Oleh: Rida Fitriana
(Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Nusa Putra Sukabumi)
Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia turun jadi 5,02 persen dari tahun 2018 yang mencapai 5,17 persen, maka pemerintah akan melakukan perbaikan untuk tahun 2020 ini untuk bisa melebihi 2019. Namun, pada tahun 2020 ini pertumbuhan ekonomi dunia menurun termasuk Negara Indonesia.
Direktur Riset Center of Reform on Economic (Core) Indonesia, Pieter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 dibawah 5 persen , kondisi ini sudah diperkirakan sejak akhir tahun lalu lantaran pertumbuhan ekonomi global melemah.
Kondisi ini semakin nyata setelah penyebaran virus Corona atau Covid-19 pada akhir Januari lalu. Sepanjang tahun 2020 Pieter memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada diangka 4,9 persen sampai 5,1 persen.
Peneliti Institute of Development Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,5 persen pada 2020. Bhima menilai, dampak virus covid-19 ke laju pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa ditelusuri lewat korelasi hubungan ekonomi china dan Indonesia.
Jadi, setiap 1 persen penurunan pertumbuhan ekonomi china, ekonomi Indonesia bisa terpengaruh 0,3 persen hal ini dikarenakan nilai ekspor dan impor Indonesia yang terbesar adalah China, dengan begitu melemahnya ekonomi China maka akan melemah juga ekonomi Indonesia.
Kondisi ini sudah didorong pemerintah dengan berbagai stimulus, alasannya stimulus yang diberikan sifatnya masih terbatas. Pieter Abdullah kembali mengatakan respon kebijakan dari pemerintah masih dianggap belum terukur sehingga dampaknya belum terasa signifikan, sebab, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sifatnya lebih menahan perlambatan ekonomi. “Sementara penurunan daya beli semakin besar,” ujar Pieter.
Pieter melanjutkan, perlambatan ekonomi sudah terasa sejak 2015, pemerintah menghadapi harga komoditas terus turun, padahal perekonomian Indonesia bergantung pada harga komoditas.
Peran manufaktur pertumbuhannya terus menurun, kontribusinya kurang dari 5 persen tiap tahunnya, dibandingkan dengan Negara maju, peran dari industri manufakturnya sampai 100 persen dan pertumbuhannya 30 persen tiap tahun.
Dia melihat pada tahun 2019, perang dagang Amerika Serikat dan China juga ikut jadi faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebab partner dagang Indonesia banyak dengan China. Memasuki 2020, terjadi optimisime dengan melihat perbaikan harga CPO dan nikel, namun optimisme itu luruh saat virus covid-19 muncul, sektor andalan Indonesia pariwisata, manufaktur pun ikut terguncang.
Menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 ini sangat memberatkan masyarakat, dimulai dari sektor pariwisata. Menurunnya pariwisata berimbas pada perhotelan, restoran, atau tempat belanja souvenir pun ikut menurun.
Dalam sektor perindustrian karena China adalah salah satu Negara pemasok bahan baku perindustrian terbesar, sehingga untuk saat ini pemasokan bahan baku perindustrian berkurang dan menyebabkan akan berkurangnya produksi.
Dengan begitu, maka akan banyak para pekerja dimulai dari perhotelan, restoran, tempat belanja seperti souvenir sampai dengan perindustrian sehingga beresiko untuk mem-PHK para pekerjanya. Sehingga akan meningkatkan tingkat pengangguran.
Bagaimanakah kebijakan presiden dan para menterinya untuk mengatasi menurunnya pertumbuhan ekonomi ini?
Dimulai dari kebijakan Presiden, pemerintah telah menerbitkan dua paket kebijakan fiscal terhadap ekonomi domestic dengan nilai mencapai Rp.33,2 triliun. Untuk paket kebijakan pertama totalnya Rp.10,3 triliun.
Beberapa insentif fiscal yang diberikan berupa penambahan anggaran kartu sembako, harga diskon tiket, percepatan program kartu prakerja dan program untuk menarik wisatawan mancanegara.
Kemudian, pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp22,9 triliun untuk paket kebijakan fiscal jilid kedua, sejumlah insentif yang diberikan antara lain pembebasab pajak penghasilan (PPh) pasal 21, lalu penundaan PPh pasal 22 dan pasal 25.
Kebijakan menteri perindustrian, dengan wabah covid-19, disinyalir kegiatan manufaktur di China akan terganggu. Akibatnya, berbagai negara mitra china, termasuk Indonesia perlu mencari alternatif pasokan bahan baku dari Negara lain.
Pada kondisi ini, diprediksi akan terjadi kenaikan harga bahan baku industry, karna akan diburu oleh industri dari berbagai Negara, yang menjadi mitra dagang china. kebijakan menteri perindustrian adalah” bea masuk bahan baku industri diturunkan” sehingga harga bahan baku yang tinggitersebut diharapkan tidak akan lebih tinggi ketika masuk Indonesia karna pengenaan bea masuk.