Oleh: Dida Nursida, M. Pd
(Pendidik di MI Sirojul Wildan, SDIT Al-Komariah Yapidsa dan Magister STAI Sukabumi)
Manusia hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Kehidupan di dunia hanyalah sebuah jalan untuk menempuh akhirat, sedangkan dunia adalah sebagai transit yang akan ditinggalkan manakala waktu transit sudah sampai waktu yang ditentukan maka akan pindah ke lain tempat yang akan dituju. Begitupun manusia akan tinggal di dunia sementara saja dan akan berujung ke kehidupan yang kekal abadi yaitu alam akhirat.
Hidup harus di syukuri, apapun yang Allah berikan senantiasa diterima dengan ikhlas karena rasa syukur yang akan menambah berbagai kebaikan yang Allah akan berikan. Sebagaimana Allah Berfirman dalam QS. Ibrohim ayat 7, yang artinya: “ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabku sangat pedih”.
Contoh orang yang bersyukur yaitu pada saat banyak manusia yang terkena virus covid 19, semua orang dihantui dengan virus tersebut menjadi momok yang sangat menakutkan, dengan banyaknya pasien di berbagai rumah sakit, sementara sebagian lagi sedang menikmati kehidupan yang dia terima, makan terasa nikmat, tidur terasa nyenyak, bisa pergi kemana yang diinginkan, bercengkrama dengan keluarga dan handai tolan, semua itu adalah nikmat yang luar biasa, yang perlu disyukuri.
Tidak sedikit saat manusia sedang mengalami kesenangan biasanya ia lupa kepada Allah, ia tidak mensyukurinya dengan cara beribadah kepada-Nya, peduli terhadap sesama dan lain-lain, tetapi pada saat ditimpa kesusahan ia akan teringat kepada Allah, dengan banyak beribadah, Sholat, zikir tidak terlewatkan. Itulah manusia yang lupa akan hakikat hidup di dunia ini.
Tatkala manusia diberikan cobaan oleh Yang Maha Pencipta Allah SWT maka kita harus ikhlas dan bersabar, jangan ada rasa marah atau suudzon kepada-Nya, karena dibalik coban yang diterima akan ada hikmah yang Allah berikan kepada ummat-Nya.
Pada saat manusia diuji oleh Allah dengan diberikannya sebuah kegagalan usaha yang ia tekuni maka bersabarlah dengan tetap berusaha dan berdo’a setelah itu bertawakkal kepada-Nya. Jangan pernah menyerah apabila menerima kegagalan dibidang apapun karena apabila kita down maka akan menimbulkan penyakit. Harus lapang dada karena dengan lapang dada akan memberikandampak kesehatan yang luar biasa. Dalam ilmu kedokteran yang membahas tentang psikoneuroimmunologi banyak bukti akan terbentuk zat ketahanan tubuh (immun baru) manakala otak dan tubuh seseorang bisa tenang dan pasrah, begitu juga sebaliknya imunitas seseorang akan gampang menurun saat seseorang cemas dan depresi.
Marilah kita selalu berbaik sangka kepada Allah, dengan berbaik sangka maka maka Allah akan memberi kebaikan kepada kita, begitu juga sebaliknya bila kita berburuk sangka maka Allah akan memberi sesuai dengan persangkaan hamba-Nya.
Pada saat manusia diberikan sakit yang berat maka bersabarlah dengan ujian yang diterimanya dengan cara mengobatinya dan terus ikhtiar akan kesembuhannya dengan tetap berdo’a kepada-Nya.
Menurut beberapa ulama pada saat seseorang sakit, lalu dia bersabar dengan penyakitnya dan terus berikhtiar maka ada beberapa fadhilah yang diberikan antara lain:
1. Dosa-dosanya akan diampuni, sehingga kalaulah dia sembuh maka dia seperti bayi baru lahir yang tiada berdosa, dan kalaulah maut datang menjemput maka dia sudah terbebas dari dosa-dosanya.
2. Doanya terkabulkan, maka berdoalah sebanyak banyak saat kita sakit, doa untuk kita, keluarga kita bahkan bangsa dan negara kita.
3. Pahala yang melimpah, setiap rasa sakit di situ sumber pahala
Bagi orang yang bersabar akan sakit yang diterimanya, kegagalan apa yang diharapkannya dalam hidup ini maka Allah akan berikan berbagai kebaikan dan pahala baginya. Dalam Firman-Nya QS. Az-Zumar ayat 10, yang artinya: ”Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.”
Syukur dan sabar adalah sebuah kata yang selalu digandengkan karena orang yang bersyukur Allah akan berikan kebaikan dan begitupun bagi orang yang bersabar. Dalam kita Nasoihul ‘Ibad dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “Ada dua perkara, barang siapa memiliki keduanya, maka Allah mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan penyabar, dan barang siapa yang tidak memiliki kedua perkara tersebut, maka Allah tidak mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan tidak pula sebagai penyabar yaitu orang yang dalam urusan agamanya melihat kepada orang yang lebih tinggi darinya, lalu dia mengikutinya, sedangkan dalam urusan dunianya dia melihat kepada orang yang lebih rendah darinya, lalu dia bersyukur kepad Allah, karena Allah telah melebihkan dia. Orang inilah yang berhak dicatat Allah sebagai orang yang bersyukur dan penyabar.”
Sebagai orang yang beriman kita harus melihat urusan ilmu kepada orang yang lebih sukses ilmunya, lebih tinggi ilmunya, karena hal itu akan menjadi motivator suapaya giat mencari ilmu. Karena mencari ilmu adalah kewajiban sebagai umat islam dalam sebuah hadits disebutkan” Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan.” Sedangkan dalam urusan harta atau rizki yang diterima, kita harus melihat kepada yang lebih rendah, karena hal itu akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah.
Apabila dalam urusan harta melihat kepada orang yang lebih tinggi maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik, seperti tumbuhnya rasa kecewa kepa Allah, tumbuh rasa ingin menumpuk-numpuk harta dengan cara yang tidak halal, tumbuh rasa sombong, lalai mengingat Allah dan lain sebagainya.
Dalam urusan ilmu apabila kita melihat kesuksesan orang lain lalu dikejar oleh kita kesuksesan tersebut dengan semangat mencari ilmu hingga bisa menggapainya merupakan rasa syukur yang luar biasa yang Allah berikan dan selalu bersabar dalam mencapai prosesnya sehingga dengan syukur dan sabar tersebut yang akan mengantarkan ia ke gerbang kesuksesan.
Manusia yang mengejar dunia dalam hidupnya dan melalaikan mengingat Allah maka ia akan merugi. Karena harta yang kita miliki akan ditanyai pertanggungjawabannya diakhirat kelak, sebagaiman firman Allah dalam QS. At-Takatsur ayat 8 yang artinya:”Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan(yang megah di dunia itu).”
Harta, pangkat, jabatan, keturunan adalah semua ujian dari Allah. Apabila harta itu diperoleh dengan cara yang halal maka hal itu akan menguntungkannya di dunia maupun diakhirat, tetapi apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang tidak halal maka akan merugikannya baik di dunia apalagi diakhirat. Tidak mustahil harta yang dia miliki akan habis dalam waktu yang singkat padahal saat meraihnya memerlukan waktu dan proses yang cukup panjang, hal itu sangatlah mudah bagi Allah.
Oleh karena itu dalam masalah ilmu lihatlah keatas tetapi dalam urusan dunia lihatlah kebawah, sehingga kita akan tercatat oleh Allah termasuk ke dalam orang-orang yang bersyukur dan bersabar, yang akan menerima berbagai kebaikan dan kasih sayang Allah SWT.