Oleh: Maula Zuama
(Demisioner Ketua PC IPNU Kab.Sukabumi Masa Khidmat 2017-2019)
Kualitas pendidikan nasional masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Pandemi Covid-19 telah mengubah pola pembelajaran secara masif. Proses pembelajaran yang mestinya dilaksanakan secara tatap muka sekarang berubah menjadi sistem pembelajaran jarak jauh atau daring
Pemerintah harus tetap memberikan perhatian penuh kepada dunia pendidikan, di samping masalah kesehatan dan ekonomi, dalam situasi pandemi seperti sekarang ini,
Sistem pembelajaran jarak jauh memang tidak seefektif sistem tatap muka. Apalagi di tengah kondisi darurat seperti saat ini. Banyak hal yang perlu disiapkan dengan baik agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan optimal. Misalnya, infrastruktur seperti jaringan internet yang memadai.
Persoalan akses internet yang tidak merata di seluruh Indonesia. Di kota-kota besar, akses internet sudah cukup lancar, tetapi di daerah tertentu aksesnya lambat sehingga belajar secara daring tidak efektif. Sinyal yang hilang menyebabkan terjadinya buffering. Akibatnya siswa kehilangan konsentrasi atau kehilangan bagian tertentu dari materi yang dibahas.
Belum lagi soal biaya paket data yang harus dikeluarkan. Jika belajar di sekolah, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya akses internet, mungkin cukup biaya transportasi yang tidak terlalu besar. Untuk belajar daring, dalam satu hari bisa diperlukan satu giga byte. Maka dalam satu bulan, bisa dibutuhkan 20-25 Gbt yang bila dirupiahkan mencapai 200 ribu lebih. Dalam situasi ekonomi sulit seperti ini, tambahan biaya menjadi beban berat bagi banyak orang.
Untuk masalah ini dukungan pemerintah sangat dibutuhkan. Pemerintah bekerja sama dengan swasta dituntut untuk benar-benar memastikan fasilitas Sudah tersedia dengan baik
Dalam situasi seperti ini, pemerintah seharusnya turun tangan. Untuk akses internet, pemberian internet gratis bagi pelajar akan sangat membantu. Anggaran pelatihan prakerja sebesar 5.6 triliun sebaiknya direalokasikan untuk aktivitas yang jelas-jelas produktif bagi masa depan generasi muda Indonesia dibandingkan dengan didistribusikan untuk pelatihan online yang sesungguhnya bisa diakses secara gratis.
|[email protected]|netizen