Oleh : Ruslan Raya, Mata Sosial
SUKABUMI dengan total 240 desa akan ikut pesta pemilihan kepala desa (pilkades) dari total kesuluran 381 desa di Kabupaten Sukabumi. Baik diikuti oleh incumbent atau non-incumbent yang akan ikut serta menentukan perkembangan desanya masing-masing untuk lebih sejahtera dan berkeadilan tentunya.
Dalam hal ini, dari segi anggaran pun cukup lumayan APBD setidaknya menyiapkan Rp 19,2 miliyar untuk hajatan ini. Tentu masyarakat tiap desa harus paham dan tahu karena hakikatnya APBD itu dari uang rakyat pula. Maka dari itu masyarakat harus cerdas memilih jangan asal pilih, karena nasib desanya masing-masing ada di tangan warganya dalam menentukan pilihan.
Menurut Mata Sosial, pilihlah calon kepala desa (kades) yang mengerti, yang memahami, yang ingin memajukan desanya dengan konsep musyawarah dan selalu terbuka untuk setiap masukan, kritikan, dalam membangun desanya yang berbasis kerakyatan. Jangan sampai salah pilih.
Selain itu kecerdasan membangun wawasan desa dan meningkatkan kualitas pemahaman warganya sangat diperlukan dalam membenahi dan memajukan desa. Selain itu, kecerdasan emosional calon kades agar tidak salah dan terjerumus dalam kekuasaan yang hanya sementara. Dengan mempunyai kecerdasan emosianal yang mumpuni, maka akan tidak kelihatan 'bodoh' dalam setiap menangani dan membenahi permasalahan-permasalahan di wilayah desanya masing-masing.
Jangan sampai nyalon kades hanya untuk meningkatkan 'kekayaan pribadi' dari hasil hasil utak atik dan penyelewengan anggaran dari pemerintah dan 'mencekik' serta membodohi warganya. Oknum-oknum seperti ini jangan sampai dipilih. Sebagai masyarakat yang milenial harus banyak buka dan baca-baca referensi tentang kasus-kasus kades di media online atau cetak yang kebenaran beritanya bisa dipertanggung jawabkan secara hukum dan moral. Jangan pernah termakan isu-isu hoax dan fitnah-fitnah lainnya di era serba informatif ini.
Dari referensi berita-berita itu bisa jadi acuan untuk bahan pertimbangan dan memberikan pemahaman-pemahaman kepada remako (Remaja Kolot) untuk menambah wawasan dan lebih cerdas untuk memilih calon kades. Selain itu kita harus bisa menilai secara objektif dari setiap calon kades masing-masing, harus bisa lebih mengenali secara track record kinerjanya di wilayah masing-masing.
Kalau nyalonin kades hanya untuk memperkaya keluarganya, mendingan jadi pemborong atau pengusaha. Jelas itu lebih elegan dan lebih berwibawa ketimbang cuma jadi maling uang negara itu lebih hina dan kejam dibanding Hitler. Di media banyak informasi tentang fakta dan beritanya kades banyak menyelewengkan anggaran.
Carilah calon kades yang bisa mengembangkan serta memajukan desanya dengan potensi-potensi yang ada baik dari sisi Sumber Daya Alam (SDA) atau Sumber Daya Manusia (SDM) di desa masing-masing. Yang benar-benar siap mengabdi pada 'lemah cai' serta punya solusi untuk bersama-sama sukses dalam segala bidang yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan kemajuan desa itu sendiri.
Bantuan pemerintah pusat harus tepat sasaran dan tepat guna untuk para penerima manfaat tersebut, pembangunan pembangunan infrastruktur harus tepat guna dan menjaga kualitasnya ini secara general. Secara spesifiknya, warga desanya masing-masing yang lebih memahami keberadaan dan kultur serta apa yang dibutuhkan dan diprioritaskan untuk desanya dari para figur-figur calon kades di wilyah masing-masing.
Sebagai contoh Desa Ponggok lahir dari potensi yang ada menjadi sebuah desa yang mendunia prestasinya. Karena berbasis musyawarah dan menguasai kecerdasan berdesa, serta memahami kultur dan kearifan lokal yang patut dikembangkan. Serta yang terpenting menguasai kecerdasan emosional.