Oleh: Nurlaelaniriskaa
Wabah Covid-19 ini masih belum berakhir. Seluruh bagian dalam sistem pemerintahan bersatu padu melawan. Mulai dari petinggi negara hingga rakyatnya. Di indonesia sendiri kini sudah mencapai 4.839 kasus. Sungguh bukan angka yang main-main. Segala upaya dilakukan, mulai dari pembubaran kerumunan, upaya tilang bagi pengendara yang tidak memakai masker penutup mulut, dan banyak lagi.
Salah satu fenomena baru yang menjadi sorotan belum lama ini, adalah pembebasan 36.554 narapidana melalui program asimilasi dan integrasi sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus corona (Covid-19), di wilayah lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan di Indonesia.
Masyarakat dibuat bingung, resah dan kecewa oleh keputusan kemenkumham. Menyayangkan upaya aparat penegak hukum dan warga selama ini yang bahu membahu mengamankan lingkungan dengan menangkap para bengis, kini dengan mudahnya pesakitan itu di bubarkan dengan begitu optimis.
Para napi itu seperti berprinsip "Hotel prodeo surgaku" angkat kaki lama-lama akan membuatnya rindu. Benar saja, tak butuh waktu lama keresahan yang di alami terjadi. Banyak napi yang diciduk melalukan aksi tak terpuji lagi. Mulai dari pencurian motor, perampokan, pembunuhan, dan banyak lagi. Sungguh miris ditengah wabah dan kondisi indonesia yang sedang tidak baik, mereka menambah kepusingan bagi sebagian pihak yang selama ini mengupayakan yang terbaik.
Sudah di beri hati untuk bebas bersyarat, kini di masukkan lagi ke dalam jeruji besi, dengan hukuman yang lebih berat sebab sisa pidana pertama dan massa pidana baru di kalkulasi. Begitulah perjanjian yang sudah di sepakati bersamaan dengan adanya program ini.
Dengan kondisi serba salah seperti ini, akan sulit menyamakan persepsi. Bagi pemerintah hal ini baik dilakukan sebagai upaya pencegahan, namun bagi masyarakat hal ini meresahkan karna sudah terbukti, narapidana kini berkeliaran kembali dengan profesi yang ia sukai, sebagai sosok yang kehadirannya tak seorang pun ingini.
Teringat sebuah kutipan dari Mantan Presiden RI ke-6 "Keputusan dan kebijakan apapun tidak akan pernah memuaskan semua pihak. Jika, niat, tujuan dan konsepnya baik, lakukan saja." Semua keputusan akan ada baik buruknya, maka pilihlah yang paling sedikit buruknya.
Aku satu dari banyaknya masyarakat yang merasa tak puas dengan kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah, salah satunya Kemenkumham. Seharusnya indonesia dapat belajar dari negara-negara lain, yang telah berhasil mengatasi wabah Covid-19 ini. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik?
Kita tak perlu menghadirkan masalah baru, karna ini tidak akan menghasilkan titik temu. Indonesia hanya butuh disiplin dan sadar. Disiplin untuk tidak berkumpul, sering cuci tangan dengan air mengalir, disiplin untuk tetap #dirumahsaja, dan disiplin untuk seluruh perintah yang telah di berlakukan di seluruh dunia. Sadar bahwa wabah ini mematikan, jangan egois merasa sehat dan tak mau dengar masukan. Marilah sepakat untuk disiplin dan sadar, karna ini adalah tugas kita semua.
Kini pemerintahan, bidang kesehatan, pendidikan, aparatur negara, dan seluruh komponen khususnya di Indonesia sedang di uji melalui kehadiran wabah yang belum kunjung pergi.
Aku dan kita semua tau, situasi ini sungguh berat, namun percayalah tak ada satupun peristiwa terjadi tanpa kehendaknya. Tetaplah beraktifitas meski terbatas, jangan lupa untuk selalu berdo'a. Jaga kesehatan dan bertahanlah untuk #dirumahsaja.
Cepat sembuh bumiku! Cepat sembuh ibu pertiwi!
#IndonesiaLawanKorona #IndonesiaBersatu #IndonesiaBisa! #Opini
|[email protected]|netizen