Oleh: Kang Warsa
Indonesia emas tahun 2045 seperti dalam catatan Litbang Kompas (12/8)- merupakan harapan Indonesia memasuki kembali era keemasan. Namun penelitian tersebut berkisarpada masa depan gemilang Indonesia saat memasuki usia 100 tahun setelahkemerdekaan negara ini diproklamasikan pada tahun 1945. Salah satu indikatorpencapaian Indonesia Emas 2045 masih menurut Litbang Kompas yaitu prosentaseusia angka produktif di negara ini akan mencapai 60 persen dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Hal positif dari peningkatan jumlah usia produktif “secara ideal“ akan berbanding lurus dengan bertambahnya penduduk potensial, memiliki kemampuan dan tenaga lebih dalam membangun Indonesia.
Perbandingan lurus antara peningkatan jumlah usia produktif dengan jumlah tenaga potensial merupakan harapan ideal yang harus direalisasikan melalui program berkelanjutan sampai Indonesia benar-benar memasuki usia emas 100 tahun pada 2045. Program berkelanjutan merupakan upaya dan ikhtiar pemerintah saat ini sebagai awal tolakan bahkan tumpuan yang dapat mengarahkan generasi sekarang mencapai harapan ideal tadi: Indonesia Emas 2045. Istilah emas mengindikasikan sebuah negara telah mencapai usia yang matang. Negara yang telah melampau berbagai dera, coba, tempaan, dan ujian.
Negara cemerlang yang berhasil melintasi badaidisintegrasi bangsa yang saat ini sedangmenjadi pembahasan serius. Negara yang telah berhasil menghalau duri-duri pemecah bangsa: ideologi radikal, paham keagamaan yang dangkal nalar, dan anti persatuan. Sudah sepatutnya, generasi sekarang memokuskan diri dalam melawan pemikiran disintegrasi bangsa yang bersifat massif.
Tidakakan jauh berbeda dengan Indonesia, jumlah usia produktif di Kota Sukabumi punakan mengalami peningkatan. Publikasi BPS Kota Sukabumi tahun 2018 mencacatstruktur jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur ditunjukkan oleh piramida penduduk yang membesar pada kelompok usia muda. Jika tidak ada faktor penyebabmortalitas dapat dipastikan dua enam tahun mendatang, jumlah angkatan produktifdi Kota Sukabumi dapat mencapai 60 persen dari jumlah seluruh penduduk.
Konstelasi Kota Sukabumi dalam arti struktur kehidupan di wilayah ini dipandang dari berbagai bidang, sudut pandang, dan perspektif di masa depan harus benar-benar dapat diukursaat ini. Pemerintah dan masyarakat Kota Sukabumi seperti dalam peribahasaSunda- sudah kudu bisa ngukur ka kujur apakah kita akan sampai dan dapat mencapai Indonesia Emas 2045.
Bagi KotaSukabumi sendiri, jika dipandang dari usia sejak terbentuknya Kota PrajaSukabumi, telah memasuki usia emas. Pada tahun 2019, Kota Sukabumi telahberusia 105 tahun. Dalam usia yang telah matang merupakan satu keniscayaansiapapun yang tinggal di kota ini harus mulai memandang dirinya sebagai bagianpenting dan memiliki peran untuk merawat, membenahi, dan membawa Kota Sukabumi kepada struktur kehidupan matang, siap melahirkan kebaruan dalam memajukan wilayahnya.
Secara harafiah, konstelasi adalah keadaan, kondisi, hubungan antara orang, benda, bentuk,dan susunan. Konstelasi Kota Sukabumi berkaitan dengan susunan, bentuk,rencana, dan tata kelola unsur-unsur yang ada di dalam kota tersebut (Sukabumi). Konstelasi kontemporer Kota Sukabumi menunjukkan struktur dantatanan kota tersebut seperti apa baik susunan masyarakat, tata pemerintahan,dan hubungan timbal balik keduanya. Dengan kata lain, memaparkan konstelasi Kota Sukabumi apalagi jika dihubungkan dengan Indonesia Emas 2045 bukanpekerjaan mudah atau proyek sederhana mengingat kompleksitas di dalamnyamemerlukan uraian yang jernih.
Dengan mengenal konstelasi Kota Sukabumi dariberbagai aspek ini sangat dimungkinkan harapan-harapan dan cita-cita ideal aufklarung dan era keemasan dapatdicapai. Dengan mengenal konstelasi dan struktur tubuh diri sendiri inilahsebuah kota dapat ngukur ka kujur, mengetahui seberapa besar kemampuanpemerintah dan masyarakat Kota Sukabumi dalam memperbaiki, menghaluskan, dan menyehatkan dirinya sendiri.
Kebahagiaan Sebuah Kota
Era keemasan, jaman pencerahan, golden age pernah diraih oleh umat manusia di berbagai pelosok. Masa keemasan selalu indentik dengan pencapaian peradaban, tumbuhnya rasionalitas, dan berkembangnya pemikiran. Kesemuanya memengaruhi hampir seluruh konstelasi kehidupan. Sebagaicontoh klasik adalah bagaimana pesatnya perkembangan ilmu pengatahuan diwilayah-wilayah kerajaan Islam pada era Abbasiyah.
Pencapaian kemajuan seluruhbidang ilmu yang dikembangkan oleh para sarjana muslim pada abad pertengahan telah mengubah struktur masyarakatnya. Hampir seluruh negara yang dikuasaikekhalifahan Islam konsern pada bidang peradaban, penciptaan masyarakat madani,Madinah dijadikan prototype kemajuan.
Dan fakta historis memaparkan saat sebuah komunitas memokuskan padapengembangan ilmu pengetahuan dampaknya begitu memengaruhi pada konstelasibidang lain. Sementara itu, di abad pertengahan Eropa pascakeruntuhan imperiumRowawi memokuskan diri untuk membumikan nilai-nilai langit tanpa kritik samasekali, mereka pernah jatuh ke era jahiliyah atau Dark Ages. Kegelapan dankesuraman sekadar untuk membuka diri dan berpikir tentang kondisi merekasendiri.
Peradaban-peradabanlain seperti Mesir Kuno, Persia Kuno, China, dan Romawi sebagai daya dukungterhadap konstelasi peradabannya tersebut memokuskan pada penguasaan ilmupengetahun. Tidak heran jika di pusat-pusat peradaban tersebut dibangun pranatapendidikan dan kajian keilmuan. Peradaban di Nusantara yang memukuskanperhatian terhadap konstelasi keilmuan telah menghasilkan kreasi budaya, bahasa, dan tradisi dalam konstelasi yang lebih komplek, beragam, dalam bingkaikebhinekaan. Hal yang dihasilkan dari konstelasi peradaban seperti itumelahirkan orang-orang yang hidup diliputi oleh kebahagiaan, meskipun sangatsulit bagi siapapun untuk mengukur kadar kebahagiaan seseorang itu seperti apa.Walakin, peradaban besar harus diakui oleh kita selalu lebih banyak melahirkan kebahagiaan daripada kesuraman.
Kang Emil secara telaten mewacanakan kota dan kabupaten yang ada di Jawa Barat harusmenjadi wilayah-wilayah yang dihuni oleh orang-orang bahagia. Tentu sajamewujudkan sebuah provinsi yang ditempati oleh orang-orang bahagia bukan tugasenteng dan sepele sebab kebahagiaan bermula dari ledakan biokimia yang ada didalam diri seseorang sebagai respon terhadap sensasi yang dirasakan terhadapapa yang dialami di dunia realita. Bibir akan sulit tersenyum apalagi tertawajika konstelasi peradaban, tatanan sebuah kota, tingkat perekonomian, dan apayang ada di luar diri bertolak belakang dengan pematik kebahagiaan. Meskipunpenelitian telah menyebutkan bahwa munculnya kebahagiaan disebabkan oleh ledakan hormon Endorfin tetapi para ahli tetap tidak melakukan upaya memproduksi Endorfinsecara besar-besaran.
Padahal sederhana sekali, karena kebahagiaan seseorangdisebabkan oleh ledakan Endorfin di dalam diri manusia, maka manusia modernsebetulnya sudah harus dapat menciptakan pil atau serum kebahagiaan secara massaldaripada harus membuat acara-acara hiburan, tempat wisata, atau apa saja yangdapat membuat manusia bahagia. Secara alamiah dan kodratnya manusia memangsulit untuk melawan apa yang telah menjadi pakem dirinya. Bahagia dan sedihtetap harus ada di dalam diri manusia. Kebahagiaan sendiri tidak memiliki sifatkonstan, ia dipengaruhi oleh sensasi-sensasi yang mengiringinya.
Pemantik kebahagiaan antara diri saya dengan anda tentu saja berbeda. Saya akanberbahagia jika anak-anak didik disekolah dapat memahami materi yang sayaajarkan dan anda akan berbahagia jika dapat makan ketupat sayur di pagi hari. Seorangsantri sangat berbahagia dan bersorak saat dia menemukan selembar uang sepuluhribu di bawah tangga asrama pondok pesantren. Meledaknya Endorfin di dalam dirimanusia disebabkan oleh apa yang dialami oleh manusia, dari sensasi-sensasiyang memiliki sifat naik-turun. Itulah sebabnya, hormon Endorfin Si Penyebabkebahagiaan sama sekali tidak akan pernah diproduk secara massal.
Manusia lebihmemokuskan membangun, membuat, dan menciptakan materi-materi yang dapatmerangsang agar Endorfin di dalam diri manusia meledak seketika, kemudiansecara perlahan kondisi manusia harus tetap kembali ke titik normal, menjadimanusia yang wajar.
Konstelasi peradaban yang lahir di sebuah kota dengan sendirinya akan menjadi pemantikkebahagiaan warganya. Kenapa akhir-akhir ini tidak sedikit warga sebuah kotabahkan warga negara mengeluh dan mengomentari apa pun dengan sangat berapi-api?Salah satu penyebabnya konstelasi peradaban yang sedang kita bangun masih sulitdapat meledakkan Endorfin yang ada di dalam diri warga. Meledaknya Si Hormon Kebahagiaanyang ada di dalam diri manusia akan berbanding lurus dengan ketepatankonstelasi peradaban yang kita bangun, walaupun sangat tidak mungkin kita dapatmembagahagiakan seluruh warga dengan apa yang kita hasilkan. Itulah manusia,itulah dunia, itulah peradaban, sebuah tatanan yang selalu berubah-ubah.
Dan padakondisi tertentu terkadang manusia akan merasa bahagia saat melihat orang lainjustru sedang mengalami penderitaan, tidak sedikit orang terbahak dan cekikikansaat melihat orang lain memiliki postur tubuh yang berbeda dengan dirinya. Jelassekali, bukan kebahagiaan seperti ini yang ingin kita ciptakan, bukanberbahagia di atas derita orang lain. Bukan konstelasi atau tatanan peradabanyang memisahkan kita dan mereka, kita sebagai pemenang dan mereka sebagai pecundang. Bukan sikap yang melahirkan pandangan pemenang harussenang, dan pecundang harus meriang. Konstelasi peradaban yang harus dibangun khusunya oleh Kota Sukabumi- adalah kebersamaan, milik setiap kelompok. Itulah peradaban emas, peradaban yang dapat menumbuhkan sensasi bahagia saat orang melihatnya.