Politik Uang Hanya Bunga Demokrasi, Benarkah ?

Selasa 19 Maret 2019, 08:05 WIB

Oleh : Oksa Bachtiar Camsyah

Membaca iklim demokrasi Indonesia beberapa tahun terakhir rasanya memberikan satu kesimpulan bahwa kita sedang berada pada tahap transisi,  dari masyarakat konservatif menuju masyarakat terbuka. Ya, preferensi tersebut dapat kita lihat dari berbagai aktivitas pengelolaan negara yang hari ini sering kita jumpai adanya keterlibatan publik di dalamnya. Entah itu melalui _social movement_ atau kanalisasi lainnya. Yang jelas, opini publik sedikit banyaknya telah mencoba masuk dan berusaha mendominasi ruang-ruang pengambilan keputusan.

Tentu itu menjadi suatu tren yang positif untuk sebuah negara demokratis seperti Indonesia. Walaupun pada tulisan sebelumnya saya mengatakan bahwa, kondisi tersebut tidak serta merta menjamin adanya peningkatan kualitas demokratisasi negeri ini. Namun minimal, publik telah menyadari bahwa perlu sekali masyarakat turut serta dalam penyelenggaraan negara. Karena itu adalah upaya untuk menjaga stabilisasi keadilan yang harus selalu dirasakan oleh segenap masyarakat kita, tentunya melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan.

Berangkat dari hal tersebut, kita dapat membaca bahwa ada satu arus besar yang sedang terjadi pada masyarakat Indonesia, dimana masyarakat kita mulai bisa mengedapankan rasionalitas untuk melahirkan keadilan bersama, ketimbang memelihara pragmatisme untuk memuaskan birahi pribadi. Walaupun ini belum terjadi secara merata, kaum urban masih cenderung mendominasi pergeseran tersebut.

Namun, hal tersebut akan coba kita dalami dengan sebuah fenomena politik uang dalam pasar demokrasi kita. Betulkah politik uang ini lahir dari "ketidakcerdasan" masyarakat dalam mengelola demokrasi, atau mungkin politik uang ini justru terus terpelihara akibat "ketidakmampuannya" para calon pemimpin kita untuk merumuskan metode kampanye yang tepat dan membawa semangat pencerdasan politik bagi masyarakat kita ?

Dalam konteks tersebut, saya ingin menyoroti kualitas sumber daya manusia yang ikut terlibat dalam kontestasi politik sekarang ini. Banyak sekali orang-orang yang dahulunya sama sekali tidak dikenal oleh publik atas kontribusinya terhadap perbaikan masyarakat, tiba-tiba muncul di setiap sudut jalan dalam baligho yang begitu besar dengan membawa jargon bahwa ia hadir untuk membela rakyat. Tentu publik akan sukar percaya untuk memberikan mandatnya kapada orang tersebut, karena belum ada bukti seperti apakah bentuk komitmen ia terhadap kepentingan masyarakat itu. Belum ada akumulasi _social capital_ yang bisa ia tawarkan kepada masyarakat.

Akibatnya, ilusi politik uang menjadi suatu hal yang pertama kali muncul dan mendominasi pikiran para calon untuk digunakan dalam upaya meraup elektoral. Dengan menjustifikasi pernyataan bahwa dengan beberapa lembar rupiah suara masyarakat tersebut akan berhasil didapat kan. Dan akhirnya, calon pemimpin tersebut bergerak secara sporadis dan tidak memiliki konsep yang baik bagaimana metode pemenangannya. Padahal, _demand_ akan politik uang itu belum tentu lahir di masyarakat. Itu akibat dari  miskinnya konsep yang dimiliki para kontestan bagaimana mengelola proses demokrasi dengan semangat pencerdasan terhadap masyarakat. Ditambah, minimnya modal soial yang dimiliki para calon wakil rakyat tersebut, sehingga uang menjadi jalan pintas dalam meraup suara.

Maka, politik uang hanyalah sebuah ilusi yang pada kenyataannya bisa tidak benar-benar ada di masyarakat, ketika ada semangat pencerdasan politik yang didistribusikan oleh para calon kepada masyarakat. Di luar ongkos operasional, mitos politik uang dapat benar-benar dilenyapkan dari persepsi publik tentang politik, ketika ada gairah perbaikan yang di lakukan oleh para calon melalui metode kampanye yang dilakukannya. Dan politik uang hanya akan menjadi bunga demokrasi ketika seluruh calon memiliki akumulasi modal sosial yang mumpuni yang bisa di tawarkan kepada masyarakat. Maka, menjadi abdi masyarakat bukanlah program lima tahunan, karena gairah pengabdian itu harus sudah tertanam semenjak kita sadar bahwa ada sesuatu yang harus di perbaiki dan di selesaikan. Sehingga, uang tidak akan menjadi penentu nasib bangsa ini ke depan, dan masyarakat akan terbiasakan untuk berpikir secara rasional, siapakah yang pantas untuk ia pilih.

Sukabumi, 2019.

|[email protected]|

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkini
Inspirasi24 November 2024, 16:40 WIB

Youth Economic Summit 2024: Tahun 2025 Butuh Lompatan Ekonomi, Ini Komunike Anak Muda Indonesia

Acara ini diselenggarakan CORE Indonesia berkolaborasi dengan Suara.com, membahas tantangan dan solusi ekonomi Indonesia.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy bersama Pendiri CORE Indonesia Hendri Saparini dan Direktur CORE Indonesia Mohammad Faisal di acara Youth Economic Summit 2024. (Sumber Foto: Suara.com/Alfian Winanto)
Life24 November 2024, 16:00 WIB

Kisah Si Tumang dalam Cerita Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi

Legenda Si Tumang, anjing yang sebenarnya adalah ayah dari Sangkuriang, adalah bagian penting dari cerita rakyat Sangkuriang di Jawa Barat.
Ilustrasi. Kisah Si Tumang dalam Cerita Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi (Sumber : Ist)
Nasional24 November 2024, 15:57 WIB

Profil Rohidin Mersyah, Cagub Bengkulu yang Terseret OTT KPK Jelang Hari Tenang

Calon Gubernur Petahana Bengkulu, Rohidin Mersyah, turut diperiksa buntut Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Sabtu (23/11/2024). Saat Pilgub tengah memasuki hari tenang.
Rohidin Mersyah, Salah satu calon gubernur di Pilkada Bengkulu | Foto : Istimewa
Sukabumi24 November 2024, 15:04 WIB

Phalamartha dan Dinsos Salurkan Bantuan untuk Korban Longsor di Nagrak Sukabumi

Kementrian sosial melalui Sentra Phalamartha dan Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi menyalurkan bantuan logistik kepada para korban tanah longsor di Nagrak Sukabumi
Sentra Phalamartha dan Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi menyalurkan bantuan kepada para korban tanah longsor di Desa Darmareja, Kecamatan Nagrak, pada Sabtu, (23/11/2024)
Inspirasi24 November 2024, 15:00 WIB

Loker QC di Perusahaan Makanan, Syarat Pelamar Minimal Lulusan D3

Info Loker Lulusan D3 di Indofood untuk posisi Quality Control Section Head ini dibuka hingga 19 Januari 2024 mendatang.
Ilustrasi. Karyawan. Loker QC di Perusahaan Makanan, Syarat Pelamar Minimal Lulusan D3. (Sumber : Freepik/@pressfoto)
Nasional24 November 2024, 14:08 WIB

KPK OTT 7 Orang Terkait Pendanaan Pilkada, Ada Cagub Bengkulu

KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) di Bengkulu pada Sabtu malam, 23 November 2024. OTT tersebut diduga terkait dengan pungutan yang dilakukan terhadap pegawai untuk pendanaan pemilihan kepala daerah (pilkada).
Kantor KPK RI di Jakarta | Foto : Ist
Sukabumi24 November 2024, 13:27 WIB

Korban Ungkap Ciri Pelaku Pembacokan Di Jampangtengah Sukabumi: Kulit Putih Penampilan Keren

Y (47 tahun) korban pembacokan orang tak dikenal merupakan warga Kampung Simpang RT 12/ 04 Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, melalui keponakannya Rahman (32 tahun) mengungkapkan ciri ciri pelaku
Y (47 tahun) korban pembacokan orang tak dikenal di Jampangtengah Sukabumi | Foto : Istimewa
Jawa Barat24 November 2024, 13:00 WIB

Gema Petani Jabar Kecam Kriminalisasi ke Penggarap di Bantargadung Sukabumi

Gerakan Mahasiswa Petani Jawa Barat (Gema Petani Jabar) mengutuk keras tindakan kriminalisasi yang dilakukan terhadap tiga petani penggarap di Cijambe, Bantargadung, Kabupaten Sukabumi.
Gema Petani Jabar kecam kriminalisasi penggarap PT Bantargadung Kabupaten Sukabumi | Foto : Istimewa
Sehat24 November 2024, 13:00 WIB

Sesak Napas Berkaitan dengan Jantung? Cek Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya!

Sesak napas adalah gejala umum yang sering terjadi pada penderita gagal jantung.
Ilustrasi. Waspada Masalah Pernapasan Akibat Obesitas, Bisa Mengalami Asma! (Sumber : Freepik/@jcomp)
Sukabumi Memilih24 November 2024, 11:37 WIB

Ribuan TPS Pilkada 2024 di Sukabumi Rawan: Potensi Bencana Alam, Konflik hingga Politik Uang

Menjelang Pilkada Serentak 2024, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Sukabumi telah mengidentifikasi sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berpotensi rawan
Logo Pilkada Kabupaten Sukabumi 2024 | Foto : Istimewa