Oleh: Heni Andriani
(Ibu Pemerhati Umat dan Member Akademi Menulis Kreatif)
Sukabumi memiliki julukan "Kota Santri" yang senantiasa menjunjung nilai - nilai religius. Bukan hal yang asing jika Sukabumi hampir sebagian besar wilayah berdiri banyak pondok pesantren dan tersebar hingga pelosok wilayah Sukabumi. Berbagai macam program untuk menunjukkan jati diri kotanya." Maghrib Mengaji", Sholat Subuh Berjamaah" dan mewajibkan setiap yang masuk ke sekolah lulusan pertama harus bersekolah di madrasah. Sungguh kondisi ini sangat didambakan oleh seluruh warga masyarakat hingga bisa menjadi suatu kenyataan.
Baru-baru ini Polresta kota Sukabumi mendapatkan rekor Muri dalam rangka acara "Sukabumi Edun Euy"yaitu acara basuh kaki ibu yang dilakukan bersama-sama yang diikuti 1500 pasang anak dan orang tua dilansir dari media online yaitu : Kegiatan pada Sabtu (30/11/2019) petang itu diadakan di tengah gelaran event 'Sukabumi Edun Euy' yang diadakan selama 3 hari ke depan di Jalan LLRE Martadinata, Kota Sukabumi.
"Alhamdulillah, pemecahan rekor ini diadakan untuk kembali menumbuhkan rasa cinta, rasa sayang dan rasa hormat seorang anak kepada orang tuanya. Kota Sukabumi merupakan kota santri, kota yang religius, untuk mewujudkan itu dimulai dari lingkungan keluarga," kata Kapolresta Sukabumi AKBP Wisnu Prabowo. Menurut Wisnu, kegiatan itu diikuti sejumlah kalangan tidak hanya pelajar SD, SMP dan SMU tapi juga masyarakat umum. Inti dari kegiatan itu adalah memunculkan tradisi kasih sayang seorang anak kepada ibunya dengan cara membasuh kaki. "Kita bekerja sama dengan berbagai elemen, ormas, mahasiswa, pemerintah. Ada Salat Magrib berjemaah, lalu tausiyah, lanjut lagi kegiatan Salat Isya berjemaah. Kegiatan-kegiatan religius ini akan kita gelar berbarengan dengan mempromosikan kuliner dan wisata yang ada di Kota Sukabumi," ucapnya.
Pantauan detikcom aksi membasuh kaki oleh anak kepada ibunya itu terlihat tidak sekadar seremonial. Isak tangis dan pelukan hangat antara anak dan ibu membawa nuansa haru kepada seluruh masyarakat yang melihat.Triyono Aditri, perwakilan MURI menyebut kegiatan membasuh kaki ibu yang dilakukan oleh anaknya ini masuk ke dalam kategori superlatif atau terbanyak. "Hasil verifikasi kami, rekor yang tercipta hari ini bukan rekor Indonesia karena memang tradisi membasuh kaki seorang ibu bagi seorang anak merupakan adat dan budaya hampir seluruh provinsi memiliki tradisi seperti ini. Oleh karenanya MURI menganugerahkan rekor dunia," ucapnya.
Melihat fakta di atas kita tentu berbahagia dengan acara tersebut. Namun kita jangan hanya berbangga pada saat mendapatkan rekor Muri semata tentu yang menjadi keinginan adanya kesadaran masyarakat bahwa acara basuh kaki ini tidak menjadi acara seremonial semata. Hal yang ingin dilestarikan adalah para anak menyadari bahwa acara basuh kaki ini bentuk bakti, hormat serta tunduk pada orang tua.
Saat ini perilaku hormat anak pada orang tua sudah mulai terkikis seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin gencar menayangkan hal-hal yang negatif. Tengok saja sudah puluhan bahkan jutaan anak yang melakukan perilaku durhaka sama kedua orang tuanya dengan berbagai motif dan alasan.
Sistem demokrasi liberal yang melahirkan anak-anak yang hidup serba bebas dalam berperilaku dan enggan diatur oleh aturan agama. Sebagai akibatnya banyak orang tua, guru yang mengeluhkan terhadap berbagai perilaku anak-anak sekarang. Sudah banyak korban bergelimpangan akibat sistem sekulerisme ini tetapi entah kenapa masih banyak yang memperjuangkan paham ini. Akibatnya jangan salahkan bila generasi ini makin tidak terkendali. Perilaku durhaka terhadap orang tua merajalela, tawuran yang kian menggila belum ditambah rokok dan narkoba menjadi tren di kalangan remaja.
Solusi Islam
Islam memerintahkan untuk birul walidain. Islam mampu memberikan solusi disaat kondisi kota Sukabumi khususnya yang kini sudah mulai terkikis rasa cinta dan hormat pada orang tua. Penanaman akhlak yang baik kepada anak-anak sejak dini tanpa ada embel-embel ingin dipuji apalagi hanya sekedar seremoni tentu akan lebih baik dan Islam mengatur melalui pintu yang bernama birul walidain. Salah satunya adalah mengajarkan tentang wajibnya menjaga 'birrul walidain'. Dengan pemahaman pentingnya pendidikan birrul walidain tertentu akan melahirkan generasi mulia bermartabat di tengah masyarakat. Generasi yang siap melanjutkan estafet kepemimpinan sebuah negara.
Birrul walidain adalah akhlak yang diwajibkan atau fardhu ain bagi seluruh individu muslim. Untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, meskipun seandainya kedua orangnya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw. Birrul walidain dalam Islam merupakan bentuk silaturahim yang paling utama. Keutamaan birrul walidain adalah:
Pertama, perintah birrul walidain senantiasa bersanding dengan perintah untuk mentauhidkan Allah Swt.
Firman Allah Swt, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."(TQS, Al-Isra' : 23)
Seperti kita ketahui, bahwa inti dari Islam adalah tauhid, yaitu mempersembahkan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah semata. Tauhid adalah yang pertama dan utama bagi seorang muslim. Dan dalam banyak ayat di dalam Alquran, perintah untuk berbakti kepada orang tua disebutkan setelah perintah untuk bertauhid. Hal ini menunjukkan bahwa masalah birrul walidain adalah masalah yang sangat 'urgent', mendekati pentingnya tauhid bagi seorang muslim.
Kedua, di nukil dari hadits Abdullah bin Masud yang telah menjelaskan tentang seorang lelaki yang meminta ijin kepada Rasulullah Saw untuk pergi berjihad, beliau bersabda:
Apakah orang tuamu masih hidup?. Lelaki tadi menjawab: Iya. Nabi bersabda: Kalau begitu datangilah kedunya dan berjihadlah dengan berbakti kepada mereka. (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun para ulama memberi catatan, ini berlaku bagi jihad yang hukumnya fardhu kifayah. Demikian juga birrul walidayn lebih utama dari semua amalan yang keutamaannya di bawah jihad fi sabiilillah. Birrul walidain juga lebih utama dari thalabul ilmi selama bukan menuntut ilmu yang wajib ain, birrul walidain juga lebih utama dari safar selama bukan safar yang wajib seperti pergi haji yang wajib. Adapun safar dalam rangka mencari pendapatan maka tentu lebih utama birrul walidain dibandingkan safar yang demikian.
Ketiga, adalah birrul walidain merupakan amalan yang menghantarkan ke pintu surga.
Surga memiliki beberapa pintu, dan salah satunya adalah pintu birrul walidain. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Kedua orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian. (HR. Tirmidzi, ia berkata: hadits ini shahih, dishahihkan (Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.914).
Ke empat, birrul walidain merupakan salah satu cara bertawassul kepada Allah.
Tawassul artinya mengambil perantara untuk menuju kepada ridha Allah dan pertolongan Allah. Salah satu cara bertawassul yang disyariatkan adalah tawassul dengan amalan shalih. Dan diantara amalan shalih yang paling ampuh untuk bertawassul adalah birrul walidain. Sebagaimana hadits dalam Shahihain mengenai kisah yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup batu besar, kemudian mereka bertawassul kepada Allah dengan amalan-amalan mereka, salah satunya berkata:
Ya Allah sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua renta, dan saya juga memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka makan dari mengembala ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu untuk mereka. Aku selalu dahulukan orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu hari ketika panen aku harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah sangat sore, dan aku dapati orang tuaku sudah tidur. Lalu aku perahkan untuk mereka susu sebagaimana biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi susu itu kepada mereka. Aku berdiri di sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan mereka. Dan aku pun enggan memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang tuaku. Padahal anakku sudah meronta-ronta di kakiku karena kelaparan. Dan demikianlah terus keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau tahu aku melakukan hal itu demi mengharap wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang kami bisa melihat langit dari situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah yang membuat mereka bisa melihat langit darinya. (HR. Bukhari-Muslim).
Dari penjelasan di atas diharapkan acara basuh kaki yang merupakan bagian rasa hormat dan cinta pada orang tua akan senantiasa terpatri pada diri anak-anak khususnya di kota Sukabumi. Senantiasa menjadikan rujukan hidup adalah Islam bukan demokrasi yang membuat manusia menjadi durhaka. Acara basuh kaki bukan hanya sebagai seremoni apalagi melihat untung rugi tetapi sebagai bukti cinta pada Illahi.
Semoga Sukabumi yang dicintai tetap menjadi kota Santri yang semakin religi.
Wallahu alam bi ash-shawab