SUKABUMIUPDATE.com - Resah melihat proses belajar anak-anak di sekitar rumahnya terhambat pandemi Covid-19, Indri Maya Lestari berinisiatif mendirikan rumah belajar gratis. Wanita berusia 40 tahun ini membuka rumah belajar tersebut di rumahnya di Kampung Purwasari RT 01/04 Desa Purwasari, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Diberi nama Rumah Belajar Indri, kegiatan yang dilakukan setiap akhir pekan ini sudah diikuti 50 peserta didik. Mereka berusia pra-SD hingga kelas VI SD. Indri yang juga mengajar di SDN 2 Purwasari, mendirikan rumah belajar ini pada awal pandemi Covid-19 dengan hanya tiga siswa. Waktu terus berjalan membuat peserta didik meningkat signifikan.
"Tidak semua anak itu orang tuanya punya handphone. Kalau ada pun kadang tidak ada kuota. Dari situ saya coba siasati dengan mendirikan rumah belajar," kata Indri kepada sukabumiupdate.com, Jumat (8/7/2022).
Indri memanfaatkan ruang tamu rumahnya yang tidak terlalu besar untuk menampung anak-anak belajar. Berbagai mata pelajaran umum seperti matematika, IPA, bahasa, hingga mengaji, diajarkan Indri dengan telaten kepada siswanya. Dari 50 murid, 20 di antaranya yatim piatu dan tidak dipungut biaya apa pun untuk menimba ilmu di Rumah Belajar Indri.
Sementara 30 murid lainnya, yang masih memiliki orang tua, sebagian ada yang suka memberi bantuan dana bagi Rumah Belajar Indri, namun sifatnya tidak wajib dan tidak rutin. Sejak awal berdiri hingga saat ini, Indri menggunakan uang pribadinya untuk memenuhi kebutuhan belajar. "Yang penting ilmu saya bermanfaat untuk anak-anak," ucap dia.
Aktivitas belajar di Rumah Belajar Indri dilakukan setiap Sabtu dan Ahad. Ada tiga kelompok belajar yang dibagi tiga sesi: kelompok A (07.30-09.00); kelompok B (09.00-10.30); dan kelompok C (11.00-12.30). Bakat, kegemaran, dan potensi kreatif siswa juga dikembangkan. Termasuk ada pula program "Sayang Yatim" yang dikampanyekan Indri.
"Sayang Yatim adalah agenda mengajak anak-anak yatim piatu pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan mereka," ucapnya.
Indri menceritakan sejumlah tantangan yang dia hadapi dalam mendirikan dan mengelola rumah belajar tersebut. Dia mengaku tak bisa terus-menerus menjalankan rumah belajar ini seorang diri. Guru tambahan menjadi salah satu yang diharapkannya. Namun, upah menjadi hal yang harus dipikirkan Indri saat ada guru yang membantu mengajar.
"Peralatan sehari-hari untuk mengajar juga perlu. Sebab, saya kadang hanya menggunakan spanduk bekas yang dibalik untuk alas para siswa," katanya.
Indri berharap ada donatur yang bersedia membantu menunjang fasilitas belajar yang saat ini masih menggunakan barang seadanya. "Harapannya ada donatur yang bisa membantu memberikan karpet dan rak buku, karena selama ini buku-buku saya simpan di sebuah boks," ucap Indri.