In Memoriam Jakob Oetama, Komando Pastur Itu Jadi Pendukung Islam

Rabu 09 September 2020, 15:01 WIB

Oleh: Syaefudin Simon

(Kolumnis Lepas)

Tahun 1980-an, UGM menyelenggarakan seminar dan workshop jurnalistik mahasiswa. Karena saya rajin menulis di koran Kedaulatan Rakyat, saya diminta mewakili mahasiswa MIPA untuk menjadi peserta seminar dan workshop di  Gedung Pertemuan universitas itu.

Seminar dan workshop dibuka Menpora Abdul Ghafur. Keynot speakernya Jacob Oetama, pemimpin redaksi harian Kompas. Yang memimpin lagu Indonesia Raya, Titin Ayu Asih Suwandi, mahasiswi FE, yang langsing dan cantik.

Usai Pak Jacob ceramah tentang pers nasional, saya yang saat itu masih menjadi murid kagetan Abu Bakar Ba'asyir di masjid Syuhada, langsung bertanya menggebu.

"Pak Jacob, benarkah Kompas itu singkatan komando pastur?  Berdasarkan informasi yang saya peroleh, Kompas itu adalah kepanjangan dari proyek kristenisasi di Indonesia. Jika memang demikian, alangkah buruknya Kompas, karena bertujuan mengkristenkan Indonesia."  Pertanyaan saya membuat peserta seminar kaget. Termasuk Titin, gadis FE UGM cantik yang beberapa tahun  kemudian tewas  karena pesawat  yang membawanya jatuh di Sungai Musi 1997 tak lama setelah meraih PHD ekonomi dari Australian National University.

Mendapat pertanyaan saya (aktivis masjid Syuhada) seperti itu, Pak Jacob menjawab dengan sabar penuh kebapakan. Kompas, jelas Pak Jacob, sama sekali bukan singkatan komando pastur. Kompas juga bukan kepanjangan misi dan zending yang bertujuan mengkristenkan orang Islam. Sebaliknya, Kompas ingin memajukan bangsa Indonesia melalui karya-karya jurnalistik yang mendidik, inspiratif, terbuka, dan berpihak kepada rakyat.

Saya diam mendengar penjelasan Pak Jacob. Begitukah jati diri Kompas seperti dijelaskan sang Pemred? Saat itu, saya memang   mahasiswa islamis kanan,  yang dikader untuk membenci orang Kristen. Saya tinggal di asrama Yasma Putra, masjid Syuhada, yang tiap pekan menyelenggarakan kursus Kristologi dengan guru Pak Jalal Muchsin, tokoh Islam Yogya.

Yang namanya Kristologi, baru saya ketahui setelah ikut kursus tersebut. Isinya mengupas "kesalahan" ayat-ayat Injil, membahas teori konspirasi kristenisasi, dan hal-hal lain terkait pengkristenan umat Islam. Dan Kompas, konon,  adalah salah satu instrumennya.

Usai seminar, saya diundang panitia. Katanya, Pak Jacob mau ngobrol  di ruang tamu. Saya deg-degan. Takut dimarahin. Ternyata Pak Jacob menyambut saya dengan ramah. Dalam obrolan itu,  Pak Jacob mejawab pertanyaan saya tadi panjang lebar.

Pak Jacob mengaku, apa yang ditanyakan saya, sudah merasakannya  sejak lama. Kompas, katanya, memang sering dituduh sebagai agen kristenisasi. Tapi anehnya, di kalangan Kristen sendiri, yang terjadi malah sebaliknya. Kompas, ungkap Pak Jacob,  dituduh sebagai agen islamisasi. Jadi Kompas serba sulit. Ujar Pak Jacob dengan lembut.

Sepulang seminar, saya merenung. Kalau memang Kompas adalah koran agen kristenisasi -- kenapa penulis opininya kebanyakan intelektual Islam seperti Abdurrahman Wahid, M Dawam Rahardjo, Nurcholish Madjid, Moeslim Abdurahman, Djohan Effendi, Fachry Ali, Komarudin Hidayat, dan Azyumardi Azra? 

Sejak itu,  di Yogya, saya makin sering nongkrong di kios koran di perempatan Jalan Simanjuntak  dekat kampus MIPA, untuk membaca gratisan. Saya perhatikan berita-berita Kompas dan penulis kolomnya. Betul, tak ada tulisan berindikasi kristenisasi.  Netral-netral saja.  Mungkin karena netral, sementara hingar bingar berita pastilah datang dari   penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam -- maka mau tidak mau, berita Kompas dan bahasan opininya, pastilah banyak terkait dengan Islam. Itukah yang menyebabkan Kompas yang "komando pastur"  kemudian dituduh kalangan Kristen sebagai koran pendukung Islam?

Pak Jacob tentu sulit menjawab tuduhan tuduhan nyinyir di atas. Ia memang tak perlu menjawabnya dengan kata. Biarlah sejarah yang akan menjawabnya.

Kini terbukti, Kompas tetap eksis di zaman yang terus berubah, meski sekarang terlihat kelimpungan diterkam koran online dan citizen journslism. Dalam kondisi seperti itulah kini Kompas mencoba terus berdiri tegak sambil mengusung idealismenya. 

Ya..ya...di tengah masyarakat yang berubah cepat dan dunia jurnalisme yang jungkir balik,  Kompas tetap berkomitmen memperjuangkan ”the dreams of convictions” -- sebuah mimpi tentang cita-cita besar, tentang bangsa besar yang majemuk dan demokratis. Mampukah Kompas mengemban misi besar keindonesiaan yang penuh tantangan itu? Lagi- lagi sejarah yang akan menjawabnya.

Apakah Indonesia akan  menjadi bangsa besar yang demokratis,  plural, multikultural, dan menegakkan keadilan tanpa reserve --  atau sebaliknya terjerumus ke dalam jurang anarkisme agama seperti Suriah dan  Afghanistan? Kompas, sejauh ini  memang menjadi corong Islam  moderat dan inklusif, sesuai the dreams of convictions-nya. Untuk itulah, bangsa ini perlu   berterima kasih  kepada Pak Jacob yang telah membangun jurnalisme dengan "Amanat Hati Nurani Rakyat" tersebut.

Jacob Oetama dengan  Kompasnya adalah saksi sejarah. Tidak hanya tentang pergolakan politik, ekonomi, dan budaya di Indonesia,  tapi juga di dunia. Dan kita tahu, di posisi mana Kompas berada.

Selamat Jalan Sang Maestro. Semoga Tuhan memelukmu di sorga. Aamiin.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkini
Sukabumi18 Januari 2025, 23:13 WIB

5 Tempat Jogging Nyaman Di Sekitar Kota Sukabumi untuk Menjaga Kesehatan

Bagi warga Sukabumi yang ingin menikmati manfaat olahraga ini, berikut adalah delapan tempat jogging yang nyaman dan cocok untuk meningkatkan kesehatan:
Rekomendasi tempat jogging yang ada di sekitar Kota Sukabumi | Foto : Istimewa
Nasional18 Januari 2025, 22:24 WIB

MUI Tolak Dana Zakat Dipakai untuk Makan Bergizi Gratis

Wakil Ketua MUI, Anwar Abbas menolak anggaran program MBG diambil dari dana zakat. Menurutnya menggunakan dana zakat untuk mendukung program unggulan Presiden Prabowo tersebut bakal berpotensi menimbulkan masalah dan perbedaan
Kegiatan Dapur Umum Makan Bergizi Gratis Badan Gizi Nasional. Foto: IG/@badangizinasional.ri
Sukabumi18 Januari 2025, 20:39 WIB

Mulai Tahun Ini, Dinsos Sukabumi Akan Labelisasi Rumah Milik Peserta PBI

ebanyak 5.000 rumah warga tidak mampu di Kabupaten Sukabumi yang terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) penerima bantuan iuran (PBI) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi akan labelisasi rumah milik warga penerima PBI ABPB | Foto : shutterstock.com
Gadget18 Januari 2025, 20:00 WIB

Spesifikasi HP Oppo Reno 13 yang Dibekali CPU Mediatek Dimensity 8350 dengan RAM 12 GB

Oppo Reno 13 hadir sebagai salah satu seri Reno terbaru yang menawarkan desain elegan, performa tinggi, dan fitur-fitur menarik lainnya.
Oppo Reno 13 hadir sebagai salah satu seri Reno terbaru yang menawarkan desain elegan, performa tinggi, dan fitur-fitur menarik lainnya. (Sumber : oppo.com).
Keuangan18 Januari 2025, 19:54 WIB

Jelantah Bisa Jadi Rupiah, Begini Cara Jual Minyak Goreng Bekas Ke Pertamina Rp 6000 / Liter

Minyak jelantah yang biasanya dibuang, kini bisa menjadi rupiah, dengan cara dijual ke Pertamina. Untuk apa Pertamina mengumpulkan minyak jelantah dan bagaimana cara menjualnya ke Petamina?
Cara jual jelantah ke Pertamina | Foto : Dok. Pertamina
Sukabumi18 Januari 2025, 18:29 WIB

Dinkes Apresiasi Operasi Katarak Gratis Polres Sukabumi, Sasar 200 Pasien

Ratusan pasien mengidap katarak melaksanakan oprasi di Mako polres Sukabumi yang berada di raya Jajaway, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, pada Sabtu (18/1/2025).
Puluhan pasien sedang antri untuk melaksanakan oprasi katarak di Mako Polres Sukabumi, Minggu (18/1/2024)  |  Foto : Ilyas Supendi
Life18 Januari 2025, 18:00 WIB

Amalkan Doa Ini Insya Allah Rezeki datang dari Segala Penjuru!

Membaca doa rezeki adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon rezeki yang halal dan berkah.
Ilustrasi berdoa - Membaca doa rezeki adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon rezeki yang halal dan berkah.(Sumber : Foto: Pixabay.com)
Sukabumi18 Januari 2025, 17:55 WIB

Sidak Peternakan Sapi Tak Berizin Di Cicurug, Ini Arahan DPMPTSP Sukabumi

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sukabumi melakukan inspeksi ke eks gedung garmen yang kini digunakan sebagai ternak sapi di Kampung Nangklak, RT 06/06, Desa Tenjoayu, Kecamatan Cicurug
DPMPTSP Kabupaten Sukabumi inspeksi ke eks gedung garmen yang kini digunakan sebagai kandang sapi di Desa Tenjoayu, Kecamatan Cicurug, Sabtu (18/1/2025) | Foto : Istimewa
Sukabumi18 Januari 2025, 17:34 WIB

Terdampak Gempa Magnitudo 4,3, Tembok Rumah Warga Ambruk Di Loji Sukabumi

Satu unit rumah warga di Kampung Babakan, RT 014/RW 010, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, mengalami kerusakan akibat gempa bumi yang terjadi pada Sabtu (18/1/2025).
Tembok rumah warga ambruk di Loji Sukabumi, akibat diguncang gempa magnitudo 4,3  | Foto : Ilyas
Sukabumi18 Januari 2025, 17:07 WIB

Longsor Gerus Rumpun Bambu, Satu Rumah Warga Di Benda Sukabumi Terdampak

Longsor terjadi di Kampung Bangkongreang RT 1/4, Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, pada Sabtu (18/1/2025) sekitar pukul 05.00 WIB
Longsor timpa teras rumah warga di Benda Cicurug Sukabumi | Foto : P2BK Cicurug