Oleh: Iwan Sofwan Zulfikar | IEA Sukabumi
COVID-19 atau sebutan lain nya adalah Corona yang saat ini pasti sudah tak asing lagi di telinga kita. Meskipun hingga saat ini kita hanya bisa merasakannya walaupun kita belum pernah melihatnya. Tapi kekuatan dari virus itu sudah berhasil mengguncang dunia sekarang. Bahkan penyakit lain pun yang memang lebih bahaya dari virus ini juga sampai kalah. Seluruh orang lebih takut akan hadirnya virus Covid-19 ini ketimbang bahaya virus TBC yang jelas lebih bahaya serta sudah menahun berada dan beranak pinak di sekitar kita.
Tapi memang banyak hikmah yang dapat diambil dari wabah virus corona ini, salah satunya adalah membiasakan diri agar warga bisa selalu melakukan pola hidup sehat dikehidupan sehari-hari.
Tanpa harus pemerintah melakukan usaha keras untuk mengkampanyekan pola hidup sehat seperti cuci tangan, jaga jarak antar orang lain, menghindari kerumunan, memakai masker jika berpergian, dan banyak lagi kesadaran warga yang telah timbul akan bahaya virus ini karena memang mereka takut akan dampak yang terjadi jika mereka terjangkit virus tersebut. Beda halnya saat susahnya pemerintah mengkampanyekan pola hidup sehat untuk menghindari TBC, serangan jantung, impotesi, dan lain hal seperti yang tertera disetiap bungkus rokok.
Tapi bukan manfaat virus corona, ya yang saat ini akan kita bahas, melainkan siapkah kita memerangi virus corona itu. Banyak memang langkah, strategi dan jurus jitu yang diambil pemerintah dalam menangani wabah ini, baik pemerintah pusat maupun daerah yang dituangkan dalam satu kebijakan.
Dari kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga polemik yang timbul di masyarakat setelah dilakukan pembagian bantuan sosial terhadap warga yang terdampak. Ada warga yang mendukung langkah pemerintah yang diambil tersebut, banyak pula yang menentang kebijakan tersebut. Bahkan ada juga dari pemerintah daerah juga yang berbeda pendapat atas kebijakan pemerintah yang diambil untuk menanggulangi wabah ini.
Sudah lebih dari 1 bulan masyarakat dihantui oleh kebijakan pemerintah yang mengambil langkah untuk memberlakukan PSBB di beberapa daerah. Bahkan saat ini yang menjadi topik utamanya adalah peraturan pemerintah yang melarang warganya untuk melakukan mudik.
Padahal fakta di lapangan banyak mereka yang melakukan mudik itu adalah mereka yang merantau ke ibu kota atau daerah lainnya untuk bekerja atau berusaha, dan saat ini ditengah wabah usaha atau pekerjaan mereka itupun ikut terhenti.
Hasilnya mereka hingga memutuskan mudik ya karena mereka sudah kesulitan masalah finansial. Ada yang sudah tidak mampu bayar sewa rumah, ada yang sudah tidak punya tabungan untuk bertahan hidup jika mereka terus bertahan di tempat asal alias jika mereka tidak mudik.
Nah, berati permasalahannya bukan hanya karena mereka ingin menjalankan tradisi tahunan yang setiap tahun selalu mereka jalankan yaitu mudik di hari lebaran, tetapi lebih untuk bertahan hidup. Karena jika mereka tidak pulang ke kampung asal, bukan hal yang tidak mungkin kalau mereka bisa mati konyol kelaparan di kota orang.
Kita juga tau bahwa pemerintah pun juga tidak diam untuk menyikapi permasalahan tersebut. Banyak langkah yang diambil oleh pemerintah guna menanggulangi wabah ini. Ada pembagian bantuan sosial yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, anggota legislatif, bahkan sampai di jajaran pemerintah terdepan yaitu RT dan RW.
Tapi faktanya lagi di lapangan meskipun sudah sedemikian rupa usaha yang dilakukan, tetap saja masih banyak kendala yang terjadi. Ada warga yang komplain sampai saat ini mereka tidak juga mendapatkan bantuan meskipun mereka sudah genap 1 bulan lebih merasakan usaha yang hasilnya merosot karena wabah ini, ada warga yang protes juga karena bantuan yang didapat dirasa tidak cukup untuk menghidupi keluarganya, dan banyak hal lagi pastinya yang terjadi di lapangan terkait penanganan wabah ini.
Jadi jelaskan permasalahannya bukan saja memutus mata rantai penyebaran wabah covid-19 saja, saat ini PR pemerintah sudah semakin bertambah lagi pastinya. Dari menyiapkan keperluan medis guna menyembuhkan pasien terjangkit, hingga memenuhi kebutihan ekonomi bagi masyarakat yang terdampak.
Dari dua hal tersebut, pastinya yang lebih amat berat adalah di pemulihan sektor ekonominya. Karena tidak bisa dipungkiri, efek domino dari wabah saat ini adalah terhambatnya laju pertumbuhan ekonomi, serta dampaknya bahkan bukan hanya kepada kalangan menengah kebawah saja, melainkan pelaku usaha level ataspun terkena imbasnya.
Oleh karenanya pemerintah saat ini memang benar-benar sedang diuji kecerdasannya guna menyikapi masalah saat ini. Karena kebijakan yang diambil sekarang bisa berdampak bagi kelangsungan hidup seluruh masyarakat, jika pemerintah gagal dalam mengambil keputusan, bukan hal tidak mungkin jika kita nantinya akan kehilangan generasi penerus, seperti yang pernah terjadi dulu pada tahun 2006, dimana penduduk Indonesia dalam rentan waktu 2 tahun yakni hingga 2008, yang meninggal karena penyalahgunaan narkoba meningkat drastis hingga mengakibatkan angka kematian akibat penyalahgunaan narkoba dalam kurun waktu 2 tahun itu hingga tiga juta jiwa lebih.
Berati jikalau saat ini pemerintah salah dalam mengambil langkah menangani wabah virus corona ini, bukan tidak mungkin hal itu akan terjadi kembali, dimana kita harus menelan pil pahit kembali untuk mengikhlaskan generasi penerus kita yang akan berkurang lagi jika tidak tepat dalam mensiasati menangani wabah ini.
Karena memang nyatanya virus covid ini menyerang dengan tidak pandang bulu, mau tua, muda, remaja, dewasa, anak-anak siapapun bisa terjangkit, tapi yang terjangkitpun bisa sembuh. Walaupun memang permasalahannya bukan hanya menyembuhkan serta mencegah penularan virus saja, melainkan meredam konflik sosial dan ekonomi yang terjadi kepada mereka para masyarakat yang terdampak oleh wabah ini, yang pastinya lebih sulit.
Ada warga yang berbuat nekat guna menyelamatkan keluarganya agar tetap bisa hidup, ada warga yang mungkin dia sudah mengadu, tapi karena keterbatasan wewenang di daerahnya, hingga aparat daerah pun tidak bisa banyak mengambil sikap, hingga akhirnya tak sedikitpun dari mereka yang harus kuat bertahan kelaparan dalam kondisi saat ini, seperti yang sudah diberitakan di berbagai media.
Berarti dari sedikit kejadian nyata di lapangan tersebut, harusnya pemerintah bisa lebih jitu lagi dalam mengambil jurus untuk melawan virus ini. Bukan hanya PSBB dan BANSOS semata, melainkan kesamaan pola pikir dengan masyarakatlah yang dibutuhkan. PSBB itu memang bagus ketimbang lockdown yang benar-benar mengunci seluruh gerak masyarakat dalam suatu tempat.
Dan BANSOS pun juga sangat membantu di tengah wabah ini. Tapi permasalahannya apakah masyarakat paham dan mau memahami akan kebijakan bagus yang telah diambil saat ini? Pastinya tidak semua paham kan? Nah, kembali lagi ke pemerintah, disitulah peran anda sebagai pelayan masyarakat.
Buatlah masyarakat memahami maksud anda, ajak mereka bersinergi dengan anda guna mensukseskan langkah kebijakan ini. Jangan kalian membuat masyarakat sebagai objek pelanggar kebijakan yang anda buat. Karena dengan anda memberlakukan PSBB tanpa dibarengi dengan solusi pemenuhan kebutuhan hidup mereka, hasilnya akan nihil pak. Masyarakat akan menjadi objek pelanggar PSBB yang anda biat saja. Mereka tidak akan menyadari atau faham akan maksud dari PSBB yang anda lakukan.
Sekarang anda berdalih, "Kami akan memberikan bantuan sosial berupa sembako, dan sejumlah uang tunai bagi warga miskin yang terdampak wabah ini". Tapi kenyataannya yang terdampak itu bukan hanya warga miskin pak, justru malah banyak masyarakat berstatus MISBAR alias masyarakat miskin baru yang timbul akibat wabah ini. Apakah anda akan penuhi juga kebutuhan pokoknya, jelas tidak kan, karena jika memang ia, butuh berapa triliun anggaran yang akan digunakan.
Tapi jika kita memberlakukan azas gotong royong dan kebersamaan untuk menjalani PSBB, pastinya mereka pun bisa dengan senang hati mengikuti instruksi pemerintah untuk tetap diam dirumah dalam proses PSBB. Tanpa harus membedakan si kaya dan si miskin, semua lapisan masyarakat bersatu. Ada yang membantu dari segi keuangan, ada yang membantu tenaga, ada yang membantu pikiran yang akhirnya disatukan untuk menuju misi utama yakni tetap diam dirumah dalam masa PSBB guna melawan corona.
Dan pastinya tanpa perlu pemerintah mengeluarkan dana yang begitu besar untuk mencukupi kebutuhan pokok seluruh warga. Hingga kelak masyarakat tidak terdidik sebagai jiwa pemalas yang hanya diam dirumah mengharap bantuan, meskipun memang keadaan lah yang memaksa mereka harus diam dirumah serta menjauhi kerumunan. Tapi jika yang di terapkan polanya yakni memberikan BANSOS saat PSBB, sama seperti mereka dijadikan pengemis yang diciptakan karena suatu kebijakan yang kurang tepat pelaksanaannya.
Sekarang tinggal peran kita sebagai masyarakat, yang akan siap mendukung kebijakan pemerintah nantinya jikalau memang kami dilibatkan agar ikut serta untuk menanggulangi wabah ini. Libatkan pula para relawan sosial yang ada, agar mereka bisa leluasa membantu langkah pemerintah guna meringankan tugas pemerintah. Ingat kata kuncinya yah, GOTONG ROYONG dan KEBERSAMAAN, karena dengan jurus itu kita pasti bisa melewati wabah ini.
Jadikan masyarakat sebagai salah satu objek pemutus wabah, bukan hanya sebagai objek terdampak PSBB. Berikan mereka kesibukan untuk berkarya yang hasilnya bisa menghasilkan rupiah untuk kelangsungan hidup mereka. Kita yakin masyarakat pun pasti mau melakukan usaha itu, ketimbang mereka harus diam dan hanya menunggu bantuan. Nah usahanya apa? Ya, itulah tugas pemerintah untuk memikirkannya, itulah gunanya masyarakat diajak berpikir bersama dalam menanggulangi wabah ini.