Oleh: Riki Septian
Mahasiswa Universitas Nusa Putra Prodi Manajeman
Apa itu resesi? Resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi bernilai negatif selama dua kuartal dalam satu tahun. Resesi juga dapat diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan berlangsung selama berbulan-bulan atau bisa bertahun-tahun.
Nah, Apasih dampak resesi itu bagi pelaku usaha dan masyarakat? Dan apa saat ini Indonesia sudah masuk dalam masa resesi? Dan kalau sudah masuk resesi langkah apa yang diambil pemerintah untuk bisa keluar dalam jurang resesi?
Pada saat ini Indonesia sudah memasuki masa resesi, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua kuartal bernilai negatif yang di sebabkan oleh Covid-19. Maka saat ini Indonesia sudah masuk dalam masa resesi apabila pemerintah dan masyarakat tidak segera mengambil langkah atau tindakan dan resesi ini berlangsung lama maka bisa saja Indonesia masuk ke masa depresi
Lalu, apa penyebab resesi? Resesi sendiri ditandai mulai dari guncangan ekonomi yang tiba-tiba hingga dampak inflasi yang tidak terkendali. Berikut ini fenomena pendorong utama resesi :
Guncangan ekonomi secara tiba-tiba
Guncangan ekonomi merupakan kejutan yang menimbulkan kerusakan finansial yang serius. Seperti pada tahun 1970-an, OPEC memutus pasokan minyak ke AS tanpa peringatan, menyebabkan resesi, belum lagi antrean yang tak ada habisnya di pompa bensin. Wabah virus corona saat ini adalah contoh terbaru dari guncangan ekonomi secara tiba-tiba dan memukul pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Utang yang berlebihan
Ketika individu atau bisnis memiliki banyak utang yang berlebihan, biaya untuk membayarnya dapat meningkat ke titik di mana mereka tidak dapat membayar tagihan utang itu,. Meningkatnya default utang dan kebangkrutan kemudian membalikkan keadan ekonomi. Hal serupa dapat terjadi pada perekonomian suatu negara dan bisa memicu terjadinya resesi.
Inflasi yang berlebihan
Inflasi adalah harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi sebenarnya bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya. Bank sentral suatu negara mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga dan suku bunga yang lebih tinggi akan menekan aktivitas ekonomi.
Terlalu banyak deflasi
Deflasi adalah saat harga turun dari waktu ke waktu dan nilai uang bertambah, yang menyebabkan upah menyusut, yang selanjutnya menekan harga. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar.
Lalu, apa dampak resesi ekonomi pada masyarakat?
Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Ketika pendapatan, penjualan dan keuntungan menurun, perusahaan akan mengurangi perekrutan karyawan baru hingga memangkas pekerja, itu sebagai upaya menekan pengeluaran. Pabrikan juga akan berhenti membeli peralatan baru, membatasi pengembangan hingga menghentikan peluncuran produk baru.
Konsumsi masyarakat turun
Karena perusahaan yang terkena dampak resesi akan menghemat pengeluaran bahkan untuk periklanan dan pemasaran, biro iklan besar juga ikut tertekan. Pada akhirnya, penurunan belanja iklan menurun signifikan hingga berdampak kepada kepercayaan konsumen yang menurun terhadap produk yang beredar. Hal itu membuat pengeluaran konsumen ikut turun dan resesi terus berlanjut, belum lagi upaya penghematan yang terpaksa membuat masyarakat menahan pengeluaran.
Penurunan kredit dan kebangkrutan
Pada awal resesi, suku bunga dapat naik pada awalnya, kemudian turun saat pintu moneter dibuka, tetapi selama resesi standar untuk pinjaman di pasar cenderung lebih ketat dan pemberi pinjaman lebih selektif terhadap risiko yang bersedia. Bahkan bisnis besar akan menghadapi kesulitan untuk mengembalikan utang hingga mencapai rekor puncak, yang mengarah kepada kebangkrutan.
Lalu, apa yang bisa di lakukan pemerintah untuk bisa keluar dari resesi ini? Nah, ada lima langkah yang di ambil pemerintah Indonesia untuk bisa keluar dari resesi dan juga COVID-19, sebagai berikut :
Pertama, melakukan belanja besar-besaran guna meredam kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Langkah tersebut dipilih karena, pada masa krisis akibat pandemi Covid-19, belanja pemerintah diakui sebagai instrumen pengungkit pemulihan ekonomi. Di samping itu, sektor swasta dan UMKM harus dipulihkan dengan stimulus.
Kedua, pemerintah membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Komite tersebut akan memastikan penanganan kesehatan dan ekonomi berjalan sinergi, dan menjaga pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020.
Ketiga, pemerintah memberi bantuan kredit berbunga rendah, dan menyiapkan berbagai program agar UMKM bergeliat kembali. Salah satunya adalah kebijakan restrukturisasi dan subsidi bunga kredit.
Keempat, pemerintah menempatkan dana di perbankan guna memutar roda ekonomi.
Adapun penempatan yang telah dilakukan adalah Rp 30 triliun di Himpunan Bank Milik Negara, dan Rp 11,5 triliun di Bank Pembangunan Daerah.
Berkat langkah tersebut, penyaluran kredit perbankan mulai membaik. Terbukti hingga Rabu (22/7/2020), penyaluran kredit dari penempatan dana di Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) telah dilakukan kepada 518.797 debitur, dengan nilai mencapai Rp 43,5 triliun.
Kelima, pemerintah melakukan penjaminan kredit modal kerja untuk korporasi.
Dengan kelima langkah tersebut, pemerintah menegaskan bahwa perkataan segelintir pengamat yang mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin parah hanyalah asumsi negatif.
Sekarang apa yang bisa di lakukan UMKM untuk bisa bertahan dimasa resesi ini? Menurut dari berbagai sumber, ada 5 langkah yang Bisa digunakan para pelaku UMKM agar tetap bertahan dimasa resesi ini :
Lindungi Arus Kas
Arus kas merupakan sumber kehidupan bisnis UMKM. Oleh karena itu, untuk menjaga bisnis UKM tetap berjalan sehat, maka siklus uang tunai haruslah tetap mengalir.
Manajemen Inventaris
Melakukan peninjauan inventaris. Hal ini akan membantu pengurangan biaya persediaan tanpa mengorbankan kualitas barang atau pun membuat pelanggan merasa tidak nyaman.
Fokus pada Pasar
Banyak pengusaha UKM merasa panik saat krisis melanda. Salah satu jalan pintas yang bisa diambil yakni dengan melakukan perbaikan pelayanan dan penawaran tanpa memikirkannya secara matang. Pemikiran tersebut harus diubah dengan cara fokus pada pasar. Tawarkanlah sesuatu yang baru atau berbeda untuk mendapatkan perhatian dari pelanggan baru. Berikan pula layanan yang memuaskan untuk mempertahankan pelanggan lama.
Disiplin Jaga Sirkulasi Keuangan
Ketika ekonomi sedang baik, akan sangat mudah untuk melakukan disiplin anggaran seperti membayar gaji pegawai, membayar tagihan listrik, atau tagihan-tagihan lainnya. Tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan secara rutin, maka di saat-saat terburuk Anda akan menemukan bisnis Anda terpuruk dalam tagihan-tagihan yang menggunung.
Lakukan komunikasi dengan baik
Berkomunikasilah dengan karyawan serta pelanggan Anda, menjadi tugas penting untuk menjaga bisnis. Ada baiknya jika Anda pun mendapat masukan yang berarti untuk mengembangkan UKM dari para pegawai.
Itulah tips yang bisa dilakukan UMKM untuk tetap bertahan di tengah resesi ekonomi, yang mulai berdampak secara global ini
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat biasa dalam menghadapi resesi ini, sebagai berikut :
Mempersiapkan keuangan
Mulailah dengan dana darurat baik dalam bentuk tabungan maupun deposito. Dana darurat tersebut sedianya digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup setidaknya selama enam bulan. Agar tidak tergoda untuk menggunakannya, bedakan simpanan dana darurat dengan rekening tabungan Anda sehari-hari.
Dalam masa krisis ekonomi tak tertutup kemungkinan rekening di bank susah diakses sehingga simpanan sulit dicairkan. Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, ada baiknya Anda juga menyiapkan dana darurat dalam bentuk uang tunai.
Mengurangi utang
Harus disadari di awal bahwa dalam kondisi krisis ekonomi semua orang berisiko kehilangan pekerjaan dan juga aset-asetnya seperti rumah dan kendaraan dikarenakan utang. Sebab itu, kurangi utang dan segera melunasi yang masih tersisa merupakan langkah bijak menghadapi krisis ekonomi
Diversifikasi aset yang dimiliki
Aset menjadi komponen yang tak kalah penting untuk menghadapi krisis ekonomi. Di saat perbankan kolaps karena kredit macet, rekening simpanan baik tabungan maupun deposit umumnya sulit untuk diakses apalagi dicairkan dalam waktu cepat.
Oleh sebab itu, jangan simpan semua aset Anda dalam bentuk simpanan di bank. Anda perlu melakukan diversifikasi aset agar tetap bisa bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Misalnya dengan membeli emas sebagai simpanan cadangan aset. Emas cenderung lebih likuid karena bisa dicairkan kapan saja dalam waktu singkat.
Memperkuat dan mempererat hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar
Di saat mengalami keterpurukan akibat dampak krisis ekonomi, Anda akan membutuhkan dukungan baik moral maupun materi. Dukungan secara moral dari keluarga dan lingkungan sekitar setidaknya mampu mengurangi tingkat stres akibat kehilangan aset, kegagalan usaha, ataupun kehilangan pekerjaan. Sementara dukungan materi tentu dapat meringankan beban hidup sampai Anda mampu bangkit dari keterpurukan tersebut.
Menjaga keamanan rumah dan keluarga
Krisis ekonomi dapat memicu terjadinya huru-hara, aksi kejahatan, dan kekerasan. Daya beli yang rendah dan biaya hidup yang makin tinggi tak jarang mendorong orang untuk berbuat nekat, seperti mencopet, mencuri, bahkan melakukan penjarahan. Kondisi ini jelas mengganggu stabilitas keamanan yang meresahkan masyarakat. Untuk itu, menjaga keamanan rumah dan keluarga sangatlah penting.