Oleh: Sinta Mustika
(Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Nusa Putra Sukabumi)
Syeikh Muhammad Abduh pernah berkata “aku menemukan Islam tanpa muslim di barat dan aku menemukan muslim tanpa Islam di timur,”.
Sebagai seorang muslim yang ada di belahan bumi bagian timur, tentu kita bertanya-tanya apa maksud ungkapan syeikh tersebut ?
Jika kita mau mencermati keadaan muslim di negara kita saat ini, pastinya kita tidak heran dengan apa yang diungkapkan oleh Syeikh Muhammad Abduh di atas.
Tentang waktu, berapa banyak diantara kita yang lebih memilih rebahan dari pada membaca Al-Qur’an?. Berapa banyak diantara kita yang memilih nonton drama dari pada datang ke kajian?. Dan tidak sedikit diantara kita yang lebih memilih datang terlambat dari pada memaksa diri untuk tepat waktu.
Bagaimana dengan negara-negara yang notabene penduduknya bukan muslim? Mereka lebih banyak menggunakan akalnya, sangat rasional, memilih mana yang akan memberikan manfaat, bahkan disiplin dengan waktu.
Padahal Islam adalah agama yang menempatkan waktu di posisi yang sangat penting. Banyak ayat Al-qur’an yang menyinggung tentang waktu, “demi masa”, “demi waktu duha”, “demi malam apabila telah sunyi”.
Imam Syafi’i pun pernah berkata “waktu ibarat pedang, jika kau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan jiwamu, jika tidak kau sibukkan dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan”.
Jadi sebenarnya hanya ada dua kondisi, apakah kita sedang berada dalam kebenaran? Jika tidak, sudah pasti kita berada dalam kebatilan, hanya saja seringkali kita tidak sadar dan terus tenggelam di dalam zona nyaman.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Tentu harus melakukan perubahan dan produktif, bukan hanya perubahan untuk diri sendiri, melainkan juga harus menjadi penggerak perubahan untuk masyarakat yang lebih luas, demi Indonesia yang lebih baik, lebih menghargai waktu, sehingga kedepannyan Indonesia akan memiliki generasi yang kuat secara spiritual, emosional, dan intelektual.
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, maka sebagai muslim tentu kita ini akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan negara kita.
Perlu kita ingat juga bahwa kemajuan suatu bangsa terletak di tangan pemuda artinya peran pemuda sangat berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa.
Dirangkum dari penuturan seorang aktivis muda, Atiatul Muqtadir alias Fathur yang dikenal sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gajah Mada (UGM).
Berikut ini adalah alasan mengapa kita sebagai pemuda muslim tidak boleh rebahan dan harus produktif.
1. Manusia diberi nikmat akal dan hati
Akal akan memungkinkan kita untuk berpikir, dan berpikir memungkinkan kita untuk berubah. Akal itu mengajak kita untuk menjadi rasional, memilih mana yang akan memberi manfaat untuk diri kita.
Oleh karena itu, mengapa seringkali kita sulit untuk berubah jawabannya adalah tidak lain karena kita sedikit sekali menggunakan nikmat akal yang Allah berikan.
Menggunakan hati dalam suatu kondisi akan memungkinkan kita untuk bersikap lembut sehingga emosional kita akan lebih terarah dan hati akan mengajak kita untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
2. Pemuda sebagai pondasi peradaban
jika peradaban diibaratkan dengan tubuh manusia, maka pemuda adalah sel-sel penyusunnya, jika satu sel rusak maka jaringannya akan rusak, jika jaringannya rusak maka organnya rusak, jika organnya rusak maka sistem organnya akan rusak dan jika sistem organ rusak maka tubuh pun akan rusak.
3. Pemuda sebagai tumpuan bangsa
Klise namun penting sekali untuk diulang karena bahwasannya di pundak pemudalah nasib suatu bangsa.
Pemuda adalah pemimpin yang akan datang. Makanya tak heran jika ada yang mengatakan bahwa mahasiswa adalah Iron Stock, besi-besi yang akan menggantikan besi yang sudah berkarat.
4. Akan dimintai pertanggung jawaban
Usia muda yang kita miliki tidak akan bertahan lama. Dalam al-qur’an dikatakan bahwasannya kita diciptakan dalam keadaan lemah, kemudian dijadikan kuat, dan kembali lemah.
Jadi masa muda adalah masa kekuatan yang diapit oleh dua masa kelemahan yaitu masa anak-anak dan lansia.
Sudah seharusnya kita mempergunakan masa kuat ini dengan sebaik-baiknya, karena masa muda ini menjadi salah satu yang akan Allah tanyakan kepada kita di akhirat kelak.
Sebagaimana dalam hadis Riwayat At-Tirmidzi yang artinya:
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).”