Oleh: Henri Hermawan
Mahasiswa Universitas Nusa Putra
Ekonomi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau dengan kata lain yang berkaitan dengan aktivitas produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Seseorang atau lebih yang melakukan perjalanan wisata serta melakukan kegiatan yang terkait dengan wisata disebut Wisatawan.
Ekonomi Pariwisata adalah Kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata untuk memaksimalkan sumber daya, berupa modal, manusia, dan alam dengan harapan memperoleh hasil produk pariwisata berupa barang dan jasa yang maksimal.
Objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Tempat wisata dapat berupa wisata alam maupun bangunan seperti gunung, sungai, laut, museum, situs peninggalan sejarah,benteng, dan lain lain. Tempat wisata merupakan faktor penting penambah pendapatan suatu negara dan daerah dengan penyediaan jasa maupun pembangunan didaerah wisata itu sendiri.
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Terdiri lebih dari 17.000 pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke menyipan aset kekayaan tak ternilai harganya. Ribuan pulau tersebut berderet-deret membentuk garis pantai yang memanjang dengan hamparan pasir putih besih yang sangat memikat. Deburan ombak bergulung-gulung mulai dari yang ombak kecil sampai ombak besar yang cocok buat pecinta olahraga surfing semuanya tersedia di Indonesia.
Bukan hanya kekayaan alam nya saja yang melimpah tetapi kekayaan budaya nya pun melimpah. Indonesia merupakan salah satu negara yang struktur masyarakatnya paling majemuk di dunia. Tercatat ada 1340 suku, 742 bahasa, dan ratusan budaya lokal. Meskipun terdiri dari berbagai macam suku, bahasa dan agama, kehidupan sosial masyarakat Indonesia tetap damai dan saling menghargai satu sama lain meskipun beda suku, bahasa maupun agama. Keberagaman ini mampu untuk dimaksimalkan masyarakat Indonesia untuk memunculkan suatu budaya lokal khas suatu daerah. Bahkan budaya-budaya tersebut dapat dinikmati oleh wisatawan.
Jika kita melihat dari segi ekonomi pariwisata, kita akan melihat peluang besar disana, dengan kekayaan tersebut Indonesia bisa mendapatkan banyak pendapatan dari sektor pariwisata, karena dari sektor pariwisata tersebut banyak hal yang berkaitan yang bisa dikembangkan menjadi usaha untuk mendapatkan keuntungan serta menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.
Seperti halnya sektor-sektor yang lain, pariwisata merupakan salah satu sektor yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Umumnya warga yang tinggal dekat dengan area wisata menjadikan tempat wisata sebagai tempat yang sakral. Mereka menggantungkan hidup bergantung pada tempat wisata. Entah itu dengan berdagang, menjadi karyawan, atau penyedia tempat parkir dan toilet.
Kondisi Pariwisata di Indonesia saat ini sangat terpukul karena adanya Pandemi Covid-19. Sejak pertama kali kasus positif COVID-19 diumumkan di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo , pandemi yang telah merenggut nyaris 900 ribu nyawa di seluruh dunia ini dengan cepat memukul perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal I (Q1) 2020 hanya mencapai 2,97 persen. Nilai itu mendarat jauh dari target kuartal I yang diharapkan mencapai kisaran 4,5-4,6 persen. Itu saja masih dengan catatan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 bisa menyentuh 2,3 persen.
Industri pariwisata mengeluhkan kehilangan pendapatan selama Januari sampai April 2020. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengklaim, akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama masa pandemi, industri pariwisata merugi sampai Rp85,3 triliun.
Lebih dari 2.000 hotel dan 8.000 restoran tutup dengan potensi hilang pendapatan Januari- April 2020 dari sektor hotel sekitar Rp30 triliun dan restoran Rp40 triliun. Kemudian kerugian maskapai 812 juta USD atau setara Rp11,3 triliun. Kerugian tour operator mencapai Rp4 triliun.
Sektor pariwisata jadi salah satu sektor yang paling terpukul karena pandemi. Sempat ditutup untuk kunjungan wisatawan. Penurunan jumlah wisatawan, khususnya dari Tiongkok, mulai terasa di akhir Januari 2020. Namun, puncaknya saat perayaan Imlek, di mana seharusnya yang menjadi masa panen bagi para pramuwisata, karena virus corona, mereka terpaksa gigit jari.
Terkait virus corona yang begitu meresahkan, Indonesia menghentikan penerbangan ke China mulai Rabu, 5 Februari 2020. Hal ini adalah salah satu keputusan dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Minggu, 2 Februari 2020.
Selain menghitung kerugian yang bisa ditaksir, ada pula kerugian lain yang langsung dirasakan oleh para karyawan restoran dan hotel. banyak karyawan yang dirumahkan atau dicutikan di luar tanggungan perusahaan alias unpayed leave karena masih menunggu perkembangan peningkatan demand.
Selain itu ada pula kemungkinan terjadinya PHK sebesar 30-40 persen dari jumlah pekerja saat ini. Pekerja status kontrak tidak diperpanjang saat kontraknya habis dan tidak terjadi pergeseran permintaan tenaga kerja dengan skill yang berbeda.
Selain menyebutkan kerugian apa saja yang ditanggung selama industri pariwisata terimbas corona, ada juga akibat dari hotel dan restoran yang setop operasi, industri pariwisata juga tidak bisa memberikan devisa pada negara seperti biasanya.
Meskipun efek domino yang ditimbulkan sangat berdampak dalam kehidupan, terutama bidang pariwisata. Serta belum diketahui bagaimana cara mengatasinya.Pelaku usaha sudah mulai bergerak di sektor lain untuk menutupi berbagai kebutuhannya. Memang menjadi hal yang bersifat spekulatif, bila pihak yang terdampak mempunyai penghasilan sampingan sebagai pengganti mata pencaharian utama.
Solusi yang dapat diberikan oleh pemerintah terhadap warga yang terdampak tutupnya tempat-tempat wisata. Beberapa bulan terakhir pemerintah sangat gencar dalam memberikan bantuan sebagai salah satu solusi kuratif untuk membantu masyarakat yang terdampak. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah cenderung monoton yaitu : sembako.
Selain pangan merupakan hal yang fundamental yang harus dipenuhi setiap orang. Namun, apabila dipikir lebih dalam, selain pangan masih banyak keperluan yang harus dipenuhi warga. Misalnya biaya pendidikan anak dan tagihan bulanan listrik.
Akan lebih baik lagi jika bantuan yang diberikan berupa uang tunai ataupun bentuk pelatihan wirausaha tetapi harus tepat sasaran untuk masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 karena fakta di lapangan yang menerima bantuan tidak tepat sasaran.
Selain faktor kebutuhan setiap individu berbeda-beda, manajemen pengelolaan dari penerima bantuan akan lebih mudah. Dan hal yang paling penting, pelaku usaha yang terdampak mempunyai keterampilan yang berguna untuk bergelut di bidang usaha yang lain.
pelatihan yang kongkret akan berujung terciptanya wirausaha baru. Keberadaan wirausahawan baru sangat dibutuhkan di tengah masih banyaknya angka pengangguran di negeri ini.
Apalagi setelah banyak ditemukan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan akibat dampak dari pandemi COVID-19. Diharapkan tidak hanya solusi jangka pendek yang dipersiapkan, melainkan juga solusi dalam jangka waktu yang panjang.
Agar COVID-19 tidak menyebar luas . Tempat wisata yang ditutup harus disterilkan dari kegiatan manusia. Langkah preventif ini harus diambil untuk mencegah kemungkinan datangnya virus dari luar. Selain itu pemerintah juga harus menindak secara tegas pihak-pihak yang melanggar pelarangan ini. Efek jera harus diberikan demi keselamatan semua pihak.