Oleh: Gin Gin
Mahasiswa Universitas Nusa Putra Prodi Manajeman
Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kini manusia tidak perlu lagi bersusah payah mencari informasi dengan media cetak seperti Koran dan Majalah. Kita bisa mendapatkan informasi apa saja, kapan saja dan dimana saja melalui internet. Dapat dikatakan, saat ini internet telah menjadi kebutuhan primer manusia. Internet telah menjadi bagian hidup manusia mulai dari pendidikan, media sosial hingga ekonomi-bisnis.
Belanja online merupakan kegiatan pembelian barang dan jasa melalui media Internet. Belanja online diklasifikasikan sebagai transaksi e-commerce Business to Consumer (B2C). Dengan meningkatnya usaha dagang online yang merebak di Indonesia, ditambah kecanggihan teknologi yang menggabungkan platform online dan layanan jasa maupun produk tentu saja mendatangkan banyak keuntungan dan kerugian baik dari pihak produsen, distributor maupun konsumen.
Situasi tersebut dimanfaatkan oleh penyedia layanan untuk mengembangkan bisnis mereka melalui e-commerce yang salah satu bentuknya adalah online shop atau belanja online. Berbagai inovasi dilakukan oleh penyedia barang maupun jasa untuk mempromosikan sekaligus menggencarkan produk melalui media sosial yang diyakini memiliki pengaruh besar dalam pemasaran produk. Meningkatnya online shop di Indonesia hingga saat ini masih menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat khususnya anak muda yang identik dengan hal-hal instan tanpa mengeluarkan banyak tenaga dalam pemenuhan kebutuhan. Namun tetap saja, dibalik kemudahan dan kecepatan belanja online terdapat dampak positif maupun negative yang dirasakan oleh pengguna.
Melalui online-shop ini, pembeli tidak perlu susah payah mendatangi toko hanya untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Pembeli bisa melihat dan dagangan yang dijual melalui smartphone. Penjual dan pembeli tidak perlu tatap muka untuk melakukan transaksi. Pembeli tinggal memesan barang yang diinginkan, kemudian pembayarannya bisa dilakukan dengan transfer melalui bank atau credit-card. Setelah itu, barang akan dikirimkan ke alamat sesuai keinginan pembeli.
Keuntungan dan dampak positif dari adanya online-shop ini antara lain:
• Belanja menjadi lebih praktis.
• Bisa membandingkan harga dengan mudah dari satu online-shop ke online shop-lain.
• Hemat tenaga dan waktu, tidak perlu berjalan dari satu toko ke toko lain untuk mendapatkan barang yang diinginkan.
• Bisa mendapatkan barang dari mana saja, dari luar kota bahkan luar negeri.
• Harga barang biasanya lebih murah.
• Membantu perekonomian pedagang kecil.
Namun, dibalik dampak positif pasti ada dampak negatifnya. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari belanja online, yaitu:
• Kualitas barang yang tidak sesuai dengan gambar
• Barang yang diterima cacat atau rusak ketika barang dalam pengiriman.
• Tidak bisa membedakan barang asli atau tiruan.
• Sering terjadi penipuan, setelah uang ditransfer, barang tidak diterima.
• Menimbulkan perilaku konsumtif.
• Rentan aksi pemboboloan rekening jika pembayaran dilakukan melalui Internet.
Untuk menyikapi hal-hal tersebut, jadilah pembeli yang cerdas. Teliti sebelum membeli, carilah informasi mengenai online-shop tersebut dan pilihlah cara paling aman dalam membayar. Dengan begitu, diharapkan kita bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan selama belanja online.
Proses keputusan belanja online tidak serumit keputusan pembelian offline. Ini menjadi salah satu alasan belanja online banyak diminati dibandingkan dengan belanja secara tradisional. Belanja secara online memang lebih memudahkan, menghemat waktu serta biaya.
Inilah yang membuat sebagian dari pengguna internet melakukan pembelian online. Menggunakan mesin pencari seperti browser atau aplikasi online shop pada tahap pencarian informasi, konsumen akan mencari referensi secara online dari manapun. Opini yang telah disebutkan orang lain, menjadi suatu informasi yang berguna bagi pembeli lain dalam mengetahui produk yang akan dibeli.
Keuntungan dan Kelebihan dari adanya online-shop ini antara lain:
1. Belanja menjadi lebih praktis
2. Bisa membandingkan harga dengan mudah dari satu online-shop ke online shop-lain
3. Hemat tenaga dan waktu, tidak perlu berjalan dari satu toko ke toko lain untuk mendapatkan barang yang diinginkan
4. Bisa mendapatkan barang dari mana saja, dari luar kota bahkan luar negeri
5. Harga barang biasanya lebih murah
6. Membantu perekonomian pedagang kecil
Jual Beli online juga mempunyai kekurangan dalam bertransaksi, di antaranya:
1. Sebaiknya kita pikirkan dahulu apakah barang tersebut benar-benar kita butuhkan;
2. Bandingkan harga antara online-shop yang satu dengan yang lainnya;
3. Mengetahui reputasi toko, mencari informasi melalui kenalan yang pernah belanja di toko tersebut maupun informasi online lainnya;
4. Membaca dengan cermat keterangan produk;
5. Perhatikan nomor telepon penjual, jika bisa hubungi langsung untuk memastikan;
6. Perhatikan cara pembayaran, cari pilihan yang aman, jangan sampai rekening kita dibobol secara online.
Berkembangnya Jual Beli Online di Indonesia ternyata juga mempunyai dampak negatif. Berikut beberapa dampak buruk dari jual beli online:
Ancam Pasar Tradisional
Pemerintah khawatir perkembangan bisnis online akan menggerus keberadaan pasar tradisional. Maka dari itu, pemerintah berharap pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) tidak terlalu bergantung pada media penjualan berbasis daring.
Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga tidak memungkiri jika penjualan melalui online bisa meningkatkan kinerja penjualan pelaku bisnis. “Saya yakin bisnis online ini sesuatu yang bisa menggulirkan pendapatan para pelaku UKM tapi tak boleh sampai semuanya dengan online. Pasar kita nanti bisa sepi,” katanya kepada wartawan saat wawancara usai meresmikan Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) Center, di Jalan AP Pettarani, Makassar, Rabu (25/1).
Meningkatnya Jumlah Pengangguran
Bos CT Corp yang juga menteri koordinator perekonomian era SBY, Chairul Tanjung, mengungkapkan bahwa skema jual beli online atau e-commerce berpotensi meningkatkan pengangguran di Tanah Air. Sebab, pedagang tradisional akan semakin kehilangan pembeli dan terpaksa gulung tikar.
“E-commerce itu suatu mekanisme dapatkan customer dengan bakar uang sehingga harga yang diberikan pasti jauh lebih rendah dari pedagang normal,” ujarnya saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (4/4).
Menurutnya, solusi dari permasalahan ini ialah pedagang harus meningkatkan kualitas hidupnya dengan mengikuti perubahan zaman. Tiga kunci yang harus dipunya ialah inovasi, kreatif, dan jiwa kewirausahawan.
CT Sebut Belanja Online Tingkatkan Pengangguran
Bos CT Corp yang juga menteri koordinator perekonomian era SBY, Chairul Tanjung, mengungkapkan bahwa skema jual beli online atau e-commerce berpotensi meningkatkan pengangguran di Tanah Air. Sebab, pedagang tradisional akan semakin kehilangan pembeli dan terpaksa gulung tikar.
“E-commerce itu suatu mekanisme dapatkan customer dengan bakar uang sehingga harga yang diberikan pasti jauh lebih rendah dari pedagang normal,” ujarnya saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (4/4).
Menurutnya, solusi dari permasalahan ini ialah pedagang harus meningkatkan kualitas hidupnya dengan mengikuti perubahan zaman. Tiga kunci yang harus dipunya ialah inovasi, kreatif, dan jiwa kewirausahawan.
“Kita sedang menghadapi sebuah perubahan luar biasa,” tuturnya.
Perkembangan teknologi, lanjutnya, juga mengancam pekerja sektor formal. Sebab, tenaga kerja manusia di masa depan akan digantikan dengan robot.
Picu PHK Massal
Ekonom mikro, James Adam menilai, salah satu faktor pemicu maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para pekerja ritel sejak awal 2017 adalah karena berkembang pesatnya belanja dalam jaringan (daring) atau online.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey mencatat, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan pekerja ritel sejak awal 2017.
Rinciannya, sekitar 2.000 PHK terjadi saat pemberhentian operasi gerai 7-Eleven di Indonesia, dan 1.000 PHK lainnya menyebar di seluruh gerai hypermarket atau supermarket skala besar.
Dengan promosi melalui media sosial, maka akan dapat menunjukkan tampilan yang menarik serta tawaran diskon yang membuat orang semakin ingin berbelanja.
Kotler dan Armstrong, (2010: 200) mengungkapkan perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ;
Pertama, Faktor Kebudayaan meliputi ;
1. Budaya merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Pemasar selalu berusaha mengenali pergeseran budaya untuk menemukan produk baru yang diinginkan.
2. SubBudaya merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. Dapat dibedakan adanya empat macam sub-budaya, yaitu: kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan daerah geografis.
Kedua, Faktor Pribadi meliputi;
1. Usia dan Tahap Daur Hidup, Jenis barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen berubah seiring dengan bertambahnya usia. Pemasar kerap mendefinisikan pasar sasarannya berdasarkan siklus/daur hidup, dan mengembangkan produk serta rencana pemasaran yang cocok.
2. Pekerjaan, Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli seseorang / konsumen. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa. Bahkan pembuatan spesialisasi pembuatan produk untuk pekerjaan tertentu.
Ketiga, Faktor Psikologis, meliputi;
1. Motivasi, merupakan kebutuhan yangmendorong seseorang untuk mencari kepuasan atau kebutuhan.
2. Persepsi, merupakan setiap tindakan seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses menyeleksi, mengorganisasi/mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi.
“Konsumen diharapkan dapat berbelanja secara bijak dan aman. Selain itu, konsumen juga harus teliti dan kritis dalam memilih produk-produk yang dibeli. Berhati-hati juga dalam menggunakan sistem pembayaran serta aktif memberikan penilaian yang objektif kepada pelaku usaha. Penilaian konsumen diperlukan untuk memacu pelaku usaha meningkatkan kualitas, membangun kepercayaan konsumen, dan mampu bersaing secara kompetitif,” imbuh Dirjen PKTN Veri Anggrijono dilansir dari laman Kemendag, Senin (27/4/2020).
Di tengah situasi yang tidak pasti ini karena pandemi, sebaiknya kita bisa lebih bijak lagi dalam membeli kebutuhan kita,dan memperkuat solidaritas sosial,saling mendukung dalam menghadapi pandemi yang membuat semua kalangan atau sektor kebingungan,dan semoga pandemi ini berlalu agar semua berjalan seperti seharusnya.