Oleh: Muhamad Irsan Sugiri
(Mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Nusa Putra Sukabumi)
Ekspor adalah bentuk perdagangan Internasional. Ekspor terjadi ketika barang yang diproduksi di satu negara dikirim ke negara lain untuk dijual atau diperdagangkan, ekspor juga merupakan salah satu ukuran terjadinya peningkatan atau penurunan terhadap perekonomian suatu negara, begitupun di Indonesia.
Adapun komoditi ekspor Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), produkk hasil hutan, karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, otomotif, alas kaki, udang, kakao dan kopi. Namun, pasar Internasional semakin kompetitif sehingga komoditas ekspor Indonesia terdiversifikasi, hal ini mengakibatkan ekspor Indonesia menjadi beragam.
Negara tujuan ekspor Indonesia diantaranya Amerika Serikat, Singapura, Inggris, Belanda dan negara lainnya yang menjalin kerja sama dengan Indonesia.
Di awal tahun 2020 ekspor Indonesia mengalami penurunan di berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perkembangan ekspor dan impor Indonesia. Data ekspor dan impor Januari dirilis untuk mengetahui neraca perdagangan Indonesia.
BPS melaporkan perkembangan kinerja perdagangan Indonesia selama Januari 2020 yang mencapai USD13,41 miliar. Angka tersebut menurun 7,16 persen dibanding kinerja ekspor Desember 2019.
“Demikian juga dibanding Januari 2019, ekspor Januari 2020 menurun 3,71 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto.
Dia juga mengatakan ekspor januari mengalami penurunan karena sektor migas dan non migas mengalami penurunan cukup signifikan dibanding Desember 2019. Sektor migas turun sebesar 28,73 persen, sedangkan non migas juga turun sebesar 5,33 persen.
“Ekspor migas pada juni sebesar USD,81 miliar dan nonmigas sebesar USD12,61 miliar,” jelasnya.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Januari 2020 terhadap Desember 2019 terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$703,2 juta (34,08 persen). Kemudian Industri Pertanian dan Industri Pengolahan juga mengalami penurunan masing masing sebesar USD0,30 miliar dan USD10,52 miliar atau turun 20,24 persen dan 3,13 persen secara mtm.
Pada sektor pertambangan dan lainnya juga mengalami penurunan sebesar 14,14 persen dengan nilai ekspor USD1,79 miliar. Kinerja ekspor yang tengah menurun membuat pemerintah mewaspadai neraca perdagangan Indonesia.
“Yang perlu diwaspadai neraca perdangan, kalau defisit transaksi berjalan sudah biasa. Akibat volume perdagangan menurun, ekspor kita menurun. Contohnya ekspor CPO, sampai Juli mengalami penurunan, padahal itu sumber (ekspor) utama kita,” kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir.
Kemudian faktor lain yang menyebabkan ekspor Indonesia menurun yaitu adanya penyeberan pandemi virus Corona atau covid-19 yang menekan aktivitas perdagangan. Adanya virus ini mengakibat terganggunya rantai suplai global yang mengakibatkan tidak tersedianya bahan antara yang diproduksi dinegara lain, hal ini berdampak pada kegiatan ekspor Indonesia.
Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan terkena hantaman paling besar. Sebab, permintaan komoditas ekspor utama menurun, terutama dari China.
Pihak pemerintah harus bekerja keras dalam memperbaiki dan meningkatkan kegiatan ekspor Indonesia, kebijakan yang mungkin bisa diambil oleh pemerintah dalam jangka pendek diantaranya yaitu pemelihan komoditas ekspor unggulan, simplifikasi prosedural untuk menekan biaya dan waktu, diplomasi ekonomi dan peningkatan akses pasar.
Semoga kejadian ini tidak berlangsung lama agar perekonomian dunia khususnya kegiatan ekspor impor Indonesia normal kembali dan berjalan seperti biasanya.