Mungkin tidak banyak orang tahu bahwa Kota Sukabumi memiliki wayang khas bernama Sukuraga. Ini adalah inovasi dari seorang budayawan serta pekerja seni Kota Sukabumi bernama Effendi.
Sukuraga diciptakan pria yang akrab disapa Fendi ini pada kisaran tahun 1999, memadupadankan seni rupa,music, teater, serta sastra bercita rasa khas. Nama Sukuraga diambil dari kata “suku” yang berarti bagian atau anggota dan “raga”yang berarti tubuh.
Wayang sukuraga adalah wayang anggota tubuh yang para tokoh dan namanya diambil dari bagian anggota tubuh. Seperti para tokohnya Ma Ata, Pak Anon, mul lut, mul longo, ceu pil, Pak ngambung, vagi, pina, kang jud.
Nama-nama tokoh tersebut pun tidak semata-mata hanya nama saja, menurut sang dalang manusia diciptakan oleh sang pencipta begitu sempurna. Selain otak untuk berpikir juga diberi beberapa anggota tubuh untuk melakukan aktivitasnya.
Para anggota tubuh diberi tugas masing-masing oleh Allah SWT menciptakan nya dengan sangat sempurna agar manusia menyatu dengan alam. Dimana dalam tubuh manusia diletakkan beberapa unsur alam seperti : tanah,air, api, dan udara.
Manusia juga diciptakan berpasangan, begitu pun dengan anggota tubuh. Ada otak kanan dan otak kiri, mata kiri dan mata kanan, tangan kanan dan tangan kiri, kaki kanan dan kaki kiri.
Posisi dan letak anggota tubuh pun disesuaikan dengan tugas dan amanah yang dikehendaki Nya. Didunia semua anggota tubuh laksana prajurit yang tunduk pada satu komando.
Namun pada akhirnya mereka akan menjadi saksi atas segala perbuatan manusia selama di dunia. Begitulah dia mengatakan filosofi dari nama-nama wayang yang dia buat.
Kesenian sukuraga terlahir dari proses perkembangan lukisan-lukisan inovasi karya Fendi sejak tahun 1955. Lukisan sukuraga bertema “peran-peran” pertama kali dipamerkan di Galeri Seni Lukis dan Seni Reka Institut Teknologi Mara, di Shah Alam Malaysia.
Sejak November 2001, seluruh karya seni sukuraga bernaung yayasan karya cipta Sukuraga. Uayasan ini dibentuk sebagai upaya memberi payung hukum atas karya- karya penciptaan yang berkaitan erat dengan kesenian sukuraga.
Khususnya proses penggalian dan pengembangan kesenian sukuraga yang diciptakan fendi sukuraga. Selain wayang, sukuraga juga mengembangkan kesenian "kudu leumpang" yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 2008 dalam rangka melengkapi seni pertunjukan wayang sukuraga pada festival seni guru international di Yogyakarta (the teachers performing Arts Festival)
Keunggulan sukuraga tidak terpaku pada pakem pewayangan tradisional. Dilihat dari teknis pertunjukan memiliki kemiripan dengan pertunjukan wayang kulit. Bedanya, wayang kulit banyak mengadopsi cerita Mahabarata dan Ramayana sedangkan wayang sukuraga lebih bercerita konteks kekinian.
Tokoh wayang yang mudah dimengerti dan diingat anak-anak maupun segala usia karena punya daya tarik tersendiri. keunikan terletak pada aspek visual, yakni berupa anggota badan manusia seperti mata, telinga, hidung, dan lain-lain.
Eayang sukuraga tidak perlu dipentaskan dalam durasi panjang. Dengan gaya bercerita yang singkat, satu menit pun bisa menyampaikan satu cerita. Wayang sukuraga juga bisa dituangkan dalam bentuk poster atau kaos.
Dengan demikian tanpa pertunjukan pun wayang Sukuraga sudah bisa menyampaikan cerita atau pesan. Si kaki, Salah satu tokoh wayang Sukaraga yang dapat menjadi kesenian Mandiri kudu leumpang. gambar-gambar wayang sukuraga yang diaplikasikan dalam bentuk hiasan gambar pada poster, kaos, kayu, alat Peraga pendidikan maupun media lainnya.
Ini dapat dikategorikan sebagai ekonomi kreatif atau ekraf yang ikut memberdayakan generasi muda untuk menjadi peluang usaha.
Penulis: Salvira Nuraiza, Mahasiswa Komunikasi Sekolah Vokasi IPB Sukabumi