Oleh: [email protected] (netizen)
Tak dapat dipungkiri bahwa perekonomian global, termasuk Indonesia, tengah bergejolak lantaran gempuran pandemi. Hingga kini, tidak ada yang tahu sampai kapan kondisi ini akan berlangsung. Guna mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan, investasi menjadi salah satu cara jitu untuk menyelamatkan keuangan sekaligus sebagai jaminan akan ketidakpastian masa depan. Memilih untuk memegang uang tunai memang membuat kita bisa dengan mudah menggunakannya jika ada kebutuhan mendesak. Namun demikian, nilai uang tidak akan berkembang dan justru tergerus inflasi.
Jadi, tetaplah berinvestasi sesuai profil risiko untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang, pemerintah sudah memberlakukan aturan agar masyarakatnya tetap berada di rumah. Ini berarti, sejumlah pengeluaran, seperti travelling, ngopi-ngopi, nongkrong, nonton bioskop, dan mudik dapat Anda alokasikan untuk investasi. Salah satu investasi yang menjanjikan yaitu Investasi Saham.
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seorang atau sepihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Berinvestasi di pasar modal memang memiliki karakteristik resiko dan return (imbal balik) diatas rata-rata investasi produk perbankan lainnya, seperti deposito atau tabungan berjangka. Namun, ada pula risiko investasi di pasar modal yang harus dipahami dengan baik agar Anda bisa memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kerugiannya.
Indonesia saat ini tengah menikmati bonus demografi, di mana masyarakat usia muda mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi Indonesia mencapai 265 juta jiwa. Dari data itu, jumlah generasi milenial berusia 20-35 tahun mencapai 24 persen, setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif (14-64 tahun).
Namun sayangnya, kelompok milenial masih mengesampingkan investasi, padahal ini baik untuk masa depan mereka sekaligus berkontribusi untuk kemajuan bangsa.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kelompok usia 16-30 tahun ada sekitar 64,3 juta jiwa. Namun, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dari kelompok tersebut yang memiliki investasi di pasar modal Indonesia (baik saham maupun reksa dana saham) hanya 1,6 juta jiwa.
Survei yang dilakukan IDN Research Institute bekerja sama dengan Alvara Research Center memiliki hasil yang menarik, ternyata milenial hanya menabung 10,7 persen dari pendapatannya, sedangkan 51,1 persen habis untuk kebutuhan bulanan.
Ini memperlihatkan bahwa kesadaran berinvestasi di kalangan milenial masih belum terlalu. Menabung dan berinvestasi idealnya harus dilakukan sejak muda agar generasi muda dapat mewujudkan tujuan keuangannya di masa mendatang dan aman secara finansial ketika sudah tidak produktif lagi. Yang menarik, jika dilakukan sedari muda, investasi akan berkembang dengan hasil yang optimal dan tidak tergerus inflasi.
Meski demikian, dalam mewujudkan kemapanan finansial, generasi milenial perlu menerapkan prinsip keuangan, di mana rencana jangka pendek atau jangka panjang dapat diprioritaskan jika milenial dapat mengatur keuangan dengan baik. "Save first then spend, not the other way around,"
Idealnya dalam perencanaan keuangan ada tiga hal yang harus dipenuhi, yakni dana darurat, asuransi, dan investasi. Ada beberapa prinsip keuangan yang dapat dilakukan dengan mudah, salah satunya prinsip 20:30:50, 20 persen dari pendapatan dialokasikan untuk tabungan dan investasi (save), 30 persen untuk cicilan dan hiburan (keinginan), serta 50 persen untuk kebutuhan hidup sehari-hari (kebutuhan). Jika mendapatkan THR atau bonus, sisihkan 20-30 persen untuk dana cadangan jika belum memiliki dana cadangan."Jika disiplin dalam melakukan hal tersebut, kita dapat secara leluasa memenuhi rencana jangka pendek maupun jangka panjang,"
Jadi lakukan investasi sedini mungkin. Tak perlu menunda-nunda hal baik seperti mulai berinvestasi. Karena Investasi di zaman sekarang tak lagi sulit, semua informasi investasi bisa Anda dapatkan dengan mudah dan lengkap melalui internet.
Selamat berinvestasi, yuk menabung saham!
Penulis: Defa Afniar, Mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Nusa Putra