Oleh: Nasihin Masha
Daun kelor memang sedang booming. Pohon kelor dikenal mudah ditanam. Kandungan gizinya sangat tinggi. Biasanya daun kelor ini untuk dimasak atau dijadikan teh. Namun kali ini bisa dibuat biskuit untuk anak-anak yang kekurangan gizi dan untuk memperbaiki jaringan usus anak-anak yang rusak. Nah, berbeda dengan daun kelor yang dikonsumsi langsung, kali ini biskuit kelor tersebut telah melalui sebuah riset yang panjang dan telah diujicobakan. Problem stunting yang kini masih dihadapi Indonesia, juga bisa diselesaikan melalui biskuit ini.
Itulah hasil karya Eva Jeumpa Soelaeman. Ia menjadi doktor pertama dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 2021 ini. Dokter spesialis anak yang berpraktik di RS AB Harapan Kita Jakarta ini meraih gelar tertinggi di jenjang akademik ini dalam sidang promosi doktor pada Selasa, 5 Januari 2021. Judul disertasinya yang diujikan adalah Efikasi Fortifikasi Glutamin, Zinc, Prebiotik, dan Serat Pangan pada Suplemen Biskuit Berbasis Moringa Oleifera terhadap Perbaikan Integritas Mukosa Usus pada Anak Gizi Kurang Usia 12-18 Bulan. Adapun promotor disertasi adalah Prof Dr dr Agus Firmansyah SpA(K) dan kopromotor Prof Dr dr Saptawati Bardosono MSc dan Prof Dr Clara M Kusharto MSc. Sidang promosi doktor ini dipimpin oleh Dekan FK UI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD FINASIM.
Eva mengemukakan, data 2018 menunjukkan 17,7?lita di Indonesia masih mengalami masalah gizi. Yaitu, 3,9% mengalami gizi buruk dan 13,8% menderita gizi kurang. Akibat dari kondisi itu, anak mudah menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan infeksi usus (diare). Masalah gizi disebabkan oleh akses terhadap pangan rendah, pemberian makanan tambahan terlalu cepat atau terlalu lambat, terlalu cepat atau terlalu lambat disapih, ataupun asupan makanan yang kurang mengandung gizi. Infeksi usus tersebut berupa atrofi mukosa sehingga menimbulkan malabsorbsi nutrien, insufisiensi pankreas, dan intoleransi laktosa. Jika terus dibiarkan maka anak akan kekurangan protein dengan gejala stunting. Nah, atrofi usus ini bisa direhabilitasi dengan terapi nutrisi untuk memperbaiki mukosa usus. Untuk itu diperlukan suplemen yang mengandung empat bahan aktif, yaitu glutamin, zinc, prebiotik, dan serat pangan. Kelor atau Moringa oleifera mengandung protein yang tinggi, kalsium, kalium, vitamin C, dan vitamin A. Daun kelor sudah terbukti meningkatkan berat badan dan tinggi badan. Daun kelor inilah yang dijadikan tepung lalu menjadi campuran bahan dasar biskuit yang diperkaya (fortifikasi) dengan empat bahan aktif tersebut.
Mengapa dipilih kelor? Selain kandungan gizinya yang tinggi dan sudah teruji, kata Eva, “Juga karena murah dan mudah didapat”. Namun yang jadi soal adalah, belum ada riset dan pengujian ihwal pencampuran kelor dengan empat bahan aktif tersebut. Selain itu, biskuit juga memudahkan pencampuran semua kandungan gizi tersebut. “Anak-anak juga menyukai biskuit dibandingkan dengan bubur, misalnya,” kata dokter yang memiliki klinik Raifa di Ciputat, Tangerang Selatan, tersebut. Atas pertimbangan itu semua, perempuan yang menjadi dokter di usia 22 tahun tersebut melakukan riset untuk disertasi doktoralnya.
Dengan melibatkan 57 anak sebagai subjek yang diuji coba untuk mengkonsumsi biskuit kelor yang telah diperkaya dengan bahan aktif itu kemudian terbukti bisa memperbaiki mukosa usus. Selain itu juga terbukti meningkatkan absorbsi nutrisi. Hal yang tak kalah penting, biskuit tersebut meningkatkan pertumbuhan anak. Namun penelitian ini belum bisa membuktikan bahwa biskuit kelor tersebut bisa menghentikan diare dan menyembuhkan ISPA. Secara teoretis mestinya bisa mencegah diare dan ISPA. “Butuh penelitian yang lebih lama lagi serta subjek yang dilibatkan bisa 100 orang,” kata Eva. Namun penelitian ini sudah bisa menolong anak-anak kurang gizi maupun yang bergizi buruk serta bisa mengurangi stunting pada anak.
Agus Firmansyah, dalam penilaiannya menyatakan, “Biskuit ini sangat bermanfaat untuk menolong anak-anak di pengungsian akibat bencana.” Di saat bencana biasanya anak-anak kurang asupan yang memadai dan biskuit merupakan solusi tepat dalam situasi itu karena biskuit disukai anak-anak. Eva adalah dokter berdarah Aceh yang serius mendalami gastrohepatologi, khususnya anak. Ia dikenal sebagai dokter yang berdedikasi.