Bung Karno, Jokowi dan Omnibus Law

Jumat 21 Agustus 2020, 03:00 WIB

Oleh: Farid Gaban

(Pendiri Yayasan Zamrud Khatulistiwa)

Juni lalu Presiden Joko Widodo membuka kawasan industri terpadu di Batang, Jawa Tengah. Kawasan industri itu diharapkan dapat menarik investasi asing yang pada gilirannya diharapkan bisa memperluas lapangan kerja.

Ada 100 lebih perusahaan Amerika yang kini berniat hengkang dari Tiongkok akibat perseteruan politik. Indonesia, kata Jokowi, harus memanfaatkan peluang itu. "Jangan sampai kecolongan lagi."

Relokasi industri AS sudah terjadi dalam beberapa tahun. Tapi, dari sekitar 30 perusahaan yang keluar dari Tiongkok, tak satupun masuk Indonesia, melainkan ke negeri Asean lain seperti Vietnam, Kamboja dan Thailand.

Jangan sampai kecolongan lagi. “Investor harus dimudahkan," kata Jokowi, "dan kalau perlu harga lahan untuk industri harus didiskon. Kalau perlu separo harga Vietnam.”

Sesuai permintaan presiden, pemerintah kini menyediakan 4.500 ha lahan di situ dengan harga murah dan investor “tidak perlu mengurus apa-apa.”

Luhut Panjaitan, yang oleh Jokowi ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, juga getol mendorong kemudahan berinvestasi bahkan di musim pandemi. Dia mengglorifikasi sukses ekonomi Tiongkok, salah satu investor terbesar sekarang.

Karpet merah digelar tak hanya buat investor Tiongkok. Presiden Jokowi belum lama lalu menempatkan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed (Arab), mantan Perdana Menteri Tony Blair (Inggris) dan CEO Softbank Masayoshi Son (Jepang) menjadi dewan pengarah pembangunan ibukota baru Indonesia, demi menarik investasi internasional.

Ibukota negeri, salah satu simbol martabat bangsa, digadaikan.

Obsesi Pemerintah Jokowi terhadap investasi sudah nampak pada periode pertama. Dalam empat tahun pemerintahannya, Jokowi menerbitkan 16 paket deregulasi dan liberalisasi ekonomi. Salah satunya membolehkan investasi asing sampai 100% untuk usaha eceran (retail) dan usaha-usaha lain yang selama ini diprioritaskan untuk usaha rakyat (UMKM).

Intinya: pemerintah mempermudah investasi dengan menurunkan standar proteksi terhadap usaha kecil lokal, perlindungan alam, serta kesejahteraan buruh.

Tak cukup dengan itu. Pada periode kedua, Jokowi agresif mendorong penyederhanaan aturan dan prasyarat untuk investasi, lewat Omnibus Law, yang pada dasarnya mendorong liberalisasi ekonomi lebih jauh.

Pandemi dan protes luas bahkan tidak menyurutkan pemerintah dan DPR mempercepat pembahasannya.

Tapi, betulkah investasi demikian penting sehingga kita layak mengorbankan banyak hal, termasuk martabat?

Bertentangan dengan propaganda sejumlah ekonom, investasi asing ke sebuah negara bukan faktor terpenting dalam membangun ekonomi, apalagi dalam mencapai kesejahteraan menyeluruh bagi masyarakat.

"Mantra tentang pentingnya investasi asing disandarkan pada sejumlah mitos," kata Dierk Herzer, ekonom dari Goethe University, Jerman. Herzer cs mengkaji data 28 negara berkembang yang menonjol menerima investasi asing, termasuk Indonesia.

Alih-alih memberi manfaat, menurut Herzer, investasi asing justru memicu kerusakan serius dalam ekonomi negeri penerima: eksploitasi sumberdaya alam murah; menjadikan warga negara sekadar pasar alias konsumen; serta membunuh perusahaan-perusahaan domestik. (In search of FDI-led growth in developing countries, 2006).

Kajian itu, di sisi lain, mengingatkan kita akan pentingnya membangun kemandirian ekonomi. Berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) ala Bung Karno.

Tidak ada makan siang gratis, kata orang. Investasi itu membutuhkan prasyarat dan konsekuensi. Kita tidak sendirian dalam memikat investasi. Dalam perlombaan yang kian ketat, kita potensial untuk terus-menerus meliberalisasi ekonomi. Makin liberal ekonomi sebuah negeri, makin kecil kedaulatan negara dan bangsa dalam merumuskan apa yang baik untuk dirinya.

Itulah yang sudah terjadi: tak puas hanya dengan 16 paket liberalisasi, kini Omnibus Law digeber habis.

Saya yakin, Bung Karno akan menolak Omnibus Law jika beliau masih hidup. Beliau juga akan menolak kecenderungan menghamba kepada bantuan dan investasi asing. “Go to hell with your aids,” kata Bung Karno dengan lantang bertahun-tahun lalu.

Setelah Bung Karno turun, Indonesia banyak menerima bantuan (utang) asing, khususnya dari Amerika dan Jepang. Utang itu mensyaratkan antara lain agar Indonesia membuka pasar serta melakukan liberalisasi ekonomi, mempermudah investasi asing.

Indonesia adalah salah satu eksperimen neoliberalisme paling awal dan paling sukses di dunia, tempat utang/bantuan, investasi bisnis dan otoritarianisme (militerisme) berjalan seiring.

Sejak awal Orde Baru investasi perusahaan multi-nasional berdatangan (tambang Freeport, otomotif Toyota, telekomunikasi AT&T dan Alcatel, pertanian Monsanto). Liberalisasi ekonomi dan investasi berlanjut hingga kini, dan meluas ke banyak sektor termasuk batubara, nikel dan perkebunan sawit. Masih seperti zaman awal Orde Baru, investasi bisnis itu ditopang represi polisi dan tentara. Sampai sekarang.

Alih-alih mendatangkan kesejahteraan, kehadiran multi-nasional memperkecil peluang kita merumuskan kebijakan yang berorientasi pada keadilan sosial serta kelestarian alam: konflik dan sengketa lahan meluas, penindasan terhadap hak asasi manusia merajalela serta mabuk otomotif yang boros energi dan ekonomi biaya tinggi.

Janji bahwa investasi akan mendorong transfer pengetahuan dan ketrampilan cuma fatamorgana. Setelah bertahun-tahun kita tetap tidak mandiri dan berdikari seperti dipikirkan Bung Karno. Bahkan pangan pun kita impor.

Hal-hal seperti itulah yang harus kita renungkan ketika memikat investasi. Bukan berarti kita harus serta-merta anti-bantuan dan investasi asing, tapi kita harus menimbang: apakah investasi itu berkualitas? Apakah benar itu akan menciptakan kesejahteraan secara jangka panjang dan berkelanjutan?

Apakah itu tidak sebaliknya justru memicu ketimpangan, mengabaikan keadilan sosial, merusak alam dan bahkan merendahkan martabat kita sebagai bangsa?

Ironis sekali jika Jokowi dan Puan Maharani (PDI Perjuangan), yang katanya mewarisi pikiran dan semangat Bung Karno, justru getol mendorong dan merayakan Omnibus Law.***

 

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkini
Life18 Januari 2025, 18:00 WIB

Amalkan Doa Ini Insya Allah Rezeki datang dari Segala Penjuru!

Membaca doa rezeki adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon rezeki yang halal dan berkah.
Ilustrasi berdoa - Membaca doa rezeki adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon rezeki yang halal dan berkah.(Sumber : Foto: Pixabay.com)
Sukabumi18 Januari 2025, 17:55 WIB

Sidak Peternakan Sapi Tanpa Izin Di Cicurug, Ini Arahan DPMPTSP Sukabumi

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sukabumi melakukan inspeksi ke eks gedung garmen yang kini digunakan sebagai ternak sapi di Kampung Nangklak, RT 06/06, Desa Tenjoayu, Kecamatan Cicurug
DPMPTSP Kabupaten Sukabumi inspeksi ke eks gedung garmen yang kini digunakan sebagai kandang sapi di Desa Tenjoayu, Kecamatan Cicurug, Sabtu (18/1/2025) | Foto : Istimewa
Sukabumi18 Januari 2025, 17:34 WIB

Terdampak Gempa Magnitudo 4,3, Tembok Rumah Warga Ambruk Di Loji Sukabumi

Satu unit rumah warga di Kampung Babakan, RT 014/RW 010, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, mengalami kerusakan akibat gempa bumi yang terjadi pada Sabtu (18/1/2025).
Tembok rumah warga ambruk di Loji Sukabumi, akibat diguncang gempa magnitudo 4,3  | Foto : Ilyas
Sukabumi18 Januari 2025, 17:07 WIB

Longsor Gerus Rumpun Bambu, Satu Rumah Warga Di Benda Sukabumi Terdampak

Longsor terjadi di Kampung Bangkongreang RT 1/4, Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, pada Sabtu (18/1/2025) sekitar pukul 05.00 WIB
Longsor timpa teras rumah warga di Benda Cicurug Sukabumi | Foto : P2BK Cicurug
Musik18 Januari 2025, 17:00 WIB

Lirik Lagu ‘Mengapa Harus Shin Tae Yong’ - Icha Yolanda dan Om Nirwana

Lagu ‘Mengapa Harus Shin Tae Yong’ yang dipopulerkan Icha Yolanda dan Om Nirwana kini sedang viral.
Lagu ‘Mengapa Harus Shin Tae Yong’ yang dipopulerkan Icha Yolanda dan Om Nirwana kini sedang viral. (Sumber : Screenshot YouTube/ iYon Nirwana).
Bola18 Januari 2025, 16:00 WIB

Prediksi Madura United vs Barito Putera: Duel Dua Tim Papan Bawah!

Madura United akan menjamu Barito Putera dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 pekan ke-19 malam ini.
Madura United akan menjamu Barito Putera dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 pekan ke-19 malam ini. (Sumber : Instagram).
Sukabumi18 Januari 2025, 15:45 WIB

Buruh dan Pelajar Collab Edarkan Hexymer-Tramadol di Sukabumi, Ditangkap saat Transaksi

Barang bukti yang disita adalah empat paket hexymer dan lima setrip tramadol.
Kedua terduga pelaku kasus obat keras terbatas yang ditangkap di Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Polsek Sagaranten
Sukabumi18 Januari 2025, 15:23 WIB

Lindas Material Longsor, Truk Terguling di Jalan Nasional di Simpenan Sukabumi

Longsor ini sempat menutup Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua.
Truk terguling di Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua, tepatnya di Kampung Cisarakan, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Istimewa
Inspirasi18 Januari 2025, 15:00 WIB

Lowongan Kerja Sukabumi Sebagai Cook Sushi, Cek Kualifikasinya Disini!

Apabila kamu tertarik dengan lowongan kerja ini, segera daftarkan diri sekarang juga!
Ilustrasi - Lowongan Kerja Sukabumi Sebagai Cook Sushi, Cek Kualifikasinya Disini! (Sumber : Freepik.com/@ASphotofamily)
Sukabumi18 Januari 2025, 14:58 WIB

Pengendara Terjebak Berjam-jam, Jalan Nasional di Simpenan Sukabumi Buka Tutup Pasca Longsor

Saat ini jalan sudah dibuka, tetapi dengan sistem buka tutup.
Antrean kendaraan di Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua, tepatnya di Kampung Cimapag, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Dokumen Pengendara