Remaja adalah masa dimana transformasi antara dunia kanak-kanak menuju kedewasaan biasanya ditandai dengan konflik-konflik yang terjadi dalam perkembangan tersebut. Dalam psikologi perkembangan ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa periode remaja sebagai konflik anak dengan orangtua dimana fase perubahan mood yang cepat disusul dengan perubahan perilaku yang beresiko. Dalam masa ini remaja mulai mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti siapa aku ? untuk apa aku hidup ? mengapa Allah menciptakan aku ? dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak mudah ditemukan jawabannya baik oleh dirinya sendiri ataupun atas bantuan orang lain. Dalam pencarian jawaban dari pertanyaan–pertanyaan yang timbul maka menyebabkan timbulnya konflik baik secara psikologis maupun secara sosiologis yaitu periode peralihan dari satu kebiasaan dalam lingkungan sosial tertentu kepada kebiasaan baru di lingkungan yang baru.
Pencarian jawaban dari pertanyaan baik yang terucap ataupun yang tidak terucap membutuhkan orang lain dalam prosesnya. Dukungan dari pihak terdekat akan sangat membantu proses berfikir juga tindakan yang diambil oleh seorang remaja. Dalam hal ini maka orangtua, teman dan lingkungan menjadi tempat yang mendominasi dimana remaja akan mencari jawaban atas pertanyaannya. Keluarga yang memberikan perhatian terhadap tindakan yang dilakukan oleh remaja akan membawa iklim bahwa dirinya diterima dalam kelompok terkecil yang paling dekat dan paling penting dalam lingkaran kehidupannya. Teman kemudian menjadi lingkaran kedua dimana apa yang dilakukan oleh remaja, bagaimana remaja tersebut akan melakukan tindakan dan pola pikir yang tercipta dari tindakan remaja tersebut akan mempengaruhi. Apabila keluarga telah menjadi tempat pulang dan juga tempat bicara yang nyaman maka dapat dipastikan bahwa remaja tidak akan mencari teman yang salah dilingkungannya apalagi akan bergaul dengan karakter yang tidak sesuai.
Tawuran dalam Wikipedia adalah bentuk kekerasan antar kelompok dalam masyarakat, menurut ahli bahwa tindakan tersebut bukan sebagai akibat faktor pribadi melainkan pengaruh dari lingkungan sekitar dan adanya berbagai prasangka dari masyarakat. Maraknya tawuran pada saat ini tidak terlepas dari emosi remaja yang berada dalam komunal sehingga menyebabkan kerugian mental juga nyawa yang hilang secara sia-sia. Remaja bahkan rela melakukan tawuran dengan sembunyi-sembunyi ataupun terbuka untuk menunjukkan siapakah dirinya atau kelompoknya. Kebanggaan bagi dia atau mereka yang mampu melukai orang lain bahkan menghilangkan nyawa orang lain demi sebuah harga diri atau bahkan karena hal yang sepele.
Eksistensi menurut Wikipedia adalah keberadaan atau apa yang ada atau dapat diartikan juga sebagai apa yang memiliki aktualisasi. Inilah masa dimana remaja mencari jawaban atas dirinya dan juga orang lain dalam kelompoknya. Identitas diri dan juga pandangan moral adalah dua persoalan serius yang harus diwaspadai oleh keluarga atau orang terdekat. Dalam masa ini remaja akan melakukan dua hal yaitu upaya menjauhkan diri dari keluarga dan upaya mencari teman atau kelompok yang sebaya yang mau mendengar dan dirasa sesuai dengan dirinya. Ada dua kelompok remaja dengan pencarian identitas diri, yang pertama adalah yang ikut-ikutan, yang kedua adalah yang mau melakukan eksplorasi kemudian memiliki komitmen dan dapat menemukan identitasnya. Tidak jarang orangtua akan menemukan adanya anak yang berkepribadian ganda dimana ketika bersama teman ia sangat ceria dan dengan keluarga menjadi pemurung atau pendiam atau sebaliknya. Sehingga tidak sedikit orangtua yang menolak berita atau laporan bahwa anaknya melakukan tindakan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan ketika ia berada dirumah.
Mengapa remaja begitu peduli dengan identitas dirinya?. Dalam hal ini remaja beranggapan bahwa identitas diri akan membantu mereka dalam semua tindakan-tindakan sosial. Anggapan tersebut lalu memunculkan keyakinan bahwa dukungan sosial yang dibutuhkan kerap ditentukan oleh identitas dirinya. Semakin jelas identitasny maka akan memudahkan untuk memperoleh dukungan. Orang tua sebagai pihak yang paling dekat dengan mereka hendaknya memberikan pengertian juga kesempatan agar mereka memiliki ruang tersendiri untuk berkreasi dalam menentukan arah walaupun pada perjalannan nya harus tetap dibimbing dan selalu diperhatikan. Perhatian yang kurang akan menyebabkan hal yang negatif, terlalu banyak perhatian juga akan menyebabkan mereka kurang berkembang.
Saat ini tawuran tidak hanya dilakukan oleh remaja pria, bahkan remaja wanita pun seperti tidak mau ketinggalan. Banyak yang mempertanyakan dimana orangtua si anak wanita yang ikut tawuran tengah malam? Mengapa seorang anak perempuan dapat melakukan hal yang begitu ekstrim dan jauh dari pengawasan orangtua? Tapi apakah memang sudah tepat jika orangtua yang disalahkan atas tingkah laku atau kesalahan anaknya yang telah menginjak remaja? Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua keluarga adalah harmonis atau tidak setiap anak selalu tinggal dan bersama dengan keluarga yang utuh yaitu bersama ibu dan ayahnya dalam satu rumah. Tidak sedikit anak yang menjadi korban dari rumah tanggga yang tidak harmonis. Sebagian hanya tinggal dengan orangtua tunggal sebagian lagi bahkan dalam asuhan walinya yaitu buan dengan orangtua kandung seperti tinggal bersama nenek, bersama bibi atau yang lainnya. Kurangnya figur yang diharapkan dapat menjadi teladan dan juga panutan menambah deretan permasalahan yang mereka hadapi.
Seperti halnya geng motor pada anggotanya jika ditanya secara terpisah tentang motivasinya bersama kelompok tersebut maka jawaban yang diperoleh adalah diajak teman, karena ingin punya fasilitas seperti yang dimiliki oleh teman dan ingin mendapatkan kebebasan bermain diluar rumah seperti teman-teman yang lainnya Tentu saja jawaban-jawaban tersebut tidak menjawab persoalan yang kemudian dihadapi karena pada dasarnya ketika menemukan permasalahan dalam pertemanan tersebut maka yang menyelesaikan adalah orangtua atau orang dewasa.
Sangat disayangkan bagi generasi muda yang memiliki potensi luas dan panjang ternyata terjebak kedalam hal yang sia-sia. Tindakan-tindakan negatif dan tidak bertanggung jawab menyebabkan masa depan yang tidak sesuai dengan harapan. Negara telah menjamin kebebasan dalam segala hal bahkan dalam berkelompok. Akan tetapi ketika kelompok tersebut pada akhirnya melakukan tindakan yang tidak baik maka akan menyebabnya adanya disintegrasi dan perpecahan yang menyebabkan terkoyaknya sistem demokrasi dalam multikultural. Tawuran apabila ditinjau kembali penyebabnya adalah hal-hal sepele yang dibesar-besarkan. Dimulai dari tidak adanya toleransi terhadap suatu hal kecil hingga menyebabkan tidak ada sikap saling menghargai sehingga tidak adanya kesadaran bahwa masyarakat Indonesia adalah heterogen pada semua segi kehidupannya.
Penulis: Eli Maymunah, S.Ag, M.Pd | Magister Pendidikan STAI Sukabumi
Email: [email protected]