Oleh: Eli Maymunah, M.Pd
Pengamat Pendidikan
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang luar biasa pada semua sektor dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya di Indonesia akan tetapi juga di seluruh dunia. Terpukulnya sektor kesehatan fisik telah menyebabkan banyak dampak terkait dengan sektor-sektor terkait dengan kesejahteraan umat manusia. Setelah satu tahun lebih Pandemi melanda negeri ini tidak berlebihan jika penulis menilai adanya dampak negatif terhadap kesehatan mental warga negara Indonesia terutama di kalangan usia muda.
Kesehatan mental adalah sebuah kondisi dimana individu terkait dengan kesehatan emosional, psikologis dan sosial, dimana individu berpikir, merasakan dan bertindak dalam kehidupannya sehari-hari. Di masa pandemi ini juga telah menyumbangkan hal-hal yang menurut penulis kemudian menjadi penyebab terjadinya penurunan kesehatan mental. Hal-hal yang muncul merespon adanya pandemi ini kemudian menjadi sebuah stress atau tekanan terkait dengan ketidakpastian akan lingkungan yang sehat, keadaan ekonomi yang tidak menentu, keresahan terkait kesehatan pribadi dan orang-orang terdekat dan masih banyak lagi yang lebih kompleks.
Kesehatan mental merupakan hal penting yang harus diperhatikan selayaknya kesehatan fisik. Kestabilan kondisi mental seseorang akan berpengaruh terhadap kesehatan fisiknya secara keseluruhan. Rasa takut dan cemas tentu merupakan sebuah respon yang wajar dalam menghadapi sebuah ancaman. Akan tetapi akan lebih baik dan menguntungkan jika respon ini dapat kita kendalikan.
Dalam penelitian laporan risiko global 2021 yang diterbitkan World Economic forum bersama Zurich Insurance Group menyebut bahwa 80% Generasi muda di seluruh dunia mengalami penurunan kondisi mental selama Pandemi COVID-19. Dan menurut platform kesehatan Halodoc Konsultasi kesehatan mental ini mengalami kenaikan hingga 300% selama masa Pandemi. Secara langsung ataupun tidak langsung maka pandemi ini telah membuat kesehatan masyarakat terutama di kalangan generasi muda menjadi menurun. Hal ini disebabkan karena bidang pendidikan yang terbatas pada pengaksesannya dan juga bidang ekonomi yang terpukul tidak seimbang dengan kebutuhan masyarakat secara riil. Keterbatasan pendidikan yang tidak dapat menyalahkan pada segi sarana dan prasarana saja akan tetapi juga pada segi sumber daya manusia dan semangat belajar yang tidak sama antara satu individu dengan individu yang lainnya. Kegiatan perekonomian yang melambat selama masa pandemi tentu menyebabkan jumlah pengangguran terdidik. Sekolah tetap meluluskan siswanya, Universitas tetap mewisuda sarjana-sarjana yang dicetaknya sedangkan lowongan kerja dipersempit bahkan yang sudah bekerja tidak sedikit yang dirumahkan bahkan di PHK.
Dunia digital telah menawarkan berbagai pekerjaan baru yang menjanjikan bagi mereka yang menguasainya. Akan tetapi digitalisasi yang terpaksa karena mengimbangi dampak dari Pandemi ini tentu belum dapat dirasakan secara merata diseluruh wilayah Indonesia. Di kawasan perkotaan digitalisasi bisa menjadi sumber kehidupan baru dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan. Sementara untuk penduduk di kawasan pedesaan yang jumlahnya cukup besar tentu digitalisasi ini masih merupakan masalah karena minimnya akses dan infrastruktur digital.
Depresi menjadi salah satu akibat dari kesehatan mental. Depresi terjadi dengan salah satu ciri kecemasan yang berkepanjangan yang menyebabkan terhambatnya aktivitas dan menurunnya kualitas fisik. Saat ini mungkin tidak semua orang dapat menyadari bahwa dirinya berada dalam keadaan depresi ini. Namun kita sebagai orang terdekat dapat menganalisis apa yang terjadi pada seseorang terutama yang dekat dengan kita. Keadaaan yang bisa menjadi tolak ukur depresi ini diantaranya adalah kekhawatiran dan kecemasan terhadap kesehatan dirinya dan orang-orang terdekatnya yang ditunjukkan dengan sikap protektif yang berlebihan. Hal ini tidak selamanya buruk akan tetapi jika dilakukan terus menerus maka selain dirinya kan merasa tertekan juga orang-orang yang dikhawatirkannya akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan dirinya.
Yang kedua adalah adanya perubahan pola tidur. Dimasa pandemi ini seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa sekolah yang dilakukan secara daring menyebabkan sebagian besar remaja dan pemuda usia sekolah dan kuliah akan menggeser waktu tidurnya sehingga kegiatan bangun pagi juga akan tergeser dengan bangun siang. Hal ini bukan saja menggeser pola makan dan pola kegiatan yang lainnya tapi tentu saja akan membawa dampak yang sangat besar dalam pembiasaan dan juga kegiatan remaja dan pemuda yang seharusnya berada pada usia produktif. Dapat kita bandingkan apabila sebelum masa pandemi kegiatan remaja atau pemuda usia sekolah akan terlihat pada pukul tujuh pagi atau sebelumnya maka setelah adanya pandemi ini maka usia produktif ini baru akan muncul dan berkegiatan ketika menjelang siang sekitar pukul sepuluh atau sebelas. Hal ini berdasarkan pengamatan penulis yang memulai kegiatan pembelajaran secara daring pada pukul tujuh tiga puluh akan tetapi siswa baru akan hadir pada pukul sepuluh atau sebelas siang.
Yang ketiga ciri dari individu yang depresi adalah sulit berkonsentrasi. Hal ini tentu sangat tidak menguntungkan baik terhadap individu itu sendiri ataupun untuk lingkungannya. Karena bagi individu tersebut baginya akan kesulitan untuk mengerjakan pekerjaan atau bahkan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
Kemudian apa yang harus dilakukan jika ternyata kita adalah salah satu yang merupakan orang yang terdampak dalam kesehatan mental yang tidak baik tersebut ? ada beberapa tips yang berdasarkan pengalaman dan juga beberapa hasil dari membaca penelitian kesehatan yang dapat menjadi rujukan kita yaitu, yang pertama adalah melakukan aktifitas fisik yaitu aktivitas yang dapat anda pilih sendiri dapat merupakan aktivitas rutin anda sehari-hari dirumah ataupun aktivitas yang sebelumnya anda belum pernah lakukan seperti membersihkan lingkungan rumah, mengurus tanaman atau hewan peliharaan ataupun hanya sekedar jalan ditempat atau senam mengikuti instruktur di youtube. Dengan melakukan kegiatan fisik yang menyenangkan maka akan keluar hormon endorphin yang dapat meredakan stress dan mengurangi kekhawatiran.
Kegiatan yang kedua yang dapat anda coba adalah membuat rutinitas tersendiri. Apa hobi anda yang lama tidak anda jalani ? Bisa memasak, melukis, membuat kerajinan atau membongkar kendaraan anda. Hal ini dapat menghilangkan rasa jenuh dan juga dapat melupakan waktu yang berjalan. Ada waktunya seseorang merasa perlu untuk menghabiskan waktu untuk menyenangkan diri sendiri. Dalam waktu yang tidak terbatas ini bisa menjadikan anda kagum dengan diri sendiri terhadap pencapaian yang telah anda raih.
Kegiatan ketiga yang dapat anda pilih adalah bijak dalam memilih informasi. Tidak menutup memang saat ini informasi di semua media sosial adalah tentang pandemi COVID-19. Akan tetapi dengan bijak kita harus mampu mengatasi informasi yang akan kita pilih tentunya yang akurat, dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan yang paling penting adalah tidak menambah kekhawatiran dan kegelisahan dalam masa yang sulit ini.
Kegiatan yang penulis tawarkan selanjutnya adalah kegiatan wajib yang harus dilakukan semua orang baik dimasa normal apalagi saat ini kita berada di masa yang sangat sulit bagi semua orang. Yaitu kegiatan mendekatkan diri kepada sang penguasa hidup, yang telah menciptakan dan akan meniadakan kita dalam kehidupan didunia ini. Dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT maka segala sesuatu yang akan kita lakukan tidak akan jauh dan bertentangan dengan ajaran agama serta perintah dari Allah yang maha kuasa.