Oleh: [email protected] (netizen)
Kebijakan hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan yanng dilakukan untuk menambah dana perusahaan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Dalam dunia bisnis yang perkembangannya semakin pesat ini. Banyak perusahaan yang bersaing semakin ketat guna untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya, maka perusahaan harus mempunyai tujuan yang nyata.
Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan tersebut dapat dicapai jika tata kelola sebuah perusahaan tersebut dikelola sebaik-baiknya. Baik dalam pengelolaan modal, pengelolaan utang, pengelolaan aset, pengelolaan mengenai sumber daya manusia, dan lain sebagainya.
Tujuan utama dalam memaksimalkan nilai perusahaan harus memperhatikan dan memaksimalkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Nilai perusahaan akan tercermin pada harga saham di bursa saham (Kontesa , 2015). Pencapaian perusahaan dalam memaksimalkan nilai perusahaan dapat dicapai dengan melaksanakan fungsi manajemen keuangan melalui pemberian kebijakan keuangan untuk mempengaruhi keputusan keuangan lainnya (Sukirni, 2012).
Masalah pengelolaan modal menjadi hal yang sensitif karena modal sendiri merupakan sebuah komponen wajib yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan, tanpa modal perusahaan sulit untuk berkembang menjadi besar. Berbicara mengenai modal tidak terlepas dari utang, karena permodalan sebuah perusahaan tidak sedikit yang menggunakan utang sebagai bagian di dalamnya. Utang sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Keduanya membentuk struktur utang yang aka dipergunakan oleh perusahaan untuk menjalankan usahanya baik untuk operasional ataupun untuk berinvestasi.
Hutang jangka pendek adalah segala pembiayaan yang akan dibayar kembali dalam 12 bulan berjalan. Sedangkan hutang jangka Panjang adalah merupakan salah satu produk hutang yang pembayaran atau pelunasan nya diberikan tenggat waktu yang cukup lama, atau bisa dibilang waktu pelunasan dan pinjaman cukup lama. Waktu pelunasan yang diberikan juga lumayan lebih lama bisa lebih dari satu tahun. Untuk melunasi hutang jangka waktu panjang, umumnya sebuah perusahaan akan menggunakan aktiva lancar atau dengan memperhitungkan sebuah pendapatan yang diluar hutang jangka waktu pendek.
Penggunaan utang sebagai modal usaha memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Maryono (2014), kelebihan penggunaan utang diperoleh dari pajak dan disiplin manajer (kewajiban membayar utang menyebabkan disiplin manajemen). Tingginya utang akan menurunkan tingkat pajak sehingga perusahaan diuntungkan dengan hal tersebut. Sedangkan kerugian penggunaan utang berhubungan dengan timbulnya biaya keagenan dan biaya kepailitan.
Pengaruh Utang Jangka Pendek Terhadap Kinerja Perusahaan
Utang jangka pendek merupakan sumber pembiayaan perusahaan yang jatuh temponya kurang dari atau sama dengan satu tahun. Utang jangka pendek biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal perusahaan dalam menghadapi masa operasional yang tinggi, seperti kebutuhan untuk pembiayaan aktiva lancar. Menurut Harianto dan Siswanto (1998) terdapat beberapa faktor yang digunakan dalam memprediksi laba tahun mendatang, salah satunya adalah tingkat leverage. Tingkat leverage merupakan salah satu hal yang mencerminkan risiko perusahaan.Jika tingkat leverage ini baik maka perusahaan memiliki kemampuan yang lebih untuk meningkatkan produksi dan menghasilkan pertumbuhan penjualan dan labayang lebih besar.Tetapi jika leverage ini buruk akan berakibat pada terpuruknya kondisi keuangan suatu perusahaan yang nantinya juga akan berimbas pada kelangsungan hidup sebuah perusahaan
Pengaruh Utang Jangka Panjang Terhadap Kinerja Perusahaan
Utang jangka panjang merupakan salah satu sumber modal eksternal yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi guna mendapatkan keuntungan dimasa mendatang. Selain itu juga digunakan untuk melakukan ekspansi atau perluasan usaha. Menurut Brigham, (dalam Wa’afani2008) jika perusahaan mempunyai beban utang yang bertambah, namun investasi yang dibiayai dari utang itu memberikan penghasilan yang lebih besar dibandingkan biaya utangnya. Maka keadaan tersebut mampu menambah laba perusahaan, sedangkan penggunaan utang dalam jumlah besar juga dapat mengurangi laba peusahaan sehingga dapat membawa kearah kebangkrutan.Dalam teori pecking order menyebutkan bahwa perusahaan akan lebih memilih sumber internal untuk pembiayaan eksternal yang tinggi. Jadi, menurut hipotesis pecking order, perusahaan yang akan menghasilkan keuntungan dan menghasilkan pendapatan yang tinggi diharapkan untuk menggunakan modal utang yang rendah. Laba perusahaan mempunyai hubungan erat dengan labamendatang karena semakin besar laba masa kini dapat mendorong investor untuk menanamkan modal sehingga laba mendatang akan meningkat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan utang pada perusahaan
1. Pengaruh Aset Tetap
Perusahaan yang memiliki jumlah aset tetap yang lebih tinggi, memiliki kemampuan lebih dalam menghasilkan dana dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset tetap yang sedikit. Hal ini disebabkan, dalam keadaan ceteris paribus, biaya yang dikeluarkan untuk membeli sebuah bahan baku atau barang setengah jadi akan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan apabila perusahaan tersebut mampu menghasilkan sendiri barang tersebut untuk proses pengolahan selanjutnya. Selain itu, perusahaan yang memiliki tingkat aset tetap yang tinggi akan memiliki beban depresiasi yang tinggi pula, yang dapat digunakan sebagai pengurang pajak dan sebagaicadangan kas.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan
Perusahaan dengan ukuran lebih besar cenderung memiliki aliran kas yang lebih stabil dibanding dengan perusahaan dengan ukuran kecil. Hal ini disebabkan karena adanya omzet penjualan yang besar ataupun disebabkan adanya diversifikasi produk yang beragam dengan beragam divisi. Lebih jauh lagi, perusahaan yang memiliki ukuran yang besar akan lebih mampu bertahan dari perubahan iklim ekonomi yang tiba-tiba sehingga cenderung akan selalu memiliki ketersediaan dana internal
3. Pengaruh Pertumbuhan
Peningkatan aset perusahaan terutama diperoleh melalui peningkatan penjualan dan peningkatan perolehan laba yang kemudian disisihkan sebagai laba ditahan. Penambahan aset dapat pula berasal dari hutang. Namun demikian, secara logika penambahan dari sisi hutang tidak akan dilakukan melebihi penambahan aset dari laba perusahaan sendiri disebabkan oleh adanya biaya kebangkrutan. Sehingga dapat disimpulkan, perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi cenderung mampu menghasilkan dana dengan lebih baik dari waktu ke waktu.
4. Pengaruh Volatiltias Laba
olatilitas laba dapat diartikan sebagai tingkat kenaikan dan penurunan laba atau persentase naik turunnya laba perusahaan. Perusahaan yang memiliki volatilitas laba yang tinggi akan mengalami masa-masa dimana pendanaan internal tidak mencukupi. Di sisi lain, perusahaan yang memiliki laba yang merata cenderung mampu menggunakan ketersediaan dananya dengan tepat sehingga meminimalisir keterbutuhan dana eksternal.
5. Pengaruh Tingkat Kesulitan Finansial
Perusahaan yang mengalami kerugian, belum tentu mengalami kesulitan finansial. Hal ini disebabkan karena terdapat banyak faktor yang perlu diperhitungkan dalam menentukan tingkat kesulitan finansial suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain penjualan,working capital, harga saham dan laba ditahan.
Dalam melakukan kebijakan utang Sebaiknya para manajer lebih memerhatikan dan menganalisis faktor -faktor apasaja yang dapat mempengaruhi tingkat penggunaan jumlah hutang. Apabila perusahaan menggunakan hutang yang terlalu tinggi, maka risiko yang akan dihadapi perusahaan cukup besar dan besar kemungkinan investor tidak mau untuk berinvestasi kedalam perusahaan.
Referensi
1. https://accurate.id/akuntansi/hutang-jangka-panjang-dan-hutang-jangka-pendek/
2. http://repository.umrah.ac.id/532/1/JURNAL HENDRI.pdf
3. https://media.neliti.com/media/publications/254944-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hutang-j-e52dd5d9.pdf
4.https://media.neliti.com/media/publications/249907-pengaruh-struktur-utang-terhadap-kinerja-135e0796.pdf
Penulis: Ucu Tuti Alawiyah Mahasiswa Manajemen Keuangan Prodi Akuntansi