersediaan BBM subsidi maupun non subsidi di tengah masyarakat.
"Selain minyak dunia, naik turunnya harga BBM juga dipengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kami berkomitmen dalam pengawasan BBM subsidi di SPBU di wilayah Sukabumi, sesuai amanah dari Pertamina Sukabumi," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, harga Pertamax resmi turun per Sabtu, 1 Oktober 2022, menjadi Rp 13.900 per liter untuk wilayah Jakarta dari Rp 14.500 per liter.
"PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri,” tulis pengumuman resmi PT Pertamina (Persero) dalam situs resmi.
Di luar DKI Jakarta, ada perbedaan harga BBM di beberapa wilayah di Indonesia. Sebagai contoh, harga Pertamax di Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat turun menjadi Rp 14.200 per liter dari sebelumnya Rp 14.850 sejak 3 September 2022.
Penurunan harga BBM di dalam negeri di antaranya imbas pelemahan harga minyak dunia di pasar global. Secara kuartalan, harga komoditas itu turun untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir. Melemahnya harga minyak mentah terpengaruh sentimen kekhawatiran pasar terkait perlambatan ekonomi dan menguatnya dolar AS.