SUKABUMIUPDATE.com - Seni bela diri pencak silat, ternyata bisa dikreasikan sesuai kultur masyarakat pedesaan yang mayoritas sebagai petani. Seperti yang dilakukan paguron pencak silat Ciung Wanara di Kampung Cijambe RT 21/04 Desa Nangerang, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi.
Paguron atau perguruan pencak silat di bawah pimpinan Datuk atau Sahidin dan Abah Barma ini mengenalkan Silat Golempang. Salah satu pengasuh di perguruan, Ayi Sunanda, mengatakan Silat Golempang merupakan silat cerita. Memadukan silat dengan cerita bagaimana petani menanam padi hingga panen.
"Kata orang tua saya, sesepuh Ciung Wanara, golempang memiliki arti gawe, olah, lengkah petani Nangerang," kata Ayi kepada sukabumiupdate.com, Selasa (12/7/2022).
Silat Golempang memainkan gerakan pencak silat, namun dalam peragaannya menggunakan alat-alat pertanian yang terbuat dari kayu seperti cangkul, parang, dan lainnya. Silat Golempang biasa dimainkan enam orang berusia sekolah dasar, tiga laki-laki dan tiga perempuan, di beberapa acara masyarakat.
"Dimainkan kapan saja, mau hajatan warga atau samenan. Ini hanya ciri khas dan mengingatkan bahwa tanpa petani, orang besar atau hebat mau gimana kalau tidak ada padi atau beras dari hasil pertanian," ujar Ayi. Silat Golempang juga mengingatkan susahnya proses mendapat sebutir padi.
Ayi menyebut Silat Golempang sebenarnya sudah populer di Jampangtengah sejak 1986. Namun berjalannya waktu, silat ini mengalamai pembaharuan gerak dan musik pengiring. Ini dilakukan supaya lebih menarik perhatian warga yang menonton. "Ini ciri khas paguron Ciung Wanara. Daerah lain kurang tahu," kata Ayi.