SUKABUMIUPDATE.com - Naiknya harga BBM bersubsidi berimbas pada aktivitas nelayan di Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Mereka memilih tidak melaut lantaran mahalnya biaya bahan bakar, ditambah beberapa jenis ikan sedang langka.
Ketua Rukun Nelayan Ujunggenteng Asep Jeka mengatakan dari total 740 perahu fiber dan 64 perahu diesel milik nelayan di Ujunggenteng, sekitar 70 persen memilih libur melaut. Menurut Asep, kondisi ini dipicu naiknya harga Pertalite yang biasa digunakan nelayan.
"Selain BBM naik yang mencapai Rp 15 per liter (Pertalite dan oli samping), ikan juga susah dicari dan jarak tempuh cukup jauh serta langka," kata Asep Jeka kepada sukabumiupdate.com, Kamis (8/9/2022).
Baca Juga :
Perahu kini bersandar di Pantai Ujunggenteng. Nelayan menggunakan waktu libur untuk memperbaiki perahu dan peralatan tangkap. "Libur sejak harga BBM naik, sudah hampir tiga hari. Bahkan yang di lautan seperti perairan Cianjur dan Tegalbuleud juga pulang," ujar Asep Jeka.
Asep Jeka menyebut nelayan Ujunggenteng biasanya membawa 200 liter bahan bakar untuk waktu sepekan di laut dengan jarak terjauh ke perairan Cianjur. "Harapan kami kepada pemerintah agar ada solusi terbaik, saat nelayan libur, bisa meringankan beban mereka," katanya.
Diketahui, pemerintah menaikkan harga Pertalite, Pertamax, hingga Solar pada 3 September 2022. Kenaikan diumumkan di Istana Merdeka oleh Jokowi bersama jajaran menterinya. Menteri ESDM Arifin Tasrif yang turut hadir memberikan rincian kenaikan BBM tersebut, yakni:
1. Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter.
2. Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.
3. Pertamax non subsidi dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.