Oleh: Guntur Subagja
Pemerhati Ekonomi Kerakyatan
Regenerasi petani Indonesia mendesak dilakukan. Pasalnya, jumlah petani muda makin hari makin menurun. Data BPS (2018) menujukkan sekitar 64,2 persen petani berusia 45 tahun ke atas.
Ini menjadi tantangan bagi Indonesia. Terutama dalam upaya menuju kedaulatan pangan dibutuhkan sumberdaya manusia yg muda, memahami teknologi pertanian modern, serta inovatif dan kreatif.
Berdasarkan data SUTAS (Survey Pertanian Antar Sensus) 2018, BPS mengungkapkan ada 27,68 juta petani utama. Sebanyak 64,20 persen petani berusia di atas 45 tahun. Bahkan kalo dirunut lagi yang di tas 45 tahun itu, yg berusia 55 tahun ke atas mencapai 35,98 persen petani. Dan yang berusia di atas
65 tahun me capai
13, 81 persen.
Sementara petani muda yang berusia 25-35 tahun hanya 2,95 juta orang atau sekitar
11 persen. Dan kecenderungan petani muda terus berkurang.
Kini ada momentum untuk meningkatkan peran pemuda dalam sektor pertanian. Generasi milenial ini bisa terlibat dalam sektor on-farming dan off-farming.
Pada on-farming, teknologi pertanian yang berkembang saat ini cukup friendly dengan generasi muda. Alat-alat mesin pertanian seperti traktor, harvester, dan lainnya dapat menarik minat bagi petani milenial terlibat di dalamnya. Tentu, mereka perlu mendapatkab pelatihan yang baik.
Dengan teknologi, pengelolaan pertanian juga kini bisa menggunakan gadget, seperti surveilance, penyiraman, pemupukan dan monitoring tumbuhan misalnya dapat menggunakan drone pertanian yang dikendalikan dari gadget.
Teknologi budidaya juga semakin beragam, dengan pola hidroponik, aquaponik, urban farming, dan smart farming dapat memiliki daya tarik bagi generasi muda bertani.
Di sektor off farming, peran petani milenial dapat lebih besar lagi. Pemuda tani bisa terlibat dalam sektor produksi, packaging, pemasaran, hingga e-commerce menggunakan gadget dan internet.
Momentum pertanian 4.0 dapat menjadi daya tarik bagi pemuda tani. Saat ini baru sekitsr 4,5 juta petani yang menggunakan internet.
Yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah upah buruh tani yang kini masih rendah. Upah buruh tani berdasarkan BPS baru sekitar 38ribu rupiah per hari atau sekitar 1,2 juta per bulan. Nilai ini perlu ditingkatkan agar pemuda tertarik bekerja di sektor pertanian.
Karena pertanian ini sektor yang sangat penting, sebaiknya pendapatan petani dan buruh tani besar, mesti bisa bersaing dengan upah mereka bila bekerja di pabrik manufaktur. Setidajnya standar upah minimum.
Saatnya pemerintah dan semua pihak mulai memperhatikan keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian. Masa depan pertanian Indonesia di tangan petani muda.