Oleh: Eli Maymunah, S.Ag, M.Pd
Guru di SMAN 1 Sagaranten, Kabupaten Sukabumi
Penilaian adalah salah satu cara manusia untuk mempertahankan diri dari berbagai tantangan, hambatan dan gangguan yang ditemui dalam kehidupannya serta sebagai upaya untuk melangsungkan kehidupannya sesuai dengan fitrah manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Dengan penilaian kemudian peradaban manusia dibangun sesuai dengan zamannya. Pada perkembangannya manusia melakukan pemilihan terhadap kegiatan yang mengarah kepada upaya untuk memilih gejala alam sebagai sumber kehidupan serta upaya menjadikan alam sebagai tempat untuk mendapatkan kearifan lokal.
Pada perkembangan selanjutnya ketika peradaban telah berkembang dengan adanya sekolah-sekolah yang mengajarkan tata nilai serta bentuk budaya yang lebih maju kemudian penilaian ini berkembang menjadi lebih luas dan bermacam-macam. Penilaian yang awalnya hanya berbentuk sederhana kemudian semakin lama semakin berkembang dan menjadi bagian dari setiap langkah dalam kehidupan manusia. Di sekolah formal penilaian kemudian berkembang dan menjadi istilah lain seperti tes, ujian atau asesmen.
Tes didefinisikan oleh Direktorat Sekolah Menengah Atas Departemen Pendidikan Nasional adalah penilaian berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dalam bentuk lisan (tes lisan) dan tulisan (tes tulis) dan bentuk perbuatan yaitu tes tindakan. Sedangkan menurut penulis tes adalah serangkaian pertanyaan atau masalah yang diajukan untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau siswa.
Sedangkan ujian menurut Wikipedia adalah cara terbatas untuk mengukur kemampuan seseorang, sedangkan menurut penulis ujian adalah cara mengukur atau membuat penilaian pada bidang tertentu yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk menguji mutu dari hasil suatu capaian. Sedangkan asesmen menurut Departemen Pendidikan adalah istilah yang digunakan untuk mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok dengan menunjukkan bukti –bukti yang ada.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai AKM yaitu asesmen kompetensi minimum yaitu pemetaan mutu sekolah atau madrasah dari tingkat dasar hingga tingkat menengah. Asesmen memiliki ciri ataupun definisi yaitu: Dilaksanakan oleh guru di sekolah, Merupakan suatu proses atau upaya pengumpulan dan pengolahan informasi termasuk membuat dokumentasi terkait hasil belajar peserta didik, berkaitan dengan evaluasi tentang seberapa positif minat peserta didik terhadap sekolah, serta evaluasi terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak sekolah. Dalam AKM ini ditekankan pada penilaian terhadap hasil belajar yang ditekankan pada literasi yaitu cara mendapatkan informasi dan pemahaman yang diperoleh dengan cara membaca. Informasi tersebut kemudian akan digunakan oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari. Demikian juga dengan numerasi yaitu cara untuk memahami dan mendapatkan informasi dari angka-angka atau kuantitatif dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan peserta didik.
AKM sebagai bentuk penilaian yang diharapkan dapat menggantikan UN sebagai alat ukur dalam pembelajaran dianggap perlu dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki sumber daya manusia dimana berdasarkan penelitian PISA yang dilaksanakan pada tahun 2012 maka anak usia 15 tahun di Indonesia memiliki keterampilan dasar literasi dan numerasi yang rendah, hal ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan mutu sumberdaya manusia dalam menghadapi era milenial. Indonesia yang surplus akan demografi merupakan kekayaan tersendiri dimana apabila dapat mengelola dan memanfaatkannya maka akan menjadi kekuatan bagi negara ini. Warga Indonesia tercatat sebagai salah satu negara terbesar yang menggunakan internet, hampir 70 persen warganya menggunakan internet untuk melakukan kegiatan di bidangnya masing-masing. Selama masa pandemi covid-19 penggunaan internet ini semakin meningkat seiring dengan program pemerintah untuk belajar dari rumah dan bekerja dari rumah.
Di dalam AKM lebih menekankan kepada literasi yaitu pemahaman terhadap bacaan yang disajikan sehingga pemahaman ini akan menghasilkan bentuk pemecahan masalah atau upaya untuk mengaitkan suatu hal dengan masalah yang terjadi. Hal ini terkait dengan pendidikan karakter yaitu yang harus diawali dengan pemahaman terhadap suatu kejadian atau peristiwa yang dibaca didunia nyata ataupun di media sosial.
Dengan membaca secara tuntas hingga pada pemahaman mengenai arti tentang kejadian tersebut maka akan memberikan masukan ataupun komentar yang berkualitas dan tidak merusak hubungan atau memperkeruh suasana. Saat ini karakter dalam berhubungan antar manusia di media sosial sangat dipertanyakan dimana semua orang merasa berhak untuk membuat konten dan semua orang juga merasa berhak untuk berkomentar.
Dalam Numerasi atau pembelajaran tentang angka-angka maka selama ini siswa disuguhkan tentang belajar berhitung seperti matematika yang rata-rata sangat sedikit peminatnya. Dalam belajar matematika ini juga siswa dipaksa untuk menghitung dan mengukur hal hal yang tidak disukainya. Dalam numerasi maka siswa diajak mempelajari angka dengan tujuan agar dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan mendasar AKM juga adalah bahwa siswa diajak untuk memahami bahwa tidak ada pemisahan atau dikotomi antara pelajaran yang di Ujian Nasionalkan dengan pelajaran-pelajaran yang tidak diujikan. Hal ini sangat penting karena dengan adanya perbedaan perlakuan pada akhir pembelajaran menyebabkan siswa beranggapan bahwa ada pelajaran yang penting dan harus diprioritaskan dan ada pelajaran yang dapat diabaikan dalam prioritas tersebut.
Sehingga hal ini menyebabkan perbedaan karakter siswa terhadap guru mata pelajaran. Selain bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa selama proses pembelajaran maka AKM ini juga berfungsi sebagai bahan refleksi bagi guru untuk mengetahui kekurangannya selama melaksanakan pembelajaran. Hasil dari AKM akan dapat digunakan untuk mengoreksi kekurangan dari sesama guru yang mengajar dan juga dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran guru yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Setiap ujian, asesmen, tes dan semacamnya maka yang ditunggu hasil akhirnya adalah nilai-nilai dalam bentuk skor terhadap siswa dalam pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Namun dalam AKM yang dilaksanakan bukan di akhir pembelajaran tetapi pada saat siswa masih di tengah pembelajaran yaitu siswa SD pada kelas V, Siswa SMP pada siswa kelas VIII dan siswa SMA pada kelas XI. Hal ini bertujuan agar setelah diadakannya asesmen maka masih ada waktu untuk perbaikan selama satu tahun kedepan sehingga diharapkan nilai-nilai yang diperoleh siswa di akhir tahun merupakan nilai yang telah diperbaiki baik dari segi persiapan, perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Pada AKM juga di tekankan pentingnya pembelajaran karakter yang juga berbasis kepada 3 pokok karakter yaitu siswa, guru dan sekolah.
Hal ini sangat penting sebab pada era milenial ini sangat sulit menerapkan pendidikan karakter karena siswa dan guru lebih cenderung dekat dengan teknologi dibandingkan dengan tata krama, sopan santun, dan budi pekerti. Karakter ini hanya dapat dibangun jika siswa di rumah mendapatkan pendidikan dari orang tuanya sesuai dengan nilai dasar pancasila dan kearifan lokal.
Adat ketimuran merupakan budaya adiluhung yang dapat mengangkat derajat bangsa dan Negara. Saat ini sangat sedikit siswa yang memahami bagaimana harus menghormati orang lain baik di media sosial maupun di dunia nyata. Konsumsi siswa terhadap konten-konten media sosial menyebabkan rasa egoisme yang tinggi dan rendahnya keinginan untuk mencari kebenaran serta upaya dalam meluruskan masalah yang sedang dihadapi.