Pawey Obor: Karnaval Ruang Berkebudayaa

Rabu 04 September 2019, 13:55 WIB

Oleh: Kang Warsa

Bayangkan, saat ini kita sedang berada di tahun1970-an dan mendiami sebuah perkampungan tanpa listrik. Bagaimana suasana malam hari di perkampungan tanpa lampupijar dan neon? Sebagai manusia modern yang telah sangat akrab dengan berbagaimacam lampu, pemandangan eksotik di malam hari akan kita rasakan diperkampungan tahun 70-an. 

Setiap rumah hanya diterangi oleh lampu centir atau petromaks. Di halaman rumah,sebuah obor (B. Sunda:coln)menerangi sekitar, apinya meliuk-liuk tertiup angin. Aroma bau minyak tanah danasap pada obor tercium begitu khas. Kita berangkat ke surau atau ke pengajianbersama anak-anak lainnya membawa obor dan lampu-lampu yang dinyalakan olehminyak tanah, menyusuri jalan setapak dan jalan berbatu.

Malam hari yang tenggelam dalam temaramcahaya lampu itu sangat hening. Sesekali terdengar lolongan suara anjing darikejauhan. Setiap keluarga berkumpul setelah isya di ruang utama rumah panggung.Waktu atau wanci benar-benarmengikuti alur hidup manusia sebab manusia juga benar-benar mengadaptasikandirinya dengan waktu dan wanci dalam tradisi Sunda.

Malam hari terasa merayap lebih lambat. Waktutidak ditentukan oleh suara detak jam dinding dan jarum yang menunjuk padaangka-angka. Waktu benar-benar berjalan secara alamiah saja. Saat purnama tiba,anak-anak bersama orangtua mereka bersenda gurau di halaman rumah sambilmenyanyikan lagu sederhana: bulantok..bulantok..bulan sagede batok! Mereka bermain disirami cahaya dari bulan dan lampu obor.

Keseharian manusia di era sebelum perkampungan dijamah oleh listrik berlindung di bawah temaram cahaya akanmengingatkan kita pada kebiasaan manusia purbakala menghangatkan diri mereka, mengelilingi apidi dalam goa. Mereka tidak sekadar mengahangatkan tubuh, daging-daging mentahyang mereka dapatkan dari hasil perburuan dipanggang di atas api sambiltersenyum-senyum, mengobrol dengan bahasa mereka. Persitiwa ini terjadi pada12.000 tahun lalu saat kehidupan manusia mulai memasuki jaman pertanian.Penemuan api oleh manusia pada jaman ini merupakan hal paling besar.

Sebetulnya, api telah digunakan oleh Neanderthal, spesies manusia yang menempati Eropadaratan terutama Jerman pada 50.000 tahun lalu. Setiap hari mereka berkerumunmengelilingi api untuk menghangatkan tubuh dari cuaca alam sub-tropis yangbeku. Penemuan api oleh Neanderthal diadopsi oleh sapiens penjelajah danpemburu, sebuah pengetahuan baru meskipun dalam pandangan kita sangat sederhanatetapi bagi manusia seperti Neanderthal dan Sapiens, penemuan api merupakan sebuah revolusi besar.

Kebiasaan manusia pada 50.000 hingga 12.000 tahun lalu itu diwariskan oleh mereka hinggagenerasi sekarang, manusia meskipun berbeda jaman dan waktu tetap tidak dapatdipisahkan dari api. Manusia purba memandang api hanya sebagai api, iadinyalakan atau ditemukan untuk menghangatkan tubuh dan memanggang daging.Perkembangan selanjutnya, bagi manusia pasca revolusi agrikultur, api tidakhanya dipandang sebagai sarana penghangat tubuh dan untuk memanggang daging. Dimasyarakat Persia Kuno, tahun 600 SM, api telah dijadikan totem yang harusdisembah. Api diyakini oleh para penganut Zoroaster sebagai media yang dapatmenyucikan dan menempa manusia. Mereka membangun kuil api. Api dibiarkan terus menyala di kuil tersebut.Keyakinan ini pada akhirnya tumbuh juga dalam agama-agama semit, Gehenna danJahannam dilukiskan sebagai gejolak api tempat penyucian manusia-manusiaberdosa.

Dua puluh empat abad setelah api dipindahkan dari goa ke kuil, pada tahun 1840,seorang fisikawan Inggris James Presscot Joule memindahkan api ke dalamlaboratorium pribadinya dan memerasnya menjadi - apa yang kita sebut energi panas atau kalor. Panas diteliti,empat tahun kemudian dia merumuskan hukum kekekalan energi, sebuah hukumpertama dalam termodinamika: energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

Transformasi Budaya

Penyambutan tahun baru hijriyah 1441 “jika saya bandingkan dengan beberapa tahun lalu“dapat dikatakan lebih meriah. Baik di masyarakat atau di pemerintahan.Penyambutannya bukan sekadar diisi oleh kegiatan keagamaan, juga dilakukanbeberapa kegiatan dengan format kebudayaan seperti paway Obor. Beberapa tahunsebelumnya, paway obor memang telah sering dilakukan oleh masyarakat terutamadi waktu malam takbiran. Tetapi akhir-akhir ini, kegiatan paway obor juga mulaidilakukan oleh pemerintah “ khususnya di Kota Sukabumi.

Apakah kegiatan semacam ini merupakan tradisi yang pernah berkembang di masyarakatSunda? Menjawab pertanyaan ini tentu saja masing-masing orang akan memilikipandangan berbeda. Jika melihat tradisi yang berkembang di masyarakat Sunda,paway obor tidak pernah dilakukan olehmasyarakat Sunda dalam menyambut hari-hari besar.

Walakin, masyarakat Sunda “sebelum listrik menjadi sumber energi utama“ telahmenggunakan obor sebagai alat penerang di malam hari, seperti telah sayasebutkan pada awal tulisan. Paway obordalam menyambut kedatangan hari-hari besar baik keagamaan atau kenegaraan dankebangsaan merupakan bentuk transformasi kebudayaan yang dikembangkan olehmasyarakat milenial dari tradisi pemakaian obor yang pernah dialami olehmasyarakat perkampungan.

Apakah kegiatan paway obor merupakan hal penting dan sebuah keharusan bagi manusiamilenial? Jika paway obor dikatakan sebagai bentuk tranformasi kebudayaan makahal ini menjadi penting dan harusdilakukan oleh manusia milenial. Penyelenggaraan paway obor dapat menciptakansebuah karnaval ruang berkebudayaan. Manusia modern sangat memerlukan ruangberkebudayaan ini.

Kelahiran  sebuah karnaval ruang berkebudayaan dapat membentuk khazanah baru tradisi.Lambat laun jika hal ini secara telaten dilakukan dapat menjadi pemantikkelahiran tranformasi kebudayaan lainnya. Bagi manusia milenial, sebuahkarnaval yang dapat menciptakan ruang merupakan hal urgen karena  - sebagai contoh paway obor “di dalampelaksanaannya tidak akan terpengaruh oleh muatan politis yang syarat dengankepentingan. Ia hanya akan melahirkan kemeriahan dan kesukacitaan. Dalam acara paway obor, orang-orang berteriak dan bersorak tanpa menyinggung perasaan siapapun.

Dapat kita bandingkan antara paway obor yang mewujud menjadi sebuah karnaval ruangberkebudayaan dengan demonstrasiatau unjuk rasa hingga berjilid-jilid. Harus diakui, unjuk rasa yang dilakukanoleh sekelompok manusia merupakan hak siapa pun tetapi unjuk rasa ataudemonstrasi sama sekali tidak akan menciptakan sebuah ruang berkebudayaan.

Demonstrasi hanya menciptakan sebuah wadah, orang-orang dipaksa memasuki wadah tersebut,berjejal-jejal, penuh luapan antara semangat dan emosi, teriakan hingga umpatan bergumul menjadi satu, sebuahwadah keberingasan. Wadah tersebut diciptakan oleh sebuah mesin yang penuhdengan kepentingan entah sektarian atau bagi kelompok tertentu. Wadah yangdapat memisahkan satu kelompok orang dengan kelompok lain yang tidak sejalanbaik pikiran juga pendapatnya.

Pada akhirnya karnaval ruang berkebudayaan melalui paway obor ini tidak hanyadiselenggarakan saat menyambut hari besar umat Islam saja. Sebagai sebuahruang, paway obor dapat diselenggarakan dan diikuti oleh siapa saja, olehsetiap penganut agama dan keyakinan. paway obor telah mewujud sebagai ruangyang dapat diisi oleh manusia dari berbagai latar belakang. Paway obor dancahaya serta kehangatan yang diciptakannya “sebagaimana yang dikatakan ThomasPresscot Joule“ merupakan energi hanya dapat dipindahkan dari satu bentuk kebentuk lainnya dapat terbukti dalam kehidupan.

Di era revolusi industri 4.0, transformasi tradisi dan budaya merupaka aset besaryang dimiliki oleh bangsa ini. Ketika telah ditransformasi, obor tidak hanyadinyalakan pada malam hari dan digunakan untuk acara paway obor saja. Ia akanbertransformasi dalam bentuk tradisi dan budaya pemersatu bangsa. Kita harusmengakui dengan jujur, saat ini kata persatuan begitu sangat mudah diucapkannamun kita masih mengalami kesulitan untuk bersatu.

|[email protected]|

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkini
Entertainment31 Januari 2025, 12:30 WIB

Sherina Munaf dan Baskara Mahendra Putra Kompak Tidak Hadiri Sidang Cerai Perdana

Sidang perceraian perdana Sherina Munaf dengan Baskara Mahendra digelar pada Kamis, 30 Januari 2025 kemarin di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Sherina Munaf dan Baskara Mahendra Putra Kompak Tidak Hadiri Sidang Cerai Perdana (Sumber : Instagram/@baskaramahendra)
Nasional31 Januari 2025, 12:14 WIB

Diesel X: Inovasi BBM Ramah Lingkungan dari Pertamina yang Hemat dan Bertenaga

Diesel X, inovasi BBM rendah sulfur dari Pertamina, hadir dengan efisiensi tinggi dan emisi rendah. Berstandar EURO V, bahan bakar ini cocok untuk industri berat, mendukung energi bersih dan berkelanjutan!
Pertamina resmi meluncurkan Diesel X! BBM rendah sulfur berstandar EURO V ini hadir dengan efisiensi tinggi dan emisi lebih bersih. Langkah maju menuju energi berkelanjutan! (Sumber : Instagram/@tempodotco)
Bola31 Januari 2025, 12:00 WIB

Persib Bandung Punya Jurus Baru untuk Cetak Gol, PSM Makassar Mesti Waspada!

Persib Bandung dan PSM Makassar akan saling bentrok dalam laga pekan ke-21 Liga 1 2024/2025.
Persib Bandung dan PSM Makassar akan saling bentrok dalam laga pekan ke-21 Liga 1 2024/2025. (Sumber : X@persib).
Sehat31 Januari 2025, 11:41 WIB

Mengungkap Manfaat Pare: Khasiatnya dalam Mengatasi Penyakit Diabetes dan Hipertensi

Pare (Momordica charantia) adalah tanaman yang sering dikenal dengan nama bitter melon dalam bahasa Inggris. Tanaman ini memiliki rasa yang sangat pahit, tetapi menyimpan segudang manfaat kesehatan yang luar biasa.
Pare (Momordica charantia), Mengungkap Manfaat Pare: Khasiatnya dalam Mengatasi Penyakit Diabetes dan Hipertensi (Sumber : Freepik/@jcomp)
Sukabumi31 Januari 2025, 11:40 WIB

Ratusan Santri Al Hikmah Sukaraja Ikuti Latihan Rukyatul Hilal di POB Cibeas Sukabumi

Pelatihan ini melibatkan Dewan Hisab Rukyat (DHR) Kabupaten Sukabumi.
Suasana pelatihan Rukyatul Hilal di POB Cibeas, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Rabu (29/1/2025). | Foto: Istimewa
Life31 Januari 2025, 11:27 WIB

Kenapa Kita Susah Berhenti Makan Pedas? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Pernah ketagihan makanan pedas? Sensasi capsaicin menipu otak, memicu hormon bahagia, dan membuat sulit berhenti. Pedas juga menantang, menggoda selera, bahkan mengaburkan rasa kenyang. Simak faktanya di sini!
Kenapa makan pedas bikin nagih? 🌶️ Sensasi terbakar dari capsaicin memicu hormon bahagia, menambah adrenalin, dan bikin sulit berhenti. Tapi hati-hati, jangan sampai berlebihan!🔥 (Sumber : freepik/@jcomp)
Sehat31 Januari 2025, 11:23 WIB

Rambutan dan Batuk: Mengapa Terlalu Banyak Makan Rambutan Dapat Menyebabkan Batuk?

Rambutan, buah tropis yang kenyal dan manis, memang menjadi favorit banyak orang, terutama di negara-negara Asia Tenggara. Buah ini kaya akan vitamin C, serat, dan antioksidan, yang semuanya bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Rambutan, Rambutan dan Batuk: Mengapa Terlalu Banyak Makan Rambutan Dapat Menyebabkan Batuk? (Sumber : Freepik/@sukcao)
Nasional31 Januari 2025, 11:02 WIB

Aturan Baru Kuota 4 Jalur Penerimaan Murid Baru: Afirmasi Ditambah, Domisili Berkurang

Abdul Mu'ti menjelaskan dalam SPMB terdapat empat jalur penerimaan.
(Foto Ilustrasi) Sistem PPDB akan resmi diganti menjadi SPMB. | Foto: Istimewa
Entertainment31 Januari 2025, 11:00 WIB

Bintang FTV Larasati Nugroho Alami Kecelakaan Tunggal, Hasil Tes Urine Negatif

Kabar kurang menyenangkan dari dari artis FTV, Larasati Nugroho yang mengalami kecelakaan di kawasan Ulujami, Jakarta, pada Kamis, 30 Januari 2025 dini hari.
Bintang FTV Larasati Nugroho Alami Kecelakaan Tunggal, Hasil Tes Urine Negatif (Sumber : Instagram/@larasati_nugroho)
Bola31 Januari 2025, 10:30 WIB

Prediksi Persik Kediri vs Barito Putera di BRI Liga 1: H2H dan Susunan Pemain

Laga Persik Kediri vs Barito Putera akan berlangsung di Stadion Brawijaya, Kota Kediri, Jumat, 31 Januari 2025 mulai pukul 15.30 WIB.
Pertandingan antara Persik Kediri vs Barito Putera dimulai pukul 15.30 WIB, Jumat, 31 Januari 2025. Foto: IG/@sports.indosiar