Oleh : Sonya Pita Lestari
(Mahasiswa Prodi Manajemen Universitas Nusa Putra Sukabumi)
Virus Corona atau Covid-19 merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan manusia. Virus ini masih berhubungan dengan penyebab SARS dan MERS yang sempat merebak beberapa tahun lalu.
Diketahui virus Corona berasal dari Kota Wuhan di China dan muncul pada Desember 2019. Berdasarkan penelitian, bahaya virus Corona bisa menyebabkan kematian. Bahkan, pasien yang terinfeksi dan sembuh akan mengalami kerusakan permanen pada paru-paru dan antibodi.
Wabah Virus Corona telah menyebabkan guncangan pada ekonomi global, termasuk negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik.
Covid-19 menyeret proyeksi laju pertumbuhan ekonomi global pada 2020. Baru-baru ini, The Economist Intelligence Unit (EIU) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,3 persen menjadi 1,9 persen.
"Kami memprediksi pertumbuhan global sebesar 1,9 persen tahun ini, paling lambat sejak krisis keuangan global. Efek negatif pada pertumbuhan akan datang melalui saluran permintaan dan pasokan," ungkap analis EIU.
Berdasarkan analisis EIU, kebijakan karantina, dan sentimen negatif konsumen dan bisnis saat ini akan menekan jumlah permintaan pasar dunia. Pada saat yang sama, penutupan beberapa pabrik di beberapa negara akan mengganggu rantai pasokan dan penurunan dalam hal pasokan.
Ekonomi global diperkirakan tumbuh di bawah 3 persen dan itu akan berdampak terhadap ekonomi negara lain termasuk Indonesia. Pemerintahan Indonesia sendiri, memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tidak sampai 5 persen di tahun 2020.
"Kuartal pertama kita cukup baik tapi kita lihat di kuartal kedua, seandainya krisis pandemi segera teratasi maka kita punya harapan pertumbuhan ekonomi kita mungkin terjaga pada kisaran yang kita sebut skenario sedang yakni antara 2,5 sampai 3 persen," kata Sri Mulyani pada saat video confrence, Jakarta, Selasa sore (24/3/2020).
Pelemahan pertumbuhan ekonomi, tidak terjadi di Indonesia saja melainkan banyak negara lain sudah ada yang mengalami resesi.
"Kalau dilihat dari landasan yang dipakai untuk menghitung seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, harga minyak, suku bunga, itu alami perubahan luar biasa. Growth jelas mengalami, banyak negara bahkan sudah pastikan resesi. Tinggal sebutkan resesi single digit atau dobel," terang Sri Mulyani.
Ekonom senior, Faisal Basri berpendapat pemulihan ekonomi bisa cepat dilakukan apabila pemerintah memberlakukan lockdown dalam menghadapi pandemi Covid-19. “Kalau segera dilakukan pembatasan, memang kita akan menghadapi kemerosotan ekonomi bahkan resesi, tapi percayalah reboundnya akan lebih cepat,” ujar Faisal Basri, jum’at (27/3/2020).
Sementara Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menyebut jika terjadi lockdown di Indonesia dampaknya lebih besar dibanding negara-negara lain. Mengingat jumlah tenaga kerja Indonesia lebih banyak di sektor informal. Seperti pedagang keliling, pedagang kaki lima, warung-warung, ojek, dan angkutan umum, mereka akan kehilangan penghasilan.
Jika lockdown terjadi, menurutnya pemerintah harus menyiapkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat menengah kebawah yang bekerja di sektor informal.
Meski begitu, pengaruh pertumbuhan ekonomi di tengah situasi ini dianggapnya tidak masalah. Mengingat hampir semua negara tidak hanya di Indonesia saja yang mengalami penurunan ekonomi akibat covid-19 ini.
Adanya wabah virus corona atau covid-19 ini memberikan dampak bagi beberapa negara yang terjangkit virus tersebut. Sebagian besar masyarakat Indonesia sendiri sudah merasakan dampak dari covid-19 ini.
Salah satu dampak yang paling terasa yaitu pembatasan aktifitas dikehidupan sosial, dimana beberapa kegiatan diluar ruangan sepeti bekerja, sekolah, hingga ibadah harus dihentikan dan dialihkan sementara.
Dampak dari virus corona untuk Indonesia sendiri, dampak yang dirasakan yaitu berupa melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS. Hal tersebut terlihat dari nilai rupiah yang terus tertekan hingga mencapai angka Rp16.165 per dolar AS di penutupan perdagangan pada Rabu (25/3/2020).
Angka tersebut sudah dipastikan melemah, jika dibandingkan dengan angka ketetapan sebelumnya yaitu Rp15.712 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah berhasil rebound dan berakhir terapresiasi 65 poin atau 0,39 persen ke level Rp16.430 per dolar AS. Mata uang rupiah mengalami penguatan pada penutupan perdagangan Jum’at (3/4/2020) karena data eksternal terutama data pengangguran di AS yang akan kembali naik, sehingga indeks dolar dapat melemah. Rupiah di proyeksi bergerak di kisaran Rp16.470 per dolar AS hingga Rp16.700 per dolar AS.
Pemerintah berencana menetapkan status darurat sipil dalam menghadapi wabah covid-19. Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo terkait kebijakan pembatasan sosial untuk mencengah penyebaran virus corona dan meminta jajarannya segera menyiapkan payung hukum untuk menjalankan pembatasan sosial skala besar sebagai pegangan bagi pemerintah daerah.
Pemerintah juga tengah menyiapkan perrlindungan sosial dan stimulus ekonomi bagi para perilaku UMKM dan bekerja informal yang terdampak kebijakan pembatasan sosial akibat pandemi covid-19.
Beberapa pekan lalu, Presiden Jokowi dalam konferensi pers menegaskan bahwa pemerintah akan mengutamanakan 3 hal dalam penanganan pandemi covid-19 di Indonesia. 3 hal itu yaitu keselamatan kesehatan, social safety net (jaringan pengaman sosial), dan dampak ekonomi. Pernyataan tersebut tentu menjadi harapan bersama masyarakat untuk menghadapi pandemi covid-19.
Jika pemerintah pada akhirnya mempertegas kebijakan physical distancing atau karantina wilayah atau lockdown, maka terlebih dahulu menyiapkan strategi antisipasi dari potensi kerentanan soaial yang akan terjadi dimasyarakat.
Hal yang paling penting sebelum menetapkan kebijakan tersebut adalah menyiapkan kebijakan social safety net terlebih dahulu. Sebab, ada potensi kerentanan sosial beserta dampaknya yang akan muncul pada masyarakat akibat kebijakan tersebut.
Kebijakan sosial safety net ini sebagai upaya antisipasi potensi kerentanan sosial berserta dampaknya akibat diberlakuakan kebijakan physical distancing atau karantika wilayah atau lockdown.
Semoga pandemi Covid-19 dapat teratasi dan masyatakat dapat kembali menjalankan aktivitas sosial-ekonomi seperti biasanya. Dan dapat menjalankan fungsi sosial sebagai masyarakat dan individu pada umumnya, karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial.