Oleh: Kang Warsa
Tidak dapat dipungkiri, akulturasi antara tradisi yangtelah lama berkembang di masyarakat dengan Islam merupakan realitas di dalamkehidupan masyarakat di Nusantara. Kata puasa tetap dipertahankan dan mampumempertahankan dirinya sebagai pengganti kata Shaum. Selama bulan puasa itu juga, tradisi-tradisi bersama kebiasannya terus bertahan dan mengalamiperkembangan dari generasi ke generasi baik disadari atau tidak oleh masyarakat.Kenyataan ini menunjukkan, betapa akomodatifnya antara Islam dengan Budaya. Pribumisasi Islam di Nusantara sebagaimana pandangan Gus Dur bukan isapanjempol.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan beberapa tradisi dankebiasaan yang masih dipertahankan oleh masyarakat di Tatar Pasundan selama bulan puasa. Tradisiini terus-menerus mampu bertahan meskipun zaman dan milieu telah memasuki eraRevolusi Industri 4.0. Hal tersebut memberikan indikasi kepada kita, bahwa tradisidan kebiasaan yang telah lama berkembang di masyarakat kemudian memadukandirinya dengan Islam sama sekali tidak akan tersentuh oleh kemajuan zaman.Justru sebaliknya, tradisi dan kebiasaan itu semakin berkembang dengan variandan coraknya sendiri. Masyarakat Sunda memang telah sejak lama mengaplikasikan pribahasa Kudu Miindung Ka Waktu jeung Mibapa Ka Jaman, manusia harusdapat beradaptasi dengan jaman yang sedang dialaminya.
Nyubuh, Ngabeubeurang, dan Ngabuburit
Tiga istilah di atas sudah tidak asing di masayarakatSunda karena istilah-istilah tersebut merupakan term Kasundaan. Nyubuhmerupakan kebiasaan selama bulan puasa, masyarakat melakukan kegiatanberjalan-jalan, menikmati sejuknya udara pagi, atau sekadar berjongkok dipinggir jalan. Kegiatan tersebut dilakukan setelah menunaikan sholat Subuhsampai matahari akan terbit atau wancicarangcang tihang (Bahasa Sunda). Harus diakui, di bulan lain jugaaktivitas seperti ini dilakukan oleh masyarakat tetapi sebutan Nyubuh hanya berlaku selama bulan puasasaja. Misalnya, seseorang melakukan kegiatan jalan santai pagi hari di bulanSyawal, kegiatan ini tidak akan dikatakan Nyubuh.Selain bulan puasa, masayarakat Sunda akan memberikan pertanyaan dengankalimat: Keur naon, rebun-rebun geus ngukurjalan? Sedang apa, pagi-pagi sudahmengukur jalanan?.
Di masyarakat Sunda juga dikenal istilah ngabeubeurang yaitu masyarakatmengerjakan kegiatan setelah menunaikan sholat dzuhur di bulan puasa. Para ibumenyiapkan penganan di dapur saja akan mengatakan: Keur olah jeung usukan-asakan, itung-itung ngabeubeurang (Sedang memasak makanan, anggap saja sedang ngabeubeurang). Tadarusan atau membacaal-Quran setelah sholat dzuhur saja oleh masyarakat akan disebut ngabeubeurang. Dasar jalma soleh kyai mah, ngabeubeurangna oge kucara ngaji (Dasar orang soleh, ngabeubeurangnyajuga dengan cara mengaji). Selain bulan puasa, istilah ngabeubeurang tidak akandigunakan oleh masyarakat Sunda.
Kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak-anak selamamangsa beurang (siang) ini diantaranya rebahan atau tiduran di mesjid. Kegiatan anak-anak dan para remajaseperti ini mau tidak mau harus tetap dipertahankan. Mesjid memang bukanmerupakan tempat untuk tidur, tetapi tradisi rebahan dan tidur di mesjid selamabulan puasa memiliki kekhasan yang berbeda jika dibandingkan dengan bulan lain. Cara para Wali Songo mendakwahkan Islam di Nusantara ini salah satunya adalahdengan menggali kekhasan yang bersumber dari masyarakat Nusantara kemudiandipertemukan atau dipersentuhkan dengan inti ajaran Islam.
Tradisi yang paling popular dan telah digunakan olehseluruh masyarakat Islam di Indonesia yaitu ngabuburit. Saat ini, istilah initidak hanya menjadi milik masyarakat Sunda saja, di berbagai pelosok Nusantarakegiatan yang diselenggarakan menjelang buka puasa sudah tentu disebutngabuburit. Masyarakat Sunda telah mengenal istilah ini sejak ajaran Islam(puasa) dilakukan di Tatar Pasundan. Istilah ngabuburit merupakan kataberimbuhan dari kata dasar burit (Sore),lebih tepat dalam tradisi Sunda disebut Wancitunggang gunung (Waktu saat matahari akan tenggelam). Dan sudah pasti,istilah ngabuburit hanya akan ditemukan di bulan puasa. Meskipun kegiatandilakukan oleh masyarakat Sunda di waktu sore, jika dilakukan bukan di bulanpuasa, tidak akan disebut ngabuburit.
Apa arti dan makna sore bagi masyarakat? Sama sekalitidak memiliki arti penting karena sore merupakan hal yang lumrah dan telahterbiasa (habitual action). Sore hari menjadi lebih bermakna dan penting ketikaterjadi akulturasi antara tradisi Sunda (ngabuburit) dengan puasa (ajaranIslam). Ngabuburit menjadi sebuah harapan akan segeranya umat Islam menyambutbuka puasa dipenuhi dengan suka cita. Makna penting dari ngabuburit selamabulan puasa yaitu penyambutan buka puasa penuh dengan suka cita. Siapapun tidakakan menemui, masyarakat melakukan aktivitas ngabuburit dengan penuh duka lara.Sudah tentu hal ini sejalan dengan hadits Rosulullah tentang dua kebahagiaanyang akan ditemui oleh orang yang berpuasa, salah satunya bahagia ketikaberbuka.