Oleh: Oscar Haris, ST.,MT
(Ketua Prodi Teknik Mesin Uiversitas Nusa Putra (NPU) Sukabumi)
Di era akhir tahun 1980-an masyarakat disuguhkan oleh tayangan serial televisi yang menampilkan aktor laga dengan kempuan intelligence tingkat tinggi, serial Mac Gyver menghadirkan banyak kisah tentang science yang bisa menyelesaikan banyak masalah. Dan malam itu selepas petang saya ditemani oleh rekan saya praktisi penerbangan dan beberapa mahasiswa, berkesempatan ngopi bareng diatas cockpit helicopter dengan Jujun sang Mac Gyver dari Nagrak, yang belakangan ini sedang popular karena karyanya menciptakan pesawat rotary wing.
Ada kesamaan antara MacGyver dengan Jujun, yaitu sama-sama memiliki tingkat intelligence diatas rata-rata. Bedanya kalau MacGyver kecakapan intelligencenya senantiasa digunakan untuk meloloskan dari ancaman kematian dan menyelesaikan misi-misi kemanusiaan, sedangkan Jujun hanyalah seorang pekerja harian lepas di bengkel bubut yang terobsesi untuk menciptakan karya besar dalam bentuk pembuatan helicopter.
Jujun bukanlah seorang akademisi, bukan juga seorang engineer yang terlegalisasi, dia hanya seorang engineer marjinal dengan analisis spontan. Ibarat seniman, Jujun adalah seniman jalanan dalam kanvas kehidupan yang senantiasa memuntahkan hasrat pemikirannya secara spontan, tanpa terstruktur, tidak ada konsep simulasi maupun pemodelan. Jujun tak pernah mengenal apa itu Computational Fluid Dynamic (CFD), tak pernah tahu hukum dan persamaan Bernauli, begitu asing dengan aerodinamika dan mungkin tidak paham apa itu metallurgy.
Jujun juga tidak pernah tahu jenis-jenis aliran fluida yang berpengaruh pada gaya hambat (drag), apalagi berbicara tentang regulasi penerbangan yang ada dalam kitab suci CSAR (Civil Society Aviation Regulation). Jangankan untuk menghatamkannya, menyentuhnyapun mungkin tidak pernah, dan Jujun pun buta tentang system motor bakar turboprop.
Seakan ingin menutupi segala kekurangannya, Jujun pun membangkitkan sisi kreativitasnya dalam rancangan bangun helicopternya. Dalam membangun rangka helicopter Jujun memanfaatkan mesin las inverter single phase untuk menyatukan material dasar besi siku menjadi keseluruhan rangka. Bahkan untuk membentuk sisi radius material Jujun melakukannya hanya dengan batang pohon duren dan limus yang saling berdampingan dengan jarak kira-kira 20 cm.
Dalam merancang gaya angkat Jujun hanya mencari persamaan perbedaan tekanan dan kecepatan pada luas penampang main rotor blade dalam meter persegi, tidak ada turboprop yang dipakai dalam system penggerak. Jujun hanya menggunakan mesin genset gasoline 24 PK, 3600 rpm, 700 CC, dengan dua cylinder yang di-couple dengan CVT untuk memutarkan baling-baling utama (main rotor blade) dan baling-baling belakang (tail rotor blade).
Seakan ingin memanfaatkan keahliannya sebagai tukang bubut, Jujun begitu rapi dalam mendesain dan membuat elemen-elemen permesinan baik itu mekanisme throttle untuk mengendalikan sudut baling-baling utama sebagai mekanisme untuk membuat helicopter bisa belok, dan juga untuk mengendalikan sudut baling-baling belakang sebagai penyeimbang badan helicopter.
Beberapakali trial and error mengiringi perjalanan Jujun dalam berproses, seperti halnya perancangan awal CVT sebagai transmisi main rotor blade mengalami perubahan ukuran. Begitupun sistem penerus daya dari engine ke tail rotor blade mengalami perubahan dari van belt menjadi sistem coulpe garden. Disini terlihat sekali perancangan dengan analisis yang tidak mendalam walaupun sempat disanggah Jujun bahwa hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan biaya.
Apapun kajian-kajian yang dibangun oleh Jujun dalam merancang helicopter, ada sisi regulasi yang tak tersentuh. Regulasi dalam industry aviation bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan penerbangan.
Regulasi ini meliputi design, manufacturing, assembly, sampai dengan flight test. SOP yang berlaku dalam membuat sebuah pesawat baik itu jenis fixed wing maupun rotary wing tak lepas dari adanya inspeksi yang dilakukan oleh para engineer dari lembaga authority pemerintah, dari mulai pengadaan engine, material serta komponen-komponen lainnya harus melewati tahapan inspeksi.
Jika tidak lolos inspeksi maka sudah dipastikan tidak bisa di install. Technical document yang perlu dibuat bisa mencapai ratusan jumlahnya, dari design group, assembly group, quality assurance group, flight test group. Tanpa technical document yang dibuat dan di approve authority tidak akan merelease pesawat untuk diuji karena akan membahayakan keselamatan.
Jujun pun seakan tidak peduli dengan apapun yang menjadi regulasi dalam bidang aviation. Jujun seakan hendak memberi pembuktian bahwa alam terkembang bisa menjadi guru, pendidikan akademis tidak mesti melulu dilalui di bangku kelas. Konteks regulasi, konteks pendidikan formal bukan menjadi isu besar bagi Jujun yang telah berenkarnasi menjadi seorang Albert Einsten dalam melakukan eksperimen untuk menghasilkan sebuah karya dan penemuan besar.
Tidak bisa dipungkiri kontroversi seorang Jujun akhir-akhir ini begitu indah menghiasi dan mengisi sudut benak para hakim jalanan dalam mahkamah media sosial yang dengan kerlingan sebelah mata menghakimi Jujun dengan segala macam keterbatasannya. Berkas-berkas penghakiman mereka jika di print out akan sanggup memenjarakan pemikiran Jujun. Berdasarkan data-data yang didapat dari mulut kemulut beberapa kalangan sudah memvonis bahwa karya Jujun tidak bisa diterbangkan.
Mereka mengatakan secara kajian fisika, motor dengan daya 24 HP dianggap tidak akan mampu untuk mengangkat helicopter, yang memiliki beban yang harus diangkat sebesar 200 kg ditambah beban 4 orangpenumpang, dikali 50 kilogram, idealnya memerlukan motor denga daya 30 HP. Menurut saya terlalu prematur teori ini diterapkan untuk bisa menyimpulkan bahwa karya Jujun tidak mungkin bisa diterbangkan. Masih banyak variable data yang belum diketahui untuk bisa menyimpulkan hal tersebut, mungkin mereka perlu duduk bareng dengan Jujun dalam menghasilkan sebuah keputusan.
Namun Jujun tetap tak bergeming dengan penghakiman itu, dengan elegan Jujun membalas penghakiman itu dalam sebuah pembuktian. Kesan santun begitu kental terasa dari perlakuan Jujun dalam merespon adanya pihak pihak tertentu yang memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi dan golongan. Tak sedikit pihak-pihak yang mengambil keuntungan pribadi ataupun golongan baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Jujun bercerita ada beberapa akun youtube telah menghasilkan ribuan subscribe yang secara tidak langsung menghasilkan royalti dari liputan-liputan Jujun di media.
Apapun yang menjadi kontroversi seorang Jujun akhir-akhir ini, disadari dan tidak disadari telah banyak melahirkan kisah-kisah baru, kisah yang telah banyak mengajarkan kita akan banyak hal, dari mulai kisah heroik yang mengajarkan kita akan kekuatan kreativitas yang tidak bisa dibendung oleh apapun, dengan segala macam keterbatasan sebuah impian yakin bisa terwujud.
Kita pun diajarkan tentang sebuah perencanaan yang harus dilakukan secara sistematis dalam membuat sebuah karya. Perencanaan yang dilakukan secara sistematis akan menghindari lahirnya hal-hal yang tidak diinginkan, yang berakibat pada terjadinya sebuah kegagalan, baik itu kegagalan design, proses, material maupun kegagalan keselamatan.