Oleh: Billyardi Ramdhan | Pakar Biodiversitas Tumbuhan
Taman Dago merupakan salah satu pedestrian yang berada di pusat kota sebagai teras dari kantor pemerintahan, merupakan pusat keramaian yang sudah memenuhi fungsinya sebagai pedestrian, antara lain:
- Jalur penghubung antar pusat kegiatan, blok ke blok, dan persil ke persil di kawasan perkotaan;
- Bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pergantian moda pergerakan lainnya;
- Ruang interaksi social;
- Pendukung keindahan dan kenyamanan kota; dan
- Jalur evakuasi bencana (PerMen PU No. 3 Tahun 2014).
Akan tetapi fungsi ke-4 pedestrian dari dago ini berpeluang untuk ditingkatkan melalui konsep pengembangan wisata berbasis sejarah, kreatif, dan literasi yang linier dengan program Kota Sukabumi sebagai Kota Literasi 2021.
Kota Sukabumi yang berada di kaki Gunung Gede pada ketinggian 584 mdpl berkarakter sejuk sangat berpeluang menjadi kota asri nan indah yang dihiasi tanaman hias dan eksotik. Pedestrian Dago memiliki konsep yang indah yang terbentang dari selatan ke utara dengan batas pandang Kantor Pemerintahan Kota Sukabumi berlatarkan Puncak Gede.
Hal ini menjadi ikonik dan perlu dipercantik dengan keberadaan tanaman hias dan eksotik yang mampu memberikan warna sebagai daya tarik masyarakat kota bahkan mungkin dari luar kota. Tumbuhan yang dapat digunakan harus memenuhi syarat, antara lain: berwarna warni, mudah untuk berbunga, memiliki nilai historis, tanaman kecil dapat digantung atau epifit tidak merubah infrastruktur-lanskap yang ada dan cukup dikombinasikan pada pohon yang sudah ada. Adapun beberapa tumbuhan tersebut antara lain:
- Anggrek;
- Hoya;
- Lobelia;
- Geranium;
- Fuschia;
- Petunia;
- Portulaca.
Namun dari sekian tumbuhan yang direkomandasikan anggrek dan hoya memiliki nilai historis yang tinggi serta konsep tanaman secara tematik mampu menjadi daya tarik wisata.
I-Lip merupakan program pembuatan label spesies/ identitas tumbuhan menggunakan barcode QR menjadi sarana edukasi lewat kegiatan literasi secara digital atau dengan kata lain “cara untuk ngobrol dengan tumbuhan”. Hal ini akan memberikan informasi mengenai deskripsi, asal, keunikan dan mungkin sedikit cerita menarik yang terkait dari setiap spesies. Selain itu, masyarakat atau komunitas dapat juga turut memberikan catatan dan komentar bahkan menambah informasi dalam fitur sehingga akan semakin menguatkan budaya literasi di Sukabumi. Pelibatan komunitas terutama siswa sekolah sebagai pengguna dan kontributor informasi, sangat membantu proses pembelajaran sehingga menjadi salah satu sumber, media, dan cara belajar outdoor yang menarik bagi siswa. Dengan pelibatan sebanyak mungkin komunitas dipastikan mampu memberikan jaminan dari keberhasilan dan keberlangsungan program ini.
Komunitas siswa sekolah merupakan energi besar yang dapat diberdayakan dalam program ini. Relevansi dengan tuntutan materi belajar terkait pelajaran Biologi dan komitmen budaya literasi di kalangan siswa sudah menjadi ikon sukabumi sebagai kota literasi. I-Lip yang dirancang oleh dosen program studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Sukabumi sudah dikenal oleh beberapa sekolah karena sudah disosialisasikan ke beberapa sekolah dinatranya: SMAN 2 Kota Sukabumi, SMAN 3 Kota Sukabumi, SMA Muhammadiyah, dan di presentasikan di seminar nasional. Bahkan di SMAN 2 Kota Sukabumi diimplementasikan dan mendapatkan penghargaan sebagai Sekolah Literasi tingkat Nasional tahun 2019.
Kesuksesan dalam revitalisasi fungsi Pedestrian Dago sebagai Ikon Kota Literasi melalui I-LIP diharapkan ber-impact pada:
- Meningkatkan fungsi dago sebagai pedestrian yang asri dan ikonik.
- Meningkatkan budaya literasi dan ikon sukabumi sebagai kota literasi,
- Sukabumi menjadi kota wisata sejarah, kreatif dan literasi
- Berkembangnya komunitas penggiat literasi
Semoga dengan sedikit tulisan ini, kami dari akademisi yang berkecimpung di bidang Pendidikan dan Keanekaragaman Hayati, mampu memberikan sedikit warna bagi Kota Sukabumi tercinta.