SUKABUMIUPDATE.com - Tepat Kamis kemarin, 9 Juni 2022, proyek Bukit Algoritma sudah berjalan selama satu tahun--sejak groundbreaking pada Rabu, 9 Juni 2021. Pengembangan industri dan teknologi 4.0 serta sumber daya manusia seperti Silicon Valley di Amerika Serikat ini berlokasi di Cibadak dan Cikidang, Kabupaten Sukabumi.
Bukit Algoritma akan dibangun di lahan seluas 888 hektare, yang mencakup tiga desa di Kecamatan Cikidang: Cicareuh, Pangkalan, dan Tamansari. Sementara satu desa di Kecamatan Cibadak adalah Desa Neglasari. Proyek ini terbagi tiga tahap dengan masa pengerjaan tiga tahun tahap pertama, tiga tahun tahap kedua, dan empat tahun tahap ketiga.
Namun sayang, hingga saat ini belum ada pembangunan yang dilakukan terkait proyek tersebut. Ini diungkap Kepala Desa Pangakalan Usep Saepulrohman kepada sukabumiupdate.com. Usep mengatakan belum ada pembangunan apa pun soal Bukit Algoritma, khususnya yang masuk di wilayah Desa Pangakalan, Kecamatan Cikidang.
"Belum ada. Semenjak acara groundbreaking dulu belum ada tindak lanjut lagi," kata Usep, Senin, 6 Juni 2022. Usep juga menyebut belum ada tim Bukit Algoritma yang datang keapdanya untuk membahas pembangunan. Hal serupa disampaikan Kepala Desa Tamansari, Muchtar. "Belum ada," katanya menjelaskan rencana pembangunan Bukit Algoritma.
Hingga beriat ini ditayangkan, redaksi sukabumiupdate.com sudah berupaya menghubungi tim Bukit Algoritma untuk meminta penjelasan pembangunan proyek ini, namun belum memperoleh jawaban.
Baca Juga :
Pada April 2022 lalu, External Affairs PT Amarta Karya (main contractor Bukit Algoritma) Hilmi Dzakwan Shodiq mengatakan pembangunan Bukit Algoritma masih tertunda akibat dana investor yang belum masuk. Belum masuknya dana investor, kata Hilmi, menyebabkan pihak kontraktor belum bisa bergerak melakukan pembangunan.
"Masih pending karena dana investor belum masuk. Jadi kami kontraktor pelaksana masih belum bisa gerak," kata dia, Rabu, 13 April 2022. Diketahui, groundbreaking di Cikidang pada Rabu, 9 Juni 2021 lalu, menjadi awal dimulainya pengerjaan tahap pertama selama tiga tahun oleh Badan Usaha Milik Negara PT Amarta Karya selaku main contractor.
Masih pada April 2022, muncul kabar lain bahwa pembangunan Bukit Algoritma tidak hanya dilakukan dengan uang fiat (uang yang diterbitkan bank sentral). Sebab, proyek tersebut menggandeng teknologi blockchain dan kripto. Ini dijelaskan COO PT Gaharu Indonesia Prima (Lobo Investment) Bari Arijono, dikutip dari laporan CNBC Indonesia.
Bersama CEO Bukit Algoritma Budiman Sudjatmiko, Bari menjelaskan perusahaannya sendiri merupakan platform token pertama untuk sektor teknologi real estate. "Lobo merupakan aset digital membuat tokenisasi semua project-project propert di dunia dengan platform Binance. Kami mentokenisasi aset properti dan project ubah menjadi aset digital menjadi token Lobo," kata Bari, Selasa, 12 April 2022.
Dia menambahkan Lobo adalah gabungan property technology serta fintech. Dengan begitu, memberikan crowdfunding untuk investor bisa menginvestasikan dana pada proyek yang dibuat ini. Kerja sama itu untuk menyelesaikan masalah di industri real estate. Yakni investasi membutuhkan banyak dana dan pengetahuan yang bisa mempengaruhi investasi.
"Dengan tokenisasi ini membuat terobosan baru, kesempatan investasi real estate terbuka luas, terpercaya, compliance aturan, dan transparan," ucap Bari.
Dalam kesempatan yang sama, Budiman mengaku pembangunan Bukit Algoritma saat ini sedang berfokus pada renovasi infrastruktur fisik. Di wilayah seluas 888 hektare, terdapat delapan gedung dan ratusan rumah yang rusak. Fokus pada infrastruktur fisik tersebut akan dilakukan pada tiga tahun pertama.
Saat bersamaan, juga terus dilakukan kerja sama dengan investor untuk bisa menginvestasikan pembangunan dan pembiayaan riset. "Kita prioritaskan renovasi fisik gedung yang ada. Lebih banyak menyediakan sebagai tempat bagi para inovator, perusahaan start-up, melakukan macam-macam aktivitas bisnis," kata Budiman.
Bukit Algoritma merupakan proyek yang digagas PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari. Keduanya membuat perusahaan Kerja Sama Operasional bernama PT Kiniku Bintang Raya, yang ketua pelaksananya diisi Budiman Sudjatmiko, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sekaligus Komisaris PT Perkebunan Nusantara V.
Lahan seluas 888 hektare lokasi Bukit Algoritma adalah milik PT Bintang Raya Lokalestari. Dalam laporan Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK tahun 2018, perusahaan itu tercatat mengusulkan tanah tersebut untuk menjadi KEK Sukabumi dengan kegiatan utamanya: pariwisata, fusi sains, dan teknologi.
Saat groundbreaking, Budiman menginformasikan perkembangan investasi yang masuk ke Bukit Algoritma. Ia menyebut ada investor baru dari beberapa negara Asia yang menanamkan modalnya untuk pengembangan riset sensor pencari ikan bagi nelayan di Indonesia. "Untuk bidang ini nilainya Rp 1,7 triliun," kata Budiman usai peletakan batu pertama.
Angka tersebut menambah nilai investasi yang sebelumnya telah lebih dulu masuk ke proyek Bukit Algoritma, yakni Rp 18 triliun dari Kanada untuk pembangunan klaster fase pertama yang digarap PT Amarta Karya berupa pembangunan infrastruktur dan investasi ekosistem energi terbarukan yang berasal dari Jerman sebesar Rp 1,4 triliun--yang kata Budiman pengerjaan investasi energi terbarukan ini dilakukan di luar Sukabumi.